Hasil Pengolahan Data Citra ALOS PALSAR

5.2 Hasil Pengolahan Data Citra ALOS PALSAR

Berikut merupakan grafik nilai backscatter polarisasi HH dan HV pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 m dan 12,5 m untuk setiap kelas umur : Gambar 8 Grafik nilai backscatter polarisasi HH citra ALOS PALSAR resolusi 50 m dan 12,5 m Gambar 9 Grafik nilai backscatter polarisasi HV citra ALOS PALSAR resolusi 50 m dan 12,5 m Koefisien backscatter merupakan ukuran kuantitatif kekuatan sinyal pancar balik radar dari objek. Ukuran backscatter sama seperti reflektansi pada HH_50m H H _ 1 2 .5 m -1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 -10 -5 -6 -7 -8 -9 -10 -11 KU 5 6 7 8 1 2 3 4 HV_50m H V _ 1 2 .5 m -8 -10 -12 -14 -16 -18 -10 -11 -12 -13 -14 -15 -16 -17 -18 -19 KU 5 6 7 8 1 2 3 4 sistem optik dan nilainya berlainan tergantung jenis objeknya. Faktor-faktor dari sistem sensor yang mempengaruhi yaitu panjang gelombang mikro yang digunakan band X, C, S, L, dan P, polarisasi HH,HV,VV,VH, sudut pandang dan orientasi, dan resolusi Nurhayati 2010. Nilai backscatter citra ALOS PALSAR resolusi 12,5 m lebih rendah dibandingkan dengan citra resolusi 50 m dengan rata-rata -6,9615 HH dan - 12,7183 HV untuk citra resolusi 12,5 m, dan rata-rata -5,2798 HH dan -11,251 HV untuk citra resolusi 50 m. Ini membuktikan bahwa resolusi citra berpengaruh terhadap besarnya nilai backscatter. Demikian pula halnya dengan faktor polarisasi, dari hasil yang diperoleh, polarisasi HV memiliki nilai backscatter yang lebih rendah dibandingkan dengan polarisasi HH. Setiap jenis tumbuhan mempunyai karakterisitik yang berbeda-beda dari bentuk tajuk, susunan daun, diameter maupun tingginya. Sifat khas tersebut memberikan pengaruh terhadap distribusi gelombang elektromagnetik yang mengenai objek sehingga menghasilkan nilai digital yang berbeda-beda. Pada radar, gelombang yang berinteraksi dengan objek mempengaruhi besarnya koefisien backscatter suatu objek. Vegetasi memiliki permukaan kasar dan kelembapan tinggi sehingga vegetasi lebih banyak menghamburkan dan memantulkan energi radar yang datang daripada yang terserap. Kekasaran permukaan dapat dipengaruhi oleh lebar tajuk yang sejalan dengan membesarnya tajuk maka pertumbuhan pohon dalam parameter diameter dan tinggi juga akan meningkat. Semakin kasar permukaan vegetasi, tone yang didapatkan pada citra akan semakin cerah dan nilai backscatter yang dihasilkan akan semakin tinggi. Pada grafik kita dapat melihat bahwa nilai backscatter pada kelompok umur muda lebih rendah dibanding kelompok umur yang lebih tua. Berdasarkan kenampakannya pada citra, titik yang kelas umurnya tua memiliki kecerahan yang lebih tinggi dibanding dengan titik yang kelas umurnya muda. Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah citra ALOS PALSAR resolusi 50 m yang belum dilakukan proses koreksi kelerengan slope correction dan citra resolusi 12,5 m yang sudah diproses koreksi kelerengan slope correction. Slope correction digunakan untuk meminimalisir bias yang bisa ditimbulkan oleh efek topografi yang biasa terdapat pada citra radar. Efek tersebut bisa berupa image foreshortening, bayangan bukit, atau layover yang bisa berpengaruh pada nilai backscatter objek yang bersangkutan. Objek yang posisinya menghadap sensor, akan memiliki tone yang lebih cerah daripada objek yang membelakangi sensor sehingga nilai backscatter objek tersebut menjadi lebih tinggi dibandingkan objek yang membelakangi sensor. Hal ini berpengaruh pada citra biomassa yang dibuat. Tingginya nilai backscatter mengakibatkan tingginya nilai biomassa pada citra walaupun pada kenyataannya potensi biomassa lapangan pada wilayah tersebut sebenarnya sama. Perlakuan slope correction pada citra resolusi 12,5 m yang digunakan dalam penelitian ini memberikan hasil visual yang lebih baik daripada citra 50 m yang belum dikoreksi kelerengan.

5.3 Pemilihan Model Terbaik