Peserta didik yang termotivasi menunjukkan proses kognitif yang tinggi dalam belajar, menyerap, dan mengingat apa yang telah dipelajari.
Slavin 1994 dalam Catharina Tri Anni 2007:156 “motivasi merupakan
proses internal yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku seseorang secara terus-
menerus”. Menurut Egsenck dalam buku karangan Slameto 2003:170
“motivasi adalah suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia.
Seorang termotivasi atau terdorong untuk melakukan sesuatu karena adanya tujuan atau kebutuhan yang hendak dicapai
” Dimyati dan Mudjiono 2009:239 berpendapat bahwa, “motivasi
belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar”.
Sardiman 2011:73 berpendapat, “kata motif, diartikan sebagai
daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu”. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
2.4.2. Macam-macam Motivasi Belajar
Berbicara tentang macam atau jenis motivasi belajar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif
yang aktif itu sangat bervariasi Sardiman 2011:86-91 yaitu sebagai berikut:
1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya. a. Motif-motif bawaan
Motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Contohnya: dorongan untuk makan, minum,
bekerja beristirahat dan seksual. Motif-motif ini seringkali disebut motif-motif yang disyaratkan secara biologis. Arden N. Frandsen
memberi istilah jenis motif Physiological drives. b. Motif-motif yang dipelajari
Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dan
dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat. Motif-motif ini seringkali disebut dengan motif-motif yang diisyaratkan secara
sosial. Frandsen mengistilahkan dengan affiliative needs. 2. Dimyati Mudjiono 2009:86-91 membagi jenis motivasi menjadi
dua yaitu a. Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar. Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi
biologis atau jasmani manusia. b. Motivasi Sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Hal ini berbeda dengan motivasi primer. Sebagai ilustrasi, orang yang lapar akan
tertarik pada makanan tanpa belajar. Untuk memperoleh makanan tersebut orang harus bekerja terlebih dahulu. Agar dapat bekerja
dengan baik, orang harus belajar bekerja. “Bekerja dengan baik” merupakan motivasi sekunder.
2.4.3. Pentingnya Motivasi Dalam Belajar
Motivasi adalah penting, bahkan tanpa kesepakatan tertentu mengenai definisi konsep tersebut. Apabila terdapat dua anak yang
memiliki kemampuan sama dan memberikan peluang dan kondisi yang sama untuk mencapai tujuan, kinerja dan hasil yang dicapai oleh anak
yang termotivasi akan lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak termotivasi. Motivasi bukan saja penting karena menjadi faktor penyebab
belajar, namun juga memperlancar belajar dan hasil belajar. Secara histori, pendidik selalu megetahui kapan peserta didik perlu dimotivasi
selama proses belajar, sehingga aktivitas belajar berlangsung lebih menyenangkan, arus komunikasi lebih lancar, menurunkan kecemasan
peserta didik, meningkatkan kreatifitas dan aktifitas belajar. Pembelajaran yang diikuti oleh peserta didik yang termotivasi akan benar-benar
menyenangkan, terutama bagi pendidik. Siswa yang termotivasi biasanya akan lebih tenang dalam
mengikuti proses pembelajaran dan akan lebih serius mendengarkan penjelasan dari guru mengenai materi yang diajarkan serta akan lebih
aktif dalam mengikuti proses pembelajarn. Motivasi belajar juga akan terlihat pada saat akhir pembelajaran, siswa yang mempunyai motivasi
belajar yang tinggi akan lebih bersugguh-sungguh dalam mengerjakan
soal evaluasi dan berdampak pada hasil yang diperolehnya. Hal ini seperti yang dijelaskan Sadirman 2011:85 bahwa adanya motivasi yang baik
dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Walaupun motivasi merupakan prasyarat penting dalam belajar,
namun agar aktifitas belajar itu terjadi pada diri anak, ada faktor lain seperti kemampuan dan kualitas pembelajaran yang harus diperhatikan.
Jika anak diberikan tugas-tugas belajar diluar kemampuannya, bagaimanapun mereka termotivasi, anak tersebut tidak akan mampu
melakukannya. Kenyataannya, ada penurunan titik pengembalian pada kedua faktor tersebut, termasuk juga motivasi. Misalnya, jika peserta
didik diberikan suatu tugas yang memiliki tingkat kesulitan tinggi, namun mereka memiliki kemampuan mengerjakannya, maka kemungkinan anak
tersebut akan berhasil mengerjakannya. Hanya mungkin anak tersebut memperlukan tambahan atau memperlukan tambahan waktu belajar. Hal
yang perlu dipertimbangkan adalah berkenaan dengan masalah kemampuan anak di dalam melakukan aktifitas belajar, dan kegiatan
pembelajaran yang menarik agar anak tersebut termotivasi.
2.4.4. -faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar