memang rentan terkena penyakit ini. Maka pada tahun yang sama dimasukkan kopi Liberika Coffee liberica dari Liberia. Tetapi tanaman kopi jenis ini juga
rentan terhadap penyakit karat daun. Setelah upaya menggantikan kopi jenis Arabika dengan jenis Liberika
gagal, pada tahun 1900 dimasukkan jenis kopi Robusta. Tanaman kopi Robusta ini ditanam di daerah Jawa Timur, dan ternyata tanaman kopi jenis Robusta ini
tahan serangan berbagai penyakit tumbuhan. Penanaman kopi Robusta ini menyebar ke wilayah-wilayah perkebunan kopi seperti di Jawa dan Sumatera,
oleh karena itu tanaman kopi yang ada di Indonesia sebagian besar adalah jenis Robusta.
4.2. Produksi dan Luas Areal Kopi Indonesia
Tanaman kopi di Indonesia menyebar di beberapa wilayah yaitu di Sumatera, Jawa, Sulawesi dan Bali. Daerah-daerah penghasil kopi antara lain
Propinsi Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Sumatera Utara, Jawa Timur, Nangroe Aceh Darussalam, dan Sulawesi Selatan. Daerah penghasil kopi terbesar
adalah propinsi Sumatera Selatan dengan total produksi sebesar 144.192 ton pada tahun 2005 AEKI, 2006. Tanaman kopi yang dikembangkan di Indonesia adalah
jenis kopi Robusta dan Arabika. Sensus kopi memberikan gambaran bahwa hampir seluruh luas areal
tanaman kopi yang diusahakan adalah golongan Robusta. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan dalam statistik kopi AEKI 2006, pada tahun
2005 dari seluruh luas areal tanaman kopi 1.302.043 hektar sekitar 91,5 persen
ditanami oleh kopi jenis Robusta dan hanya sekitar 8,5 persen ditanami kopi Arabika. Produksi kopi Indonesia tahun 2005 mencapai 640.365 ton yang terdiri
dari 593.335 ton kopi Robusta dan sekitar 47.030 ton kopi Arabika Tabel 4.1. Tabel 4.1. Perkembangan Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kopi Indonesia
Menurut Jenis Tahun 1994-2005 Arabika Robusta Jumlah
Tahun Luas Areal Ha
Produksi ton
Luas Areal Ha
Produksi ton
Luas Areal Ha
Produksi ton
1994 67.366 28.804
1.073.019 421.387
1.140.385 450.191
1995 78.340 39.829
1.089.171 417.972
1.167.511 457.801
1996 81.612 37.455
1.077.467 421.751
1.159.079 459.206
1997 94.538 28.749
1.075.490 299.669
1.170.028 428.418
1998 118.023 65.596
1.035.346 448.855
1.153.369 514.451
1999 113.407 72.766
1.013.870 458.921
1.127.277 531.687
2000 107.465 42.988
1.153.222 511.586
1.260.687 554.574
2001 82.807 23.071
1.230.576 546.163
1.313.383 569.234
2002 91.293 25.116
1.280.891 656.903
1.372.184 682.019
2003 99.393 43.356
1.195.495 627.899
1.294.888 671.255
2004 110.416 46.985
1.190.377 600.400
1.300.793 647.385
2005 110.486 47.030
1.191.557 593.335
1.302.043 640.365
Sumber : AEKI, 2006
Tiga propinsi di Sumatera bagian selatan yaitu Propinsi Sumatera Selatan, Lampung dan Bengkulu merupakan penghasil utama kopi Robusta Indonesia.
Pada tahun 2005 luas perkebunan kopi untuk kopi Robusta di tiga propinsi ini mencapai sekitar 474.051 hektar dengan produksi sekitar 360.924 ton atau
mencapai 53,48 persen dari produksi kopi Robusta seluruh Indonesia. Sebagian besar produksi kopinya dihasilkan oleh petani perkebunan rakyat dan
mengolahnya secara kering, hanya sebesar 937 ton yang dihasilkan oleh perkebunan swasta dan hanya ada di wilayah Propinsi Bengkulu.
Daerah penghasil kopi Arabika terbesar di Indonesia adalah Propinsi Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara dengan luas areal sebesar 29.940
hektar. Produksi kopi Arabika dari kedua propinsi ini mencapai 29.653 ton atau mencapai 63,05 persen dari produksi kopi Arabika seluruh Indonesia. Mutu kopi
Arabika dari kedua propinsi tersebut dikenal memiliki mutu yang tinggi sehingga memperoleh pasar yang baik dengan harga tinggi AEKI, 2006.
4.3. Konsumsi Domestik Kopi