Perkembangan Harga Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor kopi indonesia

Masalah rendahnya mutu kopi Indonesia yang diekspor merupakan masalah jangka panjang. Para petani harus diberikan pengarahan agar kopi yang dipanen merupakan kopi yang memiliki kualitas baik sehingga nilai tambah dari penjualan kopi tersebut bisa tinggi. Masukan-masukan itu bisa diberikan oleh instansi pemerintah yang berkeliling ke daerah penghasil kopi atau melalui agen pengumpul, karena mereka berinteraksi langsung dengan para petani kopi. Selain masalah kopi biji yang belum matang, masalah cacat kopi biji, serangga mati dan batu kerikil yang terdapat pada kopi biji Indonesia yang diekspor juga perlu mendapatkan perhatian. Apabila di dalam setiap karung kopi terdapat cacat dan benda-benda seperti itu, maka kopi Indonesia dikatakan bermutu rendah. Kopi biji bermutu rendah sangat merugikan perkopian Indonesia di pasar internasional. Namun sejak diberlakukannya standarisasi mutu kopi Indonesia, komposisi ekspor kopi Indonesia berdasarkan jenis mutu mengalami perubahan Tabel 4.5.

4.6. Perkembangan Harga

Salah satu faktor yang mempengaruhi baik permintaan maupun penawaran adalah harga komoditas itu sendiri. Sebagaimana komoditas pertanian lainnya yang memiliki masa panen, maka harga kopi sangat berfluktuasi akibat adanya masa tunggu dalam berproduksi. Perkembangan harga komoditas kopi di pasar dalam negeri dapat dilihat pada Tabel 4.6. Berdasarkan data pada tabel tersebut dapat terlihat bahwa harga kopi dalam setahun berfluktuasi, namun kecenderungannya harga pada bulan Agustus sampai dengan Desember lebih rendah apabila dibandingkan dengan harga pada bulan Januari sampai Juli. Tabel 4.6. Perkembangan Harga Bulanan Kopi Indonesia Di Pasar Dalam Negeri Tahun 1999-2004 Tahun RpKg Bulan 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Rata2 Bulanan Januari 15.750 10.000 6.001 4.505 5.096 5.169 7.753,5 Februari 15.500 9.000 5.839 4.699 5.529 5.412 7.663,2 Maret 15.667 9.000 6.109 4.663 5.163 5.194 7.632,7 April 15.667 9.000 5.308 4.830 4.822 5.244 7.478,5 Mei 15.667 8.500 5.400 5.470 4.943 5.768 7.624,7 Juni 14.709 8.500 5.265 5.225 4.800 5.818 7.386,2 Juli 14.208 8.500 5.440 5.220 4.448 5.064 7.146,7 Agustus 11.834 8.500 5.363 5.287 4.434 5.404 6.803,7 September 10.565 8.500 4.751 5.012 4.742 5.204 6.462,3 Oktober 10.565 8.500 4.717 4.860 4.631 5.538 6.468,5 November 10.565 - 4.910 4.480 4.649 5.243 5.969,4 Desember 10.565 - 4.709 5.023 4.822 5.490 6.121,8 Rata-rata Tahunan 13.438,5 8.800,0 5.317,7 4.939,5 4.839,9 5.379,0 Sumber : Ditjenbun, 2006 Keadaan tersebut kemungkinan besar disebabkan bulan Juni sampai Agustus umumnya merupakan masa-masa panen sehingga persediaan kopi di pasaran tinggi pada bulan Agustus sampai Desember dan harga akan turun dibawah harga rata-rata. Harga pada bulan Januari sampai Juli lebih tinggi dari harga rata-rata tahunan disebabkan persediaan kopi pada bulan tersebut mulai sedikit, dan karena masa pertumbuhan kopi adalah pada bulan September sampai Desember. Sesungguhnya puncak panen kopi di Indonesia bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain seperti di Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara yang terletak di bagian utara khatulistiwa, yaitu sekitar bulan Oktober sampai April 7 bulan, sehingga harga yang terbentuk tidak merosot tajam ataupun tidak naik secara tajam karena masa panen cukup lama. Dalam periode tahun 1994 sampai 2005 perkembangan harga komposit ICO berfluktuasi. Harga yang terjadi pada tahun 1994 dan 1995 cukup tinggi akibat dari kecilnya produksi dunia yang dikarenakan terjadinya bencana frost yang diikuti kekeringan di Brazil. Sejak tahun 1998 produksi kopi dunia semakin meningkat sedangkan laju permintaan kopi dunia relatif stabil sehingga harga kopi dunia menjadi turun. Fluktuasi harga kopi dunia dapat dilihat di Tabel 4.7. Tabel 4.7. Perkembangan Harga Kopi Di Pasar Internasional Tahun 1994-2005 Tahun Harga Kopi Dunia US centlb Laju Pertumbuhan per Tahun 1994 134,45 - 1995 138,42 2,95 1996 102,07 -2,26 1997 133,91 31,19 1998 108,95 -18,63 1999 85,72 -21,32 2000 64,25 -25,04 2001 45,60 -29,02 2002 47,74 4,69 2003 51,91 8,73 2004 62,15 19,72 2005 89,36 43,78 Sumber : AEKI, 2006 V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Kebijakan Ekspor Kopi