Kebijakan Ekspor Kopi Dari Dalam Negeri

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Kebijakan Ekspor Kopi

Perdagangan luar negeri suatu komoditi termasuk komoditi kopi tidak terlepas dari kebijakan-kebijakan yang mengatur didalamnya. Kebijakan tersebut ditujukan untuk mencapai suatu sistem perdagangan yang memberikan keuntungan bagi pihak-pihak yang melakukan perdagangan. Penentu kebijakan tersebut bisa dari dalam negeri maupun dari luar negeri dimana pasar internasional berlangsung. Pengaruh yang diberikan dari adanya kebijakan-kebijakan tersebut dapat memberikan efek yang berbeda bagi setiap negara, bisa menguntungkan tetapi bisa juga merugikan. Indonesia sebagai salah satu negara produsen sekaligus eksportir kopi utama dunia menghadapi berbagai kebijakan yang mengatur lalu lintas perdagangan kopi, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Penjelasan selengkapnya mengenai evaluasi kebijakan ekspor kopi diterangkan berikut ini.

5.1.1. Kebijakan Ekspor Kopi Dari Dalam Negeri

a. Kebijakan Eksportir Kopi Terdaftar Pengaturan pelaku usaha ekspor maksudnya para eksportir yang diizinkan melakukan perdagangan kopi adalah eksportir yang terdaftar dalam asosiasi yaitu Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia AEKI. Sebenarnya kebijakan eksportir kopi terdaftar sudah diterapkan sejak tahun 1969, sejak dibentuknya Sindikat Eksportir Kopi Indonesia SEKI. SEKI dibentuk oleh Menteri Perdagangan dengan SK Menteri Perdagangan No. 98KPIV tanggal 15 April 1969. Pada saat itu usaha ekspor kopi belum terkoordinir, masing-masing eksportir kopi Indonesia menghadapi partner dagangnya di luar negeri dengan caranya masing-masing. Keadaan seperti itu justru menumbuhkan iklim ekspor yang spekulatif. Seorang eksportir kopi Indonesia seringkali bersaing harga di pasaran dunia dengan rekan eksportir senegaranya. Akhirnya memukul harga kopi Indonesia sendiri sebelum bersaing dengan kopi produksi negara lain. Oleh karena itu kebijakan ini ditetapkan. Berdasarkan Keputusan Menperindag No. 558MPPKep121998 tanggal 4 Desember 1998 Jo Peraturan Menteri Perdagangan No. 07M-DAGPER42005 tanggal 19 April 2005, tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor, komoditi kopi termasuk Komoditi Yang Diatur Tata Niaga Ekspornya. Maksudnya adalah komoditi tersebut hanya dapat diekspor oleh perusahaan yang telah memperoleh pengakuan sebagai eksportir terdaftar kopi Approved Trader System. Setiap eksportir yang akan mengekspor kopi diwajibkan untuk menyertakan Surat Persetujuan Ekspor Kopi SPEK, yang hanya dapat diterima oleh para eksportir yang terdaftar. Secara khusus pengaturan tersebut diatur melalui SK Menperindag No. 29MPPKep11999 tanggal 22 Januari 1999 dan diperbaharui dengan Peraturan Menteri Perdagangan No. 26M-DAGPER122005 tanggal 2 Desember 2005. Selain karena alasan diatas, kebijakan eksportir terdaftar ini juga diterapkan dengan maksud untuk membina para eksportir. Profesionalisme para eksportir tersebut dituntut dalam berhubungan dengan para importir dari negara lain, sehingga tecipta suatu image yang baik mengenai eksportir kopi Indonesia. Kebijakan eksportir terdaftar ini masih diterapkan sampai saat ini. Sejak diberlakukannya Keputusan Menperindag No.558MPPKep121998 sampai sekarang Eksportir Terdaftar Kopi berjumlah 1.172 eksportir. Sejak dikeluarkannya kebijakan ekspor kopi pada tahun 1998 belum pernah dilakukan evaluasi maupun verifikasi terhadap eksportir terdaftar kopi untuk mengetahui keabsahan dan aktivitas eksportir tersebut. b. Kebijakan Pengawasan Kualitas Perkembangan perkopian dewasa ini menuntut pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan agar daya saing kopi Indonesia tetap baik. Berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 164MPPKep61996 tentang Pengawasan Mutu secara Wajib untuk Produk Ekspor Tertentu, ekspor produk kopi termasuk produk yang diawasi mutunya. Kualitas kopi yang baik akan memberikan suatu image yang baik bahwa kopi-kopi produksi Indonesia adalah kopi yang kualitasnya bagus. Pada tahun 1983 telah ditetapkan standar mutu kopi untuk ekspor dengan dokumen pelengkap berupa “Certificate of Quality”. Adapun pengujian standar mutu kopi dilakukan dengan Sistem Nilai Cacat Defect System. Upaya pemerintah untuk menaikkan daya saing komoditas ekspor Indonesia antara lain dengan mengembangkan pengendalian mutu yang mengarah terciptanya mutu di Indonesia, yaitu melalui sistem standarisasi nasional. Sistem Standar Nasional Indonesia SNI merupakan dasar dan pedoman setiap kegiatan standarisasi di Indonesia dengan tujuan mewujudkan jaminan mutu yang dapat meningkatkan efisiensi nasional. Sistem SNI pertama diterapkan pada tahun 1989 sejak dibentuknya Badan Standarisasi Nasional BSN. Sejak saat itu terdapat perubahan-perubahan dan revisi dari kriteria SNI, dan ketetapan BSN yang terakhir adalah SNI 01-2907- 1999Rev. 1992. Dalam ketetapan BSN tersebut dicantumkan kriteria-kriteria kopi dengan mutu tertentu. c. Kebijakan Tarif Ekspor Pemerintah Indonesia tidak melakukan intervensi dalam perdagangan kopi. Sejak Indonesia melakukan ekspor kopi, pemerintah tidak pernah memberlakukan tarif ekspor. Tindakan pemerintah ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing kopi Indonesia di pasar internasional, karena dengan membebaskan komoditi kopi dari tarif ekspor maka harga yang terbentuk dapat bersaing dengan harga ekspor kopi dari negara lain. d. Kebijakan Pemerintah Lainnya Untuk menunjang perkembangan ekspor kopi Indonesia, pemerintah berusaha mengeluarkan beberapa peraturan yang mengatur perdagangan kopi Indonesia ke pasar dunia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1982 tentang pelaksanaan ekspor, impor, dan lalu lintas devisa; serta Keputusan Menteri Perdagangan No. 265KPX89 tentang Penyempurnaan Ketentuan Ekspor Kopi, merupakan usaha pemerintah untuk memberikan kemudahan bagi eksportir kopi Indonesia untuk melepas produksinya ke pasar dunia. Karena keterbatasan sumber-sumber, maka peraturan-peraturan dan kebijakan yang telah disebutkan di atas tidak dapat dicantumkan semua dalam lampiran.

5.1.2. Kebijakan Ekspor Kopi Dari Luar Negeri