Berdasarkan tabel 4.2, tingkat ketuntasan belajar meningkat bila dibandingkan dengan hasil pretest. Namun, tingkat ketuntasan belajar secara
klasikal belum mencapai 80 dari keseluruhan siswa. Banyaknya siswa yang tuntas sebanyak13 siswa atau 68,42 sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 6
siswa atau 31,58. Rata-rata nilai kemampuan guling belakang yang diperoleh siswa adalah 69.
Pada siklus I, siswa belum sepenuhnya memahami apa yang menjadi arahan guru dalam melaksanakan pembelajaran guling belakang memanfaatkan
media bidang miring. Beberapa siswa masih terlihattakut dalam melakukan guling belakang. Bisa dikatakan untuk siklus pertama ini, efektifitas pembelajaran dan
kondisi pembelajaran yang kondusif belum terlihat.
4.1.2.2 Hasil Nontes Siklus I
4.1.2.2.1 Hasil Denyut Nadi Siswa Denyut nadi dapat diartikan sebagai kuantitas gerakan yang dilakukan oleh
siswa, kondisi keaktifan siswa ditinjau dari banyaknya denyut nadi yang diamati selama pembelajarandisajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.3 Pengamatan Rata-Rata Denyut Nadi Siswa pada Siklus I Proses yang diamati
Sebelum Aktivitas
Setelah Aktivitas
Menghitung banyak denyut nadi 42
59
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya banyak denyut
nadi siswa dari sebelum dan setelah aktivitas belajar.
4.1.2.2.2 Hasil Observasi Keaktifan dan Angket Tanggapan Siswa Berdasarkan hasil observasi, diperoleh tingkat keaktifan siswa sebesar
82. Pengamatan keaktifan siswa meliputi memperhatikan penjelasan dan instruksi, bertanya dan menanggapi, antusiasme, kesigapan dan fokus belajar
siswa, sertabekerjasama dengan baik. Selama proses pembelajaran, penjelasan yang diberikan oleh guru membantu siswa dalam memahami materi yang
disampaikan. Selain memberikan penjelasan, guru juga melakukan bimbingan kepada siswa lain dalam memberikan instruksi dalam melakukan guling belakang
dengan teknik yang benar. Pada awal pembelajaran siswa masih merasa canggung, hal ini
dikarenakan pendekatan pembelajaran yang digunakan merupakan hal baru bagi siswa. Materi yang disajikan menarik perhatian siswa, karena disajikan dan
disampaikan dengan metode variasi dan alat yang dimodifikasi. Pemanfaatan bidang miring membuat siswa mudah menggulingkan badan ke belakang. Siswa
mampu melewati rintangan yang diberikan. Sekalipun siswa belum memahami teknik guling belakangsecara sempurna namun siswa merasa tertarik untuk
memperhatikan lebih lanjut karena pada teknik ini, guru melibatkan siswa secara aktif.
4.1.2.2.3 Hasil Telaah Jurnal Pada siklus I materi yang disampaikan adalah gerakan atau tahapan-
tahapan dalam melakukan guling belakang. Seluruh siswa dapat mengikuti proses pembelajaran sampai akhir dengan baik. Siswa terlihat antusiasdalam mengikuti
pembelajaran karena ada satu hal yang baru yakni pemanfaatan bidang miring sebagai media guling belakang. Guru mampu mengkondisikan siswa dalam
pebelajaran yang kondusif meskipun belum seluruh siswa mencapai ketuntasan. Berdasarkan data yang telah diperoleh, terdapat beberapa temuan sebagai
bahan pertimbangan guru untuk melaksanakan tindakan selanjutnya. Temuan tersebut adalah sebagai berikut.
1 Pada saat guru menyampaikan tujuan dan motivasi, siswa terlihat antusias menjawab pertanyaan guru sebagi apersepsi. Hal ini dikarenakan pertanyaan
yang dilontarkan mudah dipahami dan dijawab oleh siswa. 2 Pada saat guru menyajikan informasi mengenai materi yang akan dipelajari,
siswa menyimak dengan baik. Namun pada saat guru menjelaskan langkah- langkah yang akan dilakukan siswa, ada beberapa siswa yang kurang fokus
mendegarkan penjelasan dan asyik mengobrol. 3 Pada saat siswa dikondisikan untuk mencoba melakukan guling belakang di
bidang miring dengan kemiringan 20
o
, beberapa siswa mulai terlihat gaduh dan merasa kebingungan.
