Perhitungan Emisi Gas CO Penghitungan Kepadatan Kendaraan Pengukuran Kandungan Gas CO

. 40 3.6. Perhitungan Kebutuhan Bahan Bakar Minyak dan Gas serta Prediksi Kebutuhannya di Masa yang Akan Datang Data yang digunakan adalah data mengenai penggunaan bahan bakar minyak dan gas bensin, solar, minyak tanah, minyak diesel dan LPG yang diperoleh dari PT Pertamina, Jakarta tahun 2003 dan 2004. Dengan memperhatikan jumlah populasi penduduk Kota Bogor pada tahun tersebut, maka dapat dihitung penggunaan bensin, solar, minyak tanah, minyak diesel dan LPG per jiwa, dengan rumus sebagai berikut : Jumlah penduduk di masa yang akan datang sampai tahun 2100 dihitung dengan memasukkan angka pertambahan penduduk pada program Powersim. Dengan demikian, kemudian dapat dihitung kebutuhan bahan bakar minyak dan gas pada tahun-tahun yang akan datang dengan rumus : Kebutuhan BBMG = prediksi jumlah penduduk X kebutuhan BBMG per kapita.

3.7. Perhitungan Emisi Gas CO

2 Setelah diperoleh angka kebutuhan bahan bakar minyak dan gas untuk tahun 2010– 2100, maka dapat dihitung jumlah emisi gas CO 2 antropogenik melalui rumus: Emisi gas CO 2 antropogenik = jumlah penduduk x kebutuhan bahan bakar per jiwa x faktor emisi dari setiap jenis bahan bakar. Perhitungan jumlah emisi gas CO 2 per jiwa dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Perhitungan jumlah emisi gas CO 2 Jenis bahan bakar Penggunaan ljiwa Faktor emisi kgl Jumlah emisi kg Bensin A i 2,31 2,31 A i Solar B i 2,68 2,68 B i Minyak Tanah C i 2,52 2,52 C i LPG D i 1,51 1,51 D i Minyak Diesel E i 3,09 3,09 E i Jumlah Emisi Gas CO 2 per jiwa 2,31A i +2,68B i +2,52C i +1,51D i +3,09E i Keterangan : Khusus satuan penggunaan untuk LPG adalah kgjiwa Kebutuhan BBMG per kapita = penggunaan BBMG jumlah penduduk . 41

3.8. Penghitungan Kepadatan Kendaraan

Penghitungan kepadatan kendaraan dimaksudkan untuk menentukan waktu kepadatan kendaraan tertinggi. Informasi ini untuk dijadikan sebagai penentuan waktu pengambilan contoh gas CO 2 ambien. Kepadatan kendaraan di lima lokasi yakni: Warung Jambu, Baranang Siang, Ekalokasari, Pasar Bogor dan Jembatan Merah dihitung secara langsung dengan mengunakan penghitung tangan hand counter. Penghitungan dilakukan setiap setengah jam dari pukul 6.00 – 18.00 selama satu minggu. Setelah data terkumpul kemudian dibuat grafiknya.

3.9. Pengukuran Kandungan Gas CO

2 Ambien Mengingat gas CO 2 bukan merupakan polutan, maka data tentang konsentrasi ambien gas ini jarang tersedia dan jarang pula diukur. Metode pengambilan sampelnya pun tidak tersedia. Pada buku Hadi 2006 yang berjudul: Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan terbitan PT Gramedia Pustaka Utama juga tidak membahasnya. Alat yang dapat dipergunakan untuk mengukur konsentrasi ambien gas ini adalah NDIR Non Dispersive Infrared Gas Analyzer. Namun karena alat ini tidak tersedia dan harga sewa pakainya pun sangat mahal, maka dalam penelitian ini digunakan metode seperti yang akan dijelaskan berikut ini. Mula-mula udara yang ada di dalam tabung gelas yang bersumbat karet dengan volume sekitar 25 ml disedot dengan menggunakan spuit 20 ml. Ketika terasa sedotan kuat di spuit, lalu spuit tabung penyedot dengan cepat ditanggalkan dari sambungan jarum, dengan kondisi jarum tetap berada pada karet sumbat botol. Perlakuan ini dilakukan sebanyak 5 kali. Hal ini dimaksudkan agar udara ambien dapat masuk ke dalam tabung gelas dengan baik dan sebaliknya udara yang terperangkap dalam tabung akan keluar. Dengan dibiarkan jarum tetap berada dalam sumbat karet untuk beberapa saat, maka tekanan dalam tabung sama dengan udara luar yaitu sekitar 1 atm. Spuit kemudian digunakan untuk mengisap udara ambien, lalu udara dimasukkan ke dalam tabung gelas dengan menekan pendorong spuit. Perlakuan seperti itu dilakukan sebanyak lima kali. Setelah selesai, lubang bekas tusukan jarum ditutup dengan parafin dan dibungkus dengan plastik wrap. Tabung gelas kemudian diberi nomor dan dicatat sesuai dengan lokasinya. . 42 Tabung berisi udara sampel kemudian dibawa ke laboratorium. Setelah sampai di laboratorium pembungkus plastik wrap dibuka dan sumbat parafin dikelupas. Jarum siring sangat kecil ditusukkan ke dalam sumbat karet pada bekas tusukan jarum ketika pengisian sampel. Dengan menggunakan siring 2 µl gas disedot sebanyak 0,5 µl dan diinjeksikan ke dalam lubang injeksi gas kromatografi. Spesifikasi alat yang dipergunakan adalah kolom OV 17 dan detektor FID. Temperatur alat diset inisial dan final pada suhu 80 o C, sedangkan suhu pada injektor 120 o C dan suhu pada detektor 150 o C. Setelah beberapa saat printer akan mencatat hasil pengukuran. Pengukuran konsentrasi standar sama dengan tahapan pengerjaan untuk pengukuran sampel. Konsentrasi gas standar pada pengukuran pertama 200 ppm sedangkan pada pengukuran kedua 250 ppm. Penghitungan konsentrasi sampel dengan menghitung persen konsentrasi sampel hasil tercatat pada kertas printer pada uji sampel dikalikan dengan persen konsentrasi standar hasil tercatat pada kertas printer pada uji standar. Waktu retensi untuk gas CO 2 sekitar 3,42 menit. Hasil pengukuran contoh kemudian dihitung berdasarkan konsentrasi standar. Foto-foto alat kromatografi gas beserta kolom dan pencatat untuk mengukur konsentrasi CO 2 ambien terdapat pada Lampiran 13 serta foto-foto ketika peng- ambilan sampel gas CO 2 di lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 14.

3.10. Luasan Ruang Terbuka Hijau dan Perhitungan Perubahannya