BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karbondioksida  CO
2
merupakan  salah  satu  gas  rumah  kaca  yang  paling berperan sebagai  perangkap panas di  atmosfer sehingga menyebabkan terjadinya
pemanasan  global  dan  perubahan  iklim.  Peningkatan  karbondioksida  di  udara kebanyakan  berasal  dari  pembakaran  bahan  bakar  fosil,  kegiatan  penggunaan
lahan,  serta  alih  guna  lahan  dan  hutan  khususnya  kegiatan  deforestasi  dan degradasi  hutan.  Dalam  rangka  meminimalisasi  dampak  perubahan  iklim  ini,
lembaga  dunia  telah  mencanangkan  program  melalui  Protokol  Kyoto  1997. Perjanjian  tersebut  mewajibkan  negara-negara  industri  menurunkan  emisinya
sebanyak  5  dari  tingkat  tahun  1990.  Hasil  yang  diperoleh  dari  perjanjian tersebut tidak sebesar yang diharapkan. Selanjutnya, pada Desember 2007 di Bali
dilaksanakan  pertemuan  UNFCCC  yang  ke –  13.  Dari  pertemuan  tersebut
Indonesia mengusulkan konsep REDD Reduced Emision from Deforestation and forest  Degradation,  konsep  ini  menjadi  awalan  konsep  carbon  trade  sebagai
kontribusi negara-negara pemilik hutan tropis untuk mengurangi kerusakan hutan dan mencegah pemanasan global.
Hutan  mengabsorpsi  CO
2
selama  fotosintesis  dan  menyimpannya  sebagai materi  organik  dalam  biomassa  tumbuhan.  Biomassa  tumbuhan  merupakan
ukuran  yang  paling  sering  digunakan  untuk  menggambarkan  dan  mempelajari pertumbuhan  tanaman.  Informasi  tentang  potensi  biomassa  tumbuhan  dapat
diperoleh  menggunakan  metode  konvensional,  akan  tetapi  metode  tersebut memerlukan  waktu  dan  biaya  yang  besar  serta  sulit  untuk  memenuhi  tuntutan
informasi saat ini  yang mensyaratkan kecepatan, ketelitian dan keakuratan tinggi dalam penyajian informasi.
Pengamatan  hutan  dengan  menggunakan  teknologi  penginderaan  jauh semakin  hari  semakin  berkembang.  Informasi  yang  disajikan  pun  terbilang
lengkap  dan  dapat  diperoleh  dalam  waktu  yang  singkat.  Saat  ini  metode pendugaan  biomassa  dapat  juga  dilakukan  dengan  menggunakan  metode
penginderaan jauh. Posisi Indonesia yang sering dipengaruhi awan jika ditangkap
dengan  satelit  optik  dapat  direduksi  dengan  menggunakan  sistem  penginderaan jauh aktif radar. Pada tahun 2006, pemerintah Jepang meluncurkan satelit ALOS
Advanced  Land  Observing  Sattelite  yang  membawa  sensor  radar.  Salah  satu jenis sensornya  yaitu PALSAR Phased Array Type  L-band Shynyhetic Aperture
Radar dapat digunakan untuk menduga biomassa suatu tegakan.
1.2 Tujuan