Pemilihan Model Terbaik Pendugaan biomassa atas permukaan pada tegakan pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) menggunakan citra alos palsar resolusi spasial 50 M dan 12,5 M (studi kasus di KPH Banyumas Barat)

bisa berupa image foreshortening, bayangan bukit, atau layover yang bisa berpengaruh pada nilai backscatter objek yang bersangkutan. Objek yang posisinya menghadap sensor, akan memiliki tone yang lebih cerah daripada objek yang membelakangi sensor sehingga nilai backscatter objek tersebut menjadi lebih tinggi dibandingkan objek yang membelakangi sensor. Hal ini berpengaruh pada citra biomassa yang dibuat. Tingginya nilai backscatter mengakibatkan tingginya nilai biomassa pada citra walaupun pada kenyataannya potensi biomassa lapangan pada wilayah tersebut sebenarnya sama. Perlakuan slope correction pada citra resolusi 12,5 m yang digunakan dalam penelitian ini memberikan hasil visual yang lebih baik daripada citra 50 m yang belum dikoreksi kelerengan.

5.3 Pemilihan Model Terbaik

Berikut merupakan tabel hasil analisis regresi pemilihan model terbaik untuk pendugaan biomassa menggunakan BEF : Tabel 5 Hasil Analisis Regresi Pemilihan Model Terbaik untuk Pendugaan Biomassa Model Pendugaan Resolusi Citra Polarisasi Parameter R² RMSE Y=aexpbX BEF 50 m HH a = 125,794 0,001 89,071522 b = -0,008 HV a = 327,772 0,084 85,280572 b = 0,082 12,5 m HH a = 436,994 0,091 84,946301 b = 0,174 HV a = 2315,335 0,241 77,610908 b = 2770,194 Alometrik 50 m HH a = 212,504 0,005 120,45183 b = 0,024 HV a = 564,117 0,128 112,77973 b = 0,099 12,5 m HH a = 640,442 0,104 114,34674 b = 0,178 HV a = 1893,631 0,21 107,37669 b = 0,185 Y=expa+bX BEF 50 m HH a = 4,835 0,001 89,071522 b = -0,008 HV a = 5,792 0,084 85,280572 b = 0,082 Tabel 5 Hasil Analisis Regresi Pemilihan Model Terbaik untuk Pendugaan Biomassa lanjutan Model Pendugaan Resolusi Citra Polarisasi Parameter R² RMSE 12,5 m HH a = 6,08 0,091 84,946301 b = 0,174 HV a = 7,747 0,241 77,610908 b = 0,23 Alometrik 50 m HH a = 5,359 0,005 120,45183 b = 0,024 HV a = 6,335 0,128 112,77973 b = 0,099 12,5 m HH a = 6,462 0,104 114,34674 b = 0,178 HV a = 7,546 0,21 107,37669 b = 0,185 Y=Xa+bX BEF 50 m HH a = -0,003 0,004 88,93926 b = 0,007 HV a = 0,047 0,041 87,256834 b = 0,012 12,5 m HH a = 0,041 0,042 87,226429 b = 0,014 HV a = 0,274 0,213 79,032209 b = 0,104 Alometrik 50 m HH a = 0,001 0,001 120,73585 b = 0,006 HV a = 0,041 0,073 116,28237 b = 0,009 12,5 m HH a = 0,03 0,049 117,7568 b = 0,01 HV a = 0,149 0,163 110,46685 b = 0,017 Y=a+bX1+cX2 BEF 50 m - a = 429,679 0,439 67,6684 b = -51,238 c = 50,571 Alometrik 50 m - a = 603,494 0,397 95,1164 b = -59,225 c = 64,735 BEF 12,5 m - a = 435,367 0,294 75,9046 b = -29,104 c = 39,846 Alometrik 12,5 m - a = 591,708 0,258 105,5332 b = -23,963 c = 44,872 Tabel 5 Hasil analisis regresi pemilihan model terbaik untuk pendugaan biomassa lanjutan Model Pendugaan Resolusi Citra Polarisasi Parameter R² RMSE Y=Expa+bX1+cX2 BEF 50 m - a = 7,478 0,442 67,48 b = -0,44 c = 0,447 Alometrik 50 m - a = 7,664 0,372 9,0732 b = -0,335 c = 0,379 BEF 12,5 m - a = 7,449 0,232 107,3611 b = -0,186 c = 0,28 Alometrik 12,5 m - a = 7,547 0,298 75,7354 b = -0,322 c = 0,392 Penelitian mengenai analisis hubungan nilai backscatter dengan jumlah biomassa di lapangan telah banyak dilakukan. Penelitian tersebut pada umumnya menyimpulkan bahwa polarisasi HV mampu menjelaskan dengan baik pendugaan-pendugaan biomassa di lapangan Rauste et al 2007; Awaya 2009. Dari analisis model yang dicobakan untuk menduga biomassa dengan BEF diperoleh hasil, untuk citra resolusi 50 m adalah model Y = Expa+ bX 1 +cX 2 dengan nilai R 2 adj koefisien determinasi yang disesuaikan 44,2 dan RMSE 67,48. Sedangkan untuk citra resolusi 12,5 m model terbaik yang bisa digunakan untuk menduga biomassa adalah model Y = a+bX 1 +cX 2 dengan nilai R 2 adj 29,4 dan RMSE 75,90. Untuk menduga biomassa dengan alometrik diperoleh hasil, untuk citra resolusi 50 m adalah model Y = a+bX 1 +cX 2 dengan nilai R 2 adj 39,7 dan RMSE 95,12. Sedangkan untuk citra resolusi 12,5 m model yang bisa digunakan adalah model Y = a+ bX 1 +cX 2 dengan nilai R 2 adj 25,8 dan RMSE 105,5332. Merujuk pada hasil koefisien determinasi yang disesuaikan R 2 adj , nilai RMSE, nilai Overall Accuracy dan Kappa Accuracy yang dijadikan dasar pemilihan model untuk menduga biomassa, maka model terbaik yang bisa digunakan untuk menduga biomassa pada kawasan hutan KPH Banyumas Barat adalah model Y = Expa+ bX 1 +cX 2 untuk citra resolusi 50 m menggunakan metode BEF. Sedangkan untuk citra resolusi 12,5 m model terbaik yang diperoleh adalah model Y = a+ bX 1 +cX 2 menggunakan metode alometrik. Model terbaik yang terpilih merupakan model yang menggunakan dua variabel polarisasi yaitu polarisasi HH dan HV.

5.4 Peta Sebaran Biomassa