dengan satelit optik dapat direduksi dengan menggunakan sistem penginderaan jauh aktif radar. Pada tahun 2006, pemerintah Jepang meluncurkan satelit ALOS
Advanced Land Observing Sattelite yang membawa sensor radar. Salah satu jenis sensornya yaitu PALSAR Phased Array Type L-band Shynyhetic Aperture
Radar dapat digunakan untuk menduga biomassa suatu tegakan.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk : 1.
Menganalisis cara menduga biomassa pinus Pinus merkusii Jungh et de Vriese. di lapangan.
2. Menganalisis korelasi nilai backscatter dengan biomassa pinus secara
spasial dengan menggunakan citra ALOS PALSAR resolusi spasial 50 m dan 12,5 m.
3. Memetakan pendugaan biomassa pinus.
1.3 Manfaat
1. Memberikan informasi tentang potensi biomassa tegakan pinus di kawasan
hutan KPH Banyumas Barat. 2.
Sebagai masukan dalam pembuatan kebijakan mengenai perdagangan karbon.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 RADAR Radio Detecting and Ranging
Penginderaan jauh sistem aktif menggunakan tenaga elektromagnetik yang dibangkitkan oleh sensor radar. Kata RADAR merupakan suatu singkatan untuk
Radio Detecting and Ranging. Sesuai dengan nama yang digunakan, radar dikembangkan sebagai suatu cara yang menggunakan gelombang radio untuk
mendeteksi adanya objek dan menentukan jarak posisi-nya Lillesand dan Kiefer 1990. Tenaga yang dibangkitkan berupa pulsa berenergi tinggi. Tenaga
dipancarkan pada waktu yang sangat pendek sekitar 10
-6
detik. Pancarannya ditujukan pada arah objek sehingga pulsa radar mengenai objek, dan dipantulkan
kembali ke sensor radar. Sensor radar dapat mengukur dan mencatat waktu dari saat pemancaran tenaga hingga kembali ke sensor, mengukur dan mencatat
intensitas tenaga balik backscatter pulsa radar Purwadhi 2001. Lillesand dan Kiefer 1990 menuliskan bahwa sebagian besar radar
penginderaan jauh berwahana udara dilakukan dengan sistem yang menggunakan antena yang dipasang pada bagian bawah pesawat dan diarahkan ke samping.
Sistem semacam ini dinamakan Side Looking Radar SLR atau Side Looking Aperture Radar SLAR. Sistem SLAR menghasilkan jalur citra yang
bersinambungan yang menggambarkan daerah medan luas serta berdekatan dengan jalur terbang.
Kenampakan unsur medan pada citra dipengaruhi oleh faktor sifat khas sinyal yang ditransmisikan dan sifat permukaan yang memantulkannya di medan.
Sifat khas sinyal yang ditransmisikan dipengaruhi oleh a panjang gelombang dan kemampuan daya tembusnya terhadap atmosfer dan permukaan tanah, b
sudut depresi antena, merupakan salah satu aspek geometrik pada citra radar dan penyebab terjadinya efek pantulan balik pulsa radar, efek bayangan pada objek
yang tinggi, efek relief topografi seperti efek rebah ke dalam, efek pemendekan lereng, c polarisasi atau pengarahan vektor elektrik pada gelombang
elektromagnetik pulsa radar menurut suatu bidang datar, d arah pengamatan
antena, erat hubungannya dengan arah objek, yang mempengaruhi pantulan balik pulsa radar Purwadhi 2001.
Sinyal radar dapat ditransmisikan danatau diterima dalam bentuk polarisasi yang berbeda. Maksudnya, sinyal dapat disaring sedemikian rupa sehingga
getaran gelombang elektrik dibatasi hanya pada satu bidang datar yang tegak lurus arah perjalanan gelombang. Satu sinyal SLAR dapat ditransmisikan pada bidang
mendatar H ataupun tegak V. Sinyal tersebut dapat pula diterima pada bidang mendatar atau tegak. Jadi, kita mempunyai kemungkinan empat kombinasi sinyal
transmisi dan penerimaan yang berbeda yaitu dikirim H, diterima H, dikirim H, diterima V, dikirim V, diterima H, dikirim V, dan diterima V. Citra dengan
polarisasi searah dihasilkan dari paduan HH dan VV. Citra dengan polarisasi silang dihasilkan dari paduan HV dan VH. Karena berbagai objek mengubah
polarisasi tenaga yang mereka pantulkan dalam berbagai tingkatan maka bentuk polarisasi sinyal mempengaruhi kenampakan objek pada citra yang dihasilkan
Lillesand dan Kiefer 1990. Banyak sifat khas medan yang bekerja bersama dengan panjang gelombang
dan polarisasi sinyal radar untuk menentukan intensitas hasil balik radar dari objek. Akan tetapi faktor utama yang mempengaruhi intensitas hasil balik radar
dari objek adalah ukuran geometris dan sifat dielektrik objek. Efek geometri sensorobjek dari intensitas backscatter radar terpadu dengan efek kekasaran
permukaan. Kekasaran permukaan objek merupakan fungsi variasi relief sehubungan dengan panjang gelombang pantulan tenaga. Permukaan dengan
kekasaran yang pada dasarnya sama atau lebih besar dari panjang gelombang yang ditransmisikan, tampak kasar. Sifat dielektrik kenampakan medan bekerja sangat
erat dengan sifat khas geometri untuk menentukan intensitas hasil balik radar. Satu ukuran bagi sifat khas elektrik obyek adalah tetapan dielektrik komplek.
Parameter ini merupakan suatu indikasi bagi daya pantul dan konduktivitasdaya hantar berbagai material Lillesand dan Kiefer 1990.
Secara teori, vegetasi mempunyai permukaan yang kasar dan kandungan kelembaban yang tinggi sehingga vegetasi lebih banyak menghamburkan dan
memantulkan energi radar yang datang sedangkan energi radar yang terserap objek hanya sedikit atau bahkan tidak ada. Pantulan dan hamburan yang kuat dari
vegetasi akan memberikan rona yang sangat cerah pada citra. Variasi rona yang disebabkan adanya variasi permukaan vegetasi ini dapat menunjukkan perbedaan
kekasaran vegetasi sebagai akibat perbedaan lebar tajuk. Semakin kasar vegetasi akan memberikan tone yang cerah, hutan akan tampak cerah karena tajuknya
kasar. Lebar tajuk dapat dihubungkan dengan diameter atau volume pohon dimana sejalan dengan perkembangan tajuk akan diikuti membesarnya diameter
batang Puspitasari 2010.
2.2 PALSAR Phased Array Type L-band Synthetic Aperture Radar