statistik ADF yang lebih kecil dari nilai kritis pada tingkat kepercayaan sepuluh persen pada semua variabel, seperti pada Tabel 5.4.
5.2.2. Uji Kointegrasi
Syarat yang dibutuhkan untuk menunjukkan bahwa diantara variabel- variabel yang diteliti berkointegrasi adalah dengan melihat perilaku residual dari
regresi persamaan yang digunakan, dimana residualnya harus stasioner. Hasil uji stasioneritas terhadap residual regresinya dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Hasil Uji Akar Terhadap Residual Persamaan Regresi Nilai Kritis MacKinnon
Variabel Nilai ADF
1 5 10 Keterangan
ECT -4.9340 -2.6471 -1.9529 -1.6100 Stasioner
Sumber : Lampiran 4 Keterangan : residual stasioner pada tingkat kepercayaan 10
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 5.5 Lampiran 4 dapat ditunjukkan bahwa residual dari persamaan regresi stasioner pada tahap level
dalam selang kepercayaan 10 persen. Hal ini dapat dilihat dari nilai statistik ADF yang lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon pada selang kepercayaan 10 persen.
Dengan demikian hasil uji stasioneritas data terhadap residual semakin menguatkan bahwa diantara variabel-variabel yang digunakan terdapat
kointegrasi. Uji kointegrasi dilakukan untuk memperoleh hubungan jangka panjang yang stabil antara variabel-variabel yang terintegrasi pada derajat yang
sama. Uji kointegrasi Engle-Granger ini digunakan untuk mengestimasi hubungan jangka panjang antara ekspor kopi Indonesia terhadap produksi kopi Q,
konsumsi domestik kopi CK, harga domestik kopi HD, harga ekspor kopi HX dan nilai tukar ERT, sehingga didapatkan persamaan ekspor kopi
Indonesia dalam jangka panjang sebagai berikut.
Tabel 5.6. Hasil Estimasi Kointegrasi Variabel
Koefisien Prob. Constant 6,9443
0,0411 LNQ 0,6585
0,0131 LNCK -0,1451
0,0000 LNHD -0,1767
0,0264 LNHX -0,0056
0,9310 LNERT 0,0202
0,8549
Sumber : Lampiran 5 Keterangan : Signifikan pada taraf nyata 10 persen
Berdasarkan persamaan jangka panjang pada Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa variabel produksi kopi, konsumsi domestik kopi dan harga domestik kopi
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel ekspor kopi Indonesia pada taraf nyata 10 persen. Untuk variabel harga ekspor kopi dan nilai tukar tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ekspor kopi Indonesia baik pada taraf nyata 1 persen, 5 persen maupun 10 persen.
Koefisien produksi kopi berpengaruh positif terhadap penawaran ekspor kopi Indonesia dalam jangka panjang. Hal ini terjadi karena apabila produksi kopi
Indonesia meningkat maka jumlah kopi yang ditawarkan akan meningkat dan dapat meningkatkan ekspor kopi Indonesia. Jika terjadi peningkatan produksi kopi
sebesar 1 persen, ceteris paribus, maka akan menyebabkan peningkatan penawaran ekspor kopi Indonesia sebesar 0,6585 persen.
Koefisien konsumsi domestik berpengaruh negatif terhadap penawaran ekspor kopi Indonesia dalam jangka panjang. Hal ini terjadi karena volume kopi
yang dapat diekspor akan berkurang jika konsumsi domestik meningkat. Apabila terjadi peningkatan konsumsi domestik sebesar 1 persen, ceteris paribus, maka
akan menyebabkan penurunan penawaran ekspor kopi Indonesia sebesar 0,1451 persen.
Koefisien harga domestik kopi berpengaruh negatif terhadap penawaran ekspor kopi Indonesia dalam jangka panjang. Hal tersebut dikarenakan apabila
harga domestik kopi meningkat maka para pelaku pasar akan lebih memilih menjual kopi yang dimiliki ke pasar dalam negeri daripada diekspor, karena
keuntungan yang diperoleh akan lebih besar. Jika terjadi peningkatan harga domestik kopi sebesar 1 persen, ceteris paribus, maka akan menyebabkan
penurunan penawaran ekspor kopi Indonesia sebesar 0,1767 persen. Variabel harga ekspor kopi dan nilai tukar dalam jangka panjang
berpengaruh tidak signifikan terhadap penawaran ekspor kopi Indonesia pada tingkat kepercayaan 10 persen. Hal ini terjadi karena perkembangan harga ekspor
kopi dan nilai tukar saling menunjukan pengaruh yang berbanding terbalik dari tahun ke tahun selama tahun analisis. Berdasarkan Gambar 5.1 dan Gambar 5.2,
perkembangan harga ekspor kopi menunjukan perkembangan yang terus menurun sedangkan perkembangan nilai tukar menunjukan perkembangan yang terus
meningkat. Pada saat terjadi devaluasi Rupiah, harga kopi Indonesia menjadi lebih murah dibandingkan dengan harga kopi negara lain, daya saing kopi Indonesia
meningkat. Akan tetapi harga ekspor kopi Indonesia yang terbentuk mengalami penurunan, sehingga menjadi tidak menarik bagi para eksportir kopi untuk
meningkatkan penawaran ekspor kopi. Oleh karena itu perubahan harga ekspor kopi dan nilai tukar berpengaruh tidak signifikan terhadap penawaran ekspor kopi
Indonesia.
Perkem bangan Harga Ekspor Riil
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
30.00 35.00
197 6
197 9
198 2
198 5
198 8
199 1
199 4
199 7
200 200
3
Tahun
Harga Ekspor Riil
Gambar 5.1. Perkembangan Harga Ekspor Riil Kopi Indonesia Tahun 1976-2005
Sumber : Lampiran 1
Perkem bangan Nilai Tukar Riil
0.00 1000.00
2000.00 3000.00
4000.00 5000.00
1976 19 79
1982 1985 1988 1991 19 94
1997 2000 2003
Tahun
Nilai Tukar Riil
Gambar 5.2. Perkembangan Nilai Tukar Riil Indonesia Tahun 1976-2005
Sumber : Lampiran 1
5.2.3. Error Correction Model ECM