c. Gentamisin Gentamisin merupakan antibiotik golongan aminoglikosida yang efektif
terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif. Antibiotik ini tidak bekerja terhadap bakteri anaerob. Gentamisin memiliki efek nefrotoksisitas yang
reversibel dan ringan Katzung, 2010.
2.1.3.4 Resistensi Antibiotik
Penggunaan antibiotik yang tidak rasional, tidak berdasarkan indikasi, dan tidak berdasarkan hasil uji kepekaan meningkatkan resistensi bakteri terhadap
antibiotik. Saat ini, peningkatan resistensi bakteri terjadi di semua rumah sakit SIGN, 2014.
Mekanisme resistensi mikroorganisme terhadap antibiotik berbeda-beda. Berikut ini adalah beberapa mekanisme resistensi antibiotik:
a. Mikroorganisme menghasilkan enzim yang menghancurkan obat. Contohnya adalah Staphylococcus yang resisten terhadap Penisilin G mengeluarkan
enzim beta-laktamase yang menghancurkan obat. Bakteri Gram negatif lain juga mengeluarkan enzim beta-laktamase. Bakteri Gram negatif resisten
terhadap aminoglikosida dengan menghasilkan enzim adenilasi, fosforilasi, atau asetilasi yang menghancurkan obat.
b. Mikroorganisme mengubah permeabilitasnya terhadap obat. Contohnya adalah Tetrasiklin yang terakumulasi di dalam bakteri yang rentan, tetapi
tidak pada bakteri yang resisten.
c. Mikroorganisme mengubah target struktural terhadap obat. Contohnya adalah perubahan
penicillin-binding proteins
PBPs pada
Streptococcus pneumoniae dan Enterococcus sp. menyebabkan resistensi terhadap Penisilin.
