Pembatasan jumlah penduduk. Analisis kebutuhan luasan hutan kota sebagai sink gas CO2 antropogenik dari bahan bakar minyak dan gas di Kota Bogor dengan pendekatan sistem dinamik

107 1. Pemerintah daerah perlu menaati UU Tata ruang No. 26 tahun 2007 yang menyatakan ruang terbuka hijau harus 30 dari luas kota. Pembangunan lahan terbangun disarankan bangunan secara vertikal berlantai dua untuk jumlah penduduk sebanyak 2,5 juta orang pada lahan terbangun seluas 8.032,11 ha. Sisanya untuk ruang terbuka hijau dan hutan kota. Luasan hutan kota yang dibutuhkan dari tahun 2017 sampai 2100 bervariasi sekitar 1.400 ha. 2. Pemerintah Daerah Kota Bogor perlu mengukuhkan areal kebun koleksi tanaman di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat di Cimanggu, Istana Presiden, Arboretum Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan serta Konservasi Alam Gunung Batu, karena secara fisik ekosistem telah berupa hutan kota. 3. Kelembagaan dengan pengaturan yang jelas serta diperlukan adanya perangkat perundangan yang dibuat oleh Pemerintah Kota Bogor yang dapat mendukung penyelenggaraan hutan kota lebih baik. 4. Guna menekan nilai kebutuhan luasan hutan kota Pemda Kota Bogor perlu melakukan kampanye dan usaha lainnya untuk penghematan bahan bakar sampai 30, pengkayaan pada areal bervegetasi jarang dengan jenis pohon berdaya sink sangat tinggi. 5. Mengingat emisi gas CO 2 dari LPG lebih rendah kadarnya dibandingkan dengan bahan bakar minyak lainnya, maka penggunaan bahan bakar gas dapat disarankan untuk dikembangkan di Kota Bogor sebagai pengganti atau pelengkap penggunaan bahan bakar minyak. Jika alternatif ini ditempuh, maka pembangunan stasiun pengisian bahan bakar gas SPBG dan konversi penggunaan minyak tanah ke Epliji, harus sudah mulai dipikirkan teknis pelaksanaannya. 6. Penggunaan mobil hibrida yakni mobil dengan mesin penggerak berbahan bakar bensin atau solar yang dilengkapi dengan penggerak listrik.

7. Pembatasan jumlah penduduk.

108

4.2.8. Strategi Pembangunan Hutan Kota

Setelah diketahui perlu dilakukan penambahan luasan hutan kota, maka untuk mendapatkan hutan kota yang baik dan benar Dahlan 2004, beberapa faktor yang harus dipertimbangkan adalah: 1. Tanaman harus dipilih cocok dengan keadaan iklim dan tanah setempat. Mengingat Kota Bogor merupakan kota dengan curah hujan yang tinggi dan kondisi tanahnya pun subur, maka keadaan tanah dan iklim bukan merupakan kendala yang berarti. Namun untuk tanaman yang lokasinya sangat dekat dengan sumber pencemar, maka tanaman harus dipilih yang memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pencemar. 2. Tanaman harus dipilih dan disesuaikan dengan fungsinya dalam pengelolaan lingkungan. Topik yang dibahas dalam penelitian ini adalah masalah gas CO 2 , maka jenis tanaman yang akan dikembangkan selanjutnya adalah jenis tanaman yang mempunyai daya sink yang sangat tinggi. Dari hasil penelitian ini jenis tanaman yang termasuk ke dalam kategori berdaya sink yang sangat tinggi adalah: kasia Cassia sp. dan trembesi atau kihujan S. saman. Kedua jenis tanaman ini sebaiknya ditanam di pinggir jalan yang sangat padat kendaraan, agar gas CO 2 yang dihasilkan dari kendaraan bermotor dapat diserap dengan baik oleh tanaman tepi jalan. Untuk lokasi lainnya yang agak jauh dari jalan raya selain dengan jenis yang berdaya sink sangat tinggi juga ditanam jenis tanaman lainnya disesuaikan dengan tujuan-tujuan tertentu, misalnya untuk pelestarian keragaman hayati. Menurut kaidah ekologi lingkungan dengan keragaman yang tinggi jauh lebih stabil dibandingkan dengan lingkungan dengan indeks keragaman yang rendah Soeriatmadja 1981. 3. Luasannya cukup. Topik penelitian ini sangat erat kaitannya dengan masalah ini. 4. Estetik. Faktor keindahan harus diperhatikan ketika akan membangun hutan kota, agar hutan kota dapat lebih mempercantik kota. Komposisi tanaman baik berbentuk pohon, semak dan perdu serta rumput diatur sedemikian rupa agar dapat memperindah bangunan rumah, kantor dan lain sebagainya. Dengan demikian tercipta perpaduan yang harmonis dan indah. 5. Jenis yang ditanam tidak menghasilkan getah atau lainnya yang akan mengganggu dan membahayakan manusia. 109 PP No. 63 tahun 2002 menyatakan: 1. Hutan kota dibangun pada suatu hamparan lahan yang kompak dan rapat, 2. Di dalam wilayah perkotaan, 3. Merupakan ruang terbuka hijau yang didominasi oleh pepohonan, 4. Luasan hutan kota minimal dari 0,25 ha. 5. Didominasi oleh jenis pohon. Selain dari persyaratan tersebut agar mampu membentuk atau memperbaiki iklim mikro, estetika, dan berfungsi sebagai resapan air seperti yang dinyatakan dalam PP no. 63 tahun 2002, maka hutan kota juga harus 6. Multi strata. Ada jenis pohon yang tingginya lebih dari 40 – 50 m dan ada juga yang tingginya 20 – 40 m serta jenis dengan ketinggian lebih kecil dari itu. Penyusunan tanaman boleh juga dilengkapi dengan semak dan rumput, namun peletakannya diatur sedemikian rupa, agar tetap indah dan tidak mengganggu. 7. Kepadatan tanaman cukup, artinya cukup padat namun sesuai degan jarak tanam yang disesuaikan dengan lebar tajuk. 8. hutan kota yang dibangun pada tanah negara atau badan usaha milik negara BUMN perlu dikukuhkan oleh Walikota; sedangkan hutan kota yang terdapat pada tanah hak perlu dibuatkan kontrak minimal 15 - 25 tahun dengan imbalan yang menarik dan memadai. 110 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan