Hasil Pengolahan Data Lapangan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Pengolahan Data Lapangan

Penelitian ini dilakukan di tiga Bagian Hutan BH yaitu BH Dayeuluhur, BH Majenang, dan BH Lumbir. Plot contoh yang diambil tersebar di tiga kelompok Kelas Umur KU yaitu KU muda sejumlah 17 plot contoh, KU sedang sejumlah 17 plot contoh dan KU tua sejumlah 4 plot. Pada setiap plot dilakukan perhitungan volume berdasarkan alometrik tabel volume lokal per bagian hutan sedangkan perhitungan biomassa dilakukan dengan menggunakan alometrik dan BEF Biomassa Expansion Factor. Berikut merupakan grafik sebaran diameter dan tinggi pohon berdasarkan kelas umur masing-masing plot contoh : Gambar 4 Grafik sebaran diameter dan tinggi pohon Diameter cm T in g g i m 40 30 20 10 30 25 20 15 10 5 KU 5 6 7 8 1 2 3 4 Gambar 5 a tegakan KU I, b tegakan KU II, c tegakan KU III, d tegakan KU IV, e tegakan KU V, f tegakan KU VI, g tegakan KU VII, h tegakan KU VIII a b c d e f g h Berikut adalah grafik hubungan kelas umur dan biomassa dengan perhitungan berdasarkan koefisien BEF dan perhitungan alometrik : Gambar 6 Grafik hubungan kelas umur dan biomassa BEF Gambar 7 Grafik hubungan kelas umur dan biomassa alometrik Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa biomassa untuk perhitungan alometrik lebih besar dari biomassa BEF. Total biomassa per plot yang diperoleh berkisar dari 2,7693 – 506,4004 TonHa untuk biomassa perhitungan alometrik Kelas Umur B io m a s s a T o n H a 8 7 6 5 4 3 2 1 350 300 250 200 150 100 50 Kelas Umur B io m a s s a T o n H a 8 7 6 5 4 3 2 1 500 400 300 200 100 dan 2,0402 – 335,9863 TonHa untuk biomassa perhitungan BEF. Jumlah biomassa per plot dipengaruhi oleh diameter, tinggi dan jumlah pohon masing- masing plot. Jumlah pohon masing-masing plot dipengaruhi faktor jarak antar pohon. Jarak antar pohon pada perusahaan pengelolaan hutan seperti Perhutani biasanya ditentukan dalam perencanaan pengelolaan hutan yang diatur melalui kegiatan penjarangan. Plot yang memiliki biomassa dan volume yang lebih tinggi daripada plot yang lain, ini disebabkan karena wilayah pengambilan plot contoh tersebut masih belum dilakukan proses penjarangan sehingga kerapatan pohon- pohonnya masih tinggi dan menyebabkan jumlah pohon di dalam plot contoh lebih banyak dibandingkan plot contoh lain yang kelas umurnya relatif sama. Dari hasil perhitungan biomassa diperoleh hasil, biomassa atas permukaan dengan menggunakan persamaan alometrik berbeda dengan perhitungan biomassa atas permukaan menggunakan koefisien BEF. Hal ini disebabkan karena perhitungan menggunakan koefisien BEF sifatnya lebih umum. Nilai koefisien tersebut digunakan untuk jenis pinus pada hutan tropis sedangkan persamaan alometrik yang digunakan untuk perhitungan biomassa pada penelitian ini sifatnya lebih khusus karena persamaan tersebut dibuat untuk perhitungan pinus pada daerah dengan ketinggian dan topografi yang kurang lebih sama dengan daerah penelitian. Sehingga pada penelitian ini, penggunaan metode alometrik untuk menghitung biomassa di lapangan lebih dianjurkan.

5.2 Hasil Pengolahan Data Citra ALOS PALSAR