Ekspor Kopi Indonesia Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor kopi indonesia

Ada berbagai macam jalan yang dikenal dalam dunia perdagangan kopi. Beberapa negara, termasuk Indonesia, melakukan penjualan kopi di masing- masing negara. Pihak-pihak importir membeli langsung dari perusahaan- perusahaan perkebunan atau perusahaan-perusahaan eksportir, yang selanjutnya mengurus pengapalan kopinya di negara pembeli. Ada juga yang menawarkan kopi melalui pusat-pusat pasar komoditi spot market, terutama melalui Coffee and Sugar Exchange di New York, Terminal Market di London, Le Havre di Paris, Los Angeles, Amsterdam dan Hamburg. Di pusat-pusat pasar kopi inilah bertemu para brokers baik yang mewakili pihak-pihak penjual yang ada di banyak negara produsen maupun brokers yang mewakili perusahaan-perusahaan impor atau perusahaan-perusahaan pengolahan kopi. Ekspor kopi Indonesia sebagian besar dilakukan melalui 5 pelabuhan utama yaitu Panjang Lampung, Palembang Sumatera Selatan, Belawan Sumatera Utara, Tanjung Perak Jawa Timur dan Ujung Pandang Sulawesi Selatan. Pelabuhan-pelabuhan lainnya yaitu Tanjung Priok, Teluk Bayur, Tanjung Mas dan Reo.

4.5. Ekspor Kopi Indonesia

Perkembangan volume dan nilai ekspor total kopi Indonesia pada periode tahun 1975 sampai 2005 mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, dengan tingkat fluktuasi nilai ekspor yang lebih tajam daripada volume ekspornya. Selama periode tersebut pertumbuhan volume ekspor dan nilai ekspor rata-rata meningkat sebesar 5,95 persen dan 15,49 persen per tahun. Tabel 4.3. Volume dan Nilai Ekspor Kopi Indonesia Tahun 1975-2005 Ekspor Perkembangan Tahun Volume ton Nilai 000 US Volume Nilai 1975 128.401 99.836 - - 1976 136.272 237.516 6,13 137,91 1977 160.363 599.279 17,68 152,31 1978 215.870 491.305 34,61 -18,02 1979 220.205 614.263 2,01 25,03 1980 238.677 656.005 8,39 6,79 1981 210.595 345.943 -11,77 -47,26 1982 226.985 341.701 7,78 -1,23 1983 241.238 427.258 6,28 25,04 1984 294.471 265.261 22,07 -37,91 1985 282.671 556.203 -4,01 109,68 1986 298.124 818.387 5,47 47,14 1987 286.316 535.566 -3,96 -34,56 1988 298.998 550.237 4,43 2,74 1989 357.035 493.549 19,41 -10,30 1990 421.833 377.154 18,15 -23,58 1991 380.666 372.431 -9,76 -1,25 1992 269.352 236.774 -29,24 -36,42 1993 349.916 344.208 29,91 45,37 1994 289.288 745.744 -17,33 116,66 1995 230.201 606.369 -20,42 -18,69 1996 366.602 595.268 59,25 -1,83 1997 313.430 511.284 -14,50 -14,11 1998 357.550 584.244 14,08 14,27 1999 352.967 467.858 -1,28 -19,92 2000 340.887 326.256 -3,42 -30,27 2001 250.818 188.493 -26,42 -42,23 2002 325.009 223.916 29,57 18,79 2003 323.520 258.795 -0,46 15,58 2004 344.077 294.113 6,35 13,65 2005 445.829 503.836 29,57 71,31 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006 Diolah Perkembangan ekspor kopi Indonesia baik dalam volume maupun nilai ekspor serta perkembangannya dari tahun ke tahun dapat dilihat pada Tabel 4.3. Dalam periode tahun 1975 sampai 2005 volume ekspor terendah terjadi pada tahun 1975 sebesar 128.401 ton dan volume ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 445.829 ton karena liberalisasi ekspor kopi baik dari sisi pemerintah Indonesia maupun dari organisasi kopi internasional ICO. Sementara nilai ekspor terendah terjadi pada tahun 1975 US 99.836 ribu dan tahun 2001 US 188.493 ribu, dan nilai ekspor tertinggi yang pernah tercapai adalah sebesar US 818.387 ribu pada tahun 1986 dan sebesar US 745.744 ribu pada tahun 1994. Perkembangan nilai ekspor yang besar terjadi pada tahun 1976, 1977, 1985 dan 1994. Seperti dapat terlihat pada Tabel 4.3, pada tahun tersebut perkembangan nilai ekspor yang terjadi adalah sebesar 137 persen, 152 persen, 109 persen dan 116 persen. Dengan membandingkan volume dan nilai ekspor tersebut dapat dilihat bahwa tingginya nilai ekspor kopi Indonesia pada tahun 1986 dan 1994 disebabkan oleh tingginya harga ekspor pada tahun tersebut. Lonjakan nilai ekspor yang sangat besar pada tahun 1976, 1977, 1985 dan 1994 disebabkan karena timbulnya penyakit tanaman kopi dan frost di Brazil. Pada tahun 1986 harga kopi kembali meningkat karena kekeringan yang melanda Brazil AEKI, 2006. Tahun 1995 hingga tahun 2001 nilai ekspor kopi Indonesia mengalami fluktuasi karena harga kopi yang berfluktuasi juga, dan setelah tahun 2002 harga kopi mulai mengalami kenaikan yang menyebabkan nilai ekspor kopi menjadi naik kembali. Kopi Indonesia diekspor dalam tiga bentuk yaitu kopi biji, kopi sangrai dan kopi ekstrak. Ekspor kopi biji digunakan sebagai dasar untuk mengetahui prospek kopi Indonesia karena sebagian besar 95,93 persen ekspor kopi Indonesia dalam bentuk kopi biji, sedangkan ekspor kopi dalam bentuk sangrai hanya sebesar 0,02 persen dan ekstrak 4,05 persen ICO, 2006. Negara tujuan ekspor kopi Indonesia yang utama adalah Amerika Serikat pada tahun 2004 sampai 2005, sedangkan dua tahun sebelumnya negara tujuan ekspor kopi Indonesia yang utama adalah Jepang tahun 2002 dan Jerman tahun 2003. Negara tujuan lainnya adalah Italia dan Singapura. Perkembangan ekspor kopi Indonesia menurut negara tujuan utama pada periode tahun 2002 sampai 2005 dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Ekspor Kopi Indonesia Menurut Negara Tujuan Utama Tahun 2002- 2005 Tahun ton Negara 2002 2003 2004 2005 Perkembangan Amerika Serikat 43.243 48.239 73.288 84.426 26,23 Jepang 56.879 52.720 55.141 49.936 -4,05 Jerman 53.562 57.608 53.936 78.755 15,73 Italia 15.011 25.086 21.348 30.500 31,69 Singapura 12.642 8.935 10.561 13.276 4,86 Total 181.337 192.588 214.274 256.893 12,45 Sumber : BPS, 2006 Diolah Perkembangan ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat mengalami pertumbuhan sebesar 26,23 persen per tahun, sedangkan ekspor ke Jepang mengalami penurunan pada periode tersebut sebesar 4,05 persen per tahun. Penurunan ekspor kopi ke Jepang dan peningkatan ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat disebabkan oleh kemudahan yang diterima eksportir apabila mereka mengekspor kopi ke Amerika Serikat dibandingkan ke Jepang. Kemudahan tersebut antara lain lancarnya pembayaran yang diterima oleh eksportir Indonesia dari importir Amerika Serikat, penyeleksian kopi yang tidak berbelit karena semua ekspor kopi Indonesia disertai dengan keterangan “Tidak Menjamin Lolos Uji USDA”. Permintaan ekspor kopi Amerika Serikat dari Indonesia merupakan kopi dengan kualitas tinggi, menengah, sampai rendah atau grade 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Kopi Indonesia yang dikonsumsi di Amerika merupakan kopi dengan kualitas menengah sampai rendah, karena kopi Indonesia digunakan sebagai campuran dari kopi kualitas tinggi yang diimpor Amerika Serikat dari negara-negara Amerika Latin AEKI, 2006. Tabel 4.5. Ekspor Kopi Indonesia Menurut Mutu Tahun 2001-2005 Periode Mutu Tinggi Grade 1 2 dari ekspor Mutu Sedang Grade 3 4 dari ekspor Mutu Rendah Grade 5 6 dari ekspor 20012002 16,80 63,99 13,36 20022003 22,37 65,17 7,73 20032004 18,58 61,43 16,12 20042005 21,83 45,51 29,36 Sumber : AEKI, 2006 Diolah Berdasarkan data AEKI 2006, kualitas kopi Indonesia yang diekspor sebagian besar merupakan kopi dengan kualitas sedang atau grade 3 dan 4, lalu kualitas tinggi atau grade 1 dan 2, dan kualitas rendah atau grade 5 dan 6. Sebanyak 45 sampai 65 persen dari total ekspor kopi merupakan kualitas sedang, 16 sampai 22 persen merupakan kualitas tinggi, dan 7 sampai 29 pesen merupakan kualitas rendah Tabel 4.5. Banyaknya kopi kualitas sedang berhubungan dengan cara dari para petani kopi memetik buah kopi. Sebagian besar petani memetik kopi dengan cara diambil seluruh tangkai buah kopi, sehingga buah kopi yang dipetik tercampur antara yang sudah matang dan yang belum matang. Kopi yang sudah matang berwarna merah sedangkan yang belum matang berwarna hijau, kualitas yang sudah matang lebih baik daripada yang belum matang. Masalah rendahnya mutu kopi Indonesia yang diekspor merupakan masalah jangka panjang. Para petani harus diberikan pengarahan agar kopi yang dipanen merupakan kopi yang memiliki kualitas baik sehingga nilai tambah dari penjualan kopi tersebut bisa tinggi. Masukan-masukan itu bisa diberikan oleh instansi pemerintah yang berkeliling ke daerah penghasil kopi atau melalui agen pengumpul, karena mereka berinteraksi langsung dengan para petani kopi. Selain masalah kopi biji yang belum matang, masalah cacat kopi biji, serangga mati dan batu kerikil yang terdapat pada kopi biji Indonesia yang diekspor juga perlu mendapatkan perhatian. Apabila di dalam setiap karung kopi terdapat cacat dan benda-benda seperti itu, maka kopi Indonesia dikatakan bermutu rendah. Kopi biji bermutu rendah sangat merugikan perkopian Indonesia di pasar internasional. Namun sejak diberlakukannya standarisasi mutu kopi Indonesia, komposisi ekspor kopi Indonesia berdasarkan jenis mutu mengalami perubahan Tabel 4.5.

4.6. Perkembangan Harga