Bahan Bakar Minyak dan Gas

. 15 2. Uji konsistensi dimensi ukuran. Uji ini dimaksudkan untuk menelaah apakah satuan dimensi yang dipergunakan dalam persamaan di sebelah kiri sudah sama dengan dimensi yang ada di sebelah kanan. 3. Uji kondisi ektrim. Uji ini untuk menelaah jika masukannya bernilai nol, maka hasil simulasinya juga harus nol.

2.2. Bahan Bakar Minyak dan Gas

Peradaban manusia membutuhkan bahan bakar minyak yang diperoleh dari minyak bumi. Fraksi minyak bumi setelah didestilasi berdasarkan titik didihnya dapat dibedakan menjadi bahan bakar minyak dan gas seperti terlihat pada Tabel 6. Bahan bakar khususnya untuk transportasi di Kota Bogor adalah bensin dan solar. Pada awalnya, komponen utama bensin adalah iso-oktana C 8 H 18 dan heptana C 7 H 16 , sedangkan komponen utama solar adalah setana C 16 H 34 dan α-metil naftalena C 10 H 7 -CH 3 . Tabel 6. Jenis bahan bakar hasil destilasi minyak bumi Titik Didih Jumlah Atom Karbon Jenis Bahan Bakar 20 C1 - C4 Gas alam 20 – 60 C5 – C6 Petroleum eter 60 – 100 C6 – C7 Nafta ringan 40 – 200 C5 – C10 Bensin 175 – 325 C12 – C18 Minyak tanah dan solar 250 – 400 C 12 Minyak diesel Sumber: Holum 1975 dalam Holum 1977

2.2.1. Bahan Bakar Konvensional

Bahan bakar konvensional yang banyak dipergunakan saat ini adalah bensin, solar, minyak tanah dan LPG. Khusus untuk keperluan transportasi di Kota Bogor bahan bakar minyak yang umum dipergunakan adalah bensin dan solar. Kandungan bahan kimia yang terdapat dalam bensin dan solar selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini. . 16 Tabel 7. Kandungan kimia dalam solar dan bensin Komponen Rumus Kimia Kelas Hidrokarbon Persentase Bensin Alifatik-rantai lurus C 7 H 16 Heptana 30 Alifatik-bercabang C 8 H 18 Iso oktana 30 Alifatik-siklik C 5 H 12 Siklo pentana 20 Aromatik C 6 H 6 – CH 5 Etil bensena 20 Solar Antrasen C 14 H 10 Aromatik 3 1-Pentilnaptalen C 15 H 18 Aromatik 15 n-nonilsikloheksan C 15 H 30 Naftalen 32 n-desilsikloheksan C 15 H 30 Naftalen 11 n-Pentadekan C 15 H 32 n-Parafin 23 2-Metiltetradekan C 15 H 32 Iso parafin 16 Sumber : Yuliani 2004. Selain solar juga digunakan minyak diesel. Solar biasa digunakan untuk mesin dengan putaran tinggi, sedangkan minyak diesel digunakan untuk mesin dengan putaran rendah Karyanto 2000 dan PT Pertamina 2006a. Lebih lanjut Karyanto 2000 menyatakan bahwa solar digunakan untuk motor putaran tinggi di atas 1000 rpm, sedangkan minyak diesel digunakan untuk mesin stasioner yang bekerja dengan putaran rendah sampai sedang antara 300 – 1.000 rpm PT Pertamina 2006b. Minyak tanah banyak dipergunakan untuk masak di dapur, khususnya pada golongan masyarakat menengah ke bawah. Bahan bakar ini mempunyai titik didih antara 150 °C - 300 °C PT Pertamina 2006c. Pada saat ini untuk keperluan masak-memasak selain minyak tanah banyak juga dipergunakan LPG liquid petroleum gas. Di Indonesia bahan bakar ini lebih dikenal dengan nama Elpiji. Bahan bakar ini terdiri dari propana C 3 H 8 dan butana C 4 H 10 . Komposisi propana dan butana dalam LPG di Indonesia adalah sekitar 30 : 70 yang dikemas dalam tabung dengan tekanan 5 bar Kompas Cyber Medya 2004 dan PT Pertamina 2006d. . 17

2.2.2. Bahan Bakar Nir-konvensional

Bahan bakar minyak nir-konvensional yang kini mulai marak mendapat perhatian adalah gasohol dan biodisel. Gasohol merupakan campuran bensin dengan alkohol. Gasohol 10 adalah campuran 90 bensin dan 10 etanol, sedangkan gasohol 3 adalah campuran 97 bensin dengan 3 metanol. Bahan bakar lainnya yang prospektif adalah biodiesel. Biodiesel di Amerika umumnya berasal dari minyak kedelai dan minyak jelantah used frying oil, sedangkan biodisel di Indonesia berasal dari minyak sawit yang diubah melalui proses esterifikasi dan trans-esterifikasi. Esterifikasi adalah proses pembuatan ester dari asam karboksilat dan alkohol dengan katalis asam sulfat. Sedangkan trans-esterifikasi adalah proses pengubahan ester menjadi ketil atau etil ester dengan mereaksikan ester karboksilat yang berupa trigliserida dengan metanol dengan katalis KOH Mariana 2005 dan Hambali et al., 2007.

2.3. Emisi Gas CO