4 Pada saat guru membimbing dan mengamati siswa, beberapa dari mereka tidak melakukan apa yang diarahkan guru, tidak ikut melaksanakan proses
pembelajaran, serta asyik bermain-main sendiri. 5 Pada saat praktik dengan kemiringan 20
o
, beberapa siswa mau melakukan guling belakang dan langsung mengguling dengan cepat ke belakang. Hal ini
membuat beberapa siswa yang lain, terutama siswa putri justru takut untuk
mencoba. Untuk praktik dengan kemiringan 15
o
, semua siswa dapat mencoba tanpa halangan.
Berdasarkan temuan di atas, peneliti perlu menyusun perencanaan yang lebih baik untuk siklus berikutnya. Dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya,
peneliti perlu memberikan bimbingan dan arahan serta mendesain kemiringan matras yang tepat agar pembelajaran guling belakang dapat berjalan lebih baik
dan mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Berikut ini adalah beberapa hasil refleksi pada setiap tahapan.
1 Pada langkah 1, guru harus lebih kreatif dalam melakukan apersepsi. 2 Pada langkah 2, guru harus membimbing siswa agar menyimak penjelasan
sehingga tidak lagi merasa kebingungan dalam melakukan gerakan guling belakang seperti yang guru inginkan.
3 Pada langkah 3, guru harus menegur siswa yang mengobrol terus dan mengarahkan siswa agar menciptakan pembelajaran yang kondusif.
4 Pada langkah 4, guru harus tegas dalam menegur siswa yang membuat kegaduhan selama pembelajaran berlangsung. Siswa dikondisikan dalam
suatu pembelajaran yang disiplin. 5 Pada langkah 5, guru membimbing siswa satu per satu untuk mencoba
melakukan guling belakang dengan kemiringan matras bervariasi. Dalam hal ini perlu dipilih kemiringan dengan derajat yang lebih kecil.
Untuk mengatasi masalah tersebut, rencana pada siklus 2 adalah menggunakan kemiringan 10
o
dan 5
o
.
4.1.2.2.4 Dokumentasi Berikut ini adalah dokumentasi kegiatan pembelajaran pada siklus 1.
Pembelajaran dimulai dengan persiapan dan pemanasan statisdinamis sebagaimana terlihat pada gambar berikut.
Gambar 4.1
Guru dibantu siswa menyiapkan alat berupa bidang miring
Gambar 4.2
Guru memberikan pengarahan sebelum pembelajaran
Gambar 4.3
Siswa melakukanpemanasan sebelum pembelajaran Guru memberikan penjelasan kepada siswa bagaimana melakukan guling
belakang. Selanjutnya siswa mempraktikan guling belakang secara bergantian sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 4.4
Guru memberi contoh kepada siswa
Gambar 4.5
Siswa melakukan pretest dengan kemiringan 0
o
mendatar
Langkah 1
Gambar 4.6
Siswa melakukan pretest dengan kemiringan 0
o
mendatar Langkah 2
Gambar 4.7
Siswa melakukan pretest dengan kemiringan 0
o
mendatar Langkah 3
Gambar 4.8
Siswa melakukan pretest dengan kemiringan 0
o
mendatar Langkah 4
Gambar 4.9
Siswa melakukan pretest dengan kemiringan 0
o
mendatar Langkah 5
Selanjutnya, siswa mencoba melakukan guling belakang dengan kemiringan 20
o
dan 15
o
.
Gambar 4.10
Siswa melakukan postest dengan kemiringan 20
o
Tahap 1
Gambar 4.11
Siswa melakukan postest dengan kemiringan 20
o
Tahap 2
Gambar 4.12
Siswa melakukan postest dengan kemiringan 20
o
Tahap 3
Gambar 4.13
Siswa melakukan postest dengan kemiringan 20
o
Tahap 4
Gambar 4.14
Siswa melakukan postest dengan kemiringan 20
o
Tahap 5
Gambar 4.15
Siswa melakukan postest dengan kemiringan 15
o
Tahap 1
Gambar 4.16
Siswa melakukan postest dengan kemiringan 15
o
Tahap 2
Gambar 4.17
Siswa melakukan postest dengan kemiringan 15
o
Tahap 3
Gambar 4.18
Siswa melakukan postest dengan kemiringan 15
o
Tahap 4
Gambar 4.19
Siswa melakukan postest dengan kemiringan 15
o
Tahap 5
Gambar 4.20
Siswa dengan sikap akhir yang belum sempurna postest dengan kemiringan 15
o
Tahap 6 Sikap akhir yang kurang sempurna karena gerakan meluncur yang tidak terkendali
4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II 4.1.3.1 Hasil Tes Kemampuan Guling belakang Siklus II
Siklus II merupakan tindakan perbaikan dari siklus sebelumnya dengan aspek perbaikan sebagaimana telah dibahas sebelumnya.Setelah
pembelajaranpada siklus I dinilai kurang optimal, guru merencanakan kegiatan pembelajaran siklus II sebagai berikut.
1 Penyampaian tujuan dan memotivasi siswa.Kegiatan ini dimulai dengan mengkondisikan siswa ke dalam pembelajaran yang kondusif. Melakukan
presensi, menyampaikan tujuan, dan memberikan motivasi kepada siswa. Pada tahap ini siswa menyimak dengan baik dan terlihat antusisas ketika guru
mengadakan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan mengenai teknik melakukan guling belakang dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai. 2 Peragaan. Kegiatan ini dimulai dengan menjelaskan mengenai tahapan
gerakan guling belakang yang akan dilakukan siswa dimulai dari sikap awal hingga sikap akhir. Pada tahap ini siswa sudah lebih tertib dalam
mendengarkan penjelasan guru dan dilibatkan secara aktif dalam peragaan. 3 Kegiatan membimbing siswa.Tahapan ini dimulai setelah guru memberikan
arahan apa yang harus siswa lakukan. Guru membimbing dan mengamati kegiatan yang dilakukan siswa. Apabila siswa mengalami kesulitan dan masih
belum paham dari setiap gerakan dari guling belakang, guru menjelaskan serta memberi contoh kembali gerakan tiap fasedalam guling belakang.
Kondisi siswa lebih baik, kelas tidak lagi ribut dan siswa cukup mengerti apa yang dijelaskan guru akan tugasnya.
4 Praktik. Siswa mempraktikkan guling belakang satu per satu dengan kemiringan 10
o
, 5
o
, dan selanjutnya posttest dengan kemiringan 0
o
.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, siswa sudah cukup baik dan efektif dalam pembelajaran dengan dengan pengurangan sudut kemiringan alat bantu
bidang miring secara bertahap. Siswa terlihat senang dan terbantu dengan pembelajaran yang guru terapkan. Pada siklus II terlihat peningkatan yang cukup
signifikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes yang dilakukan pada siklus II. Tingkat ketuntasan belajar siswa pada siklus II disajikan pada tabel berikut .
Tabel 4.4Tingkat Ketuntasan Belajar Siklus II No Kategori
Jumlah Frekuensi
1 Tuntas 17
89,47 2 Tidak
tuntas 2
10,53 Jumlah
19 100
Berdasakan tabel 4.4, banyaknya siswa yang tuntas belajar adalah 89,47. Rata-rata kemampuan guling belakang siswa pada siklus II mencapai nilai 80. Hal
ini tidak terlepas dari hasil perbaikan siklus I. Siswa benar-benar sudah memahami apa yang disampaikan guru dalam evaluasi siklus I. Adapun
pelaksanaan siklus II dijelaskan pada hasil nontes kemampuan guling belakang berikut.
4.1.3.2 Hasil Nontes Kemampuan Guling belakang Siswa pada Siklus II
4.1.3.2.1 Hasil Pengamatan Denyut Nadi Siswa Dengan memperhatikan catatan harian, kondisi keaktifan siswa ditinjau
dari banyaknya denyut nadi yang diamati selama pembelajaran disajikan pada tabel berikut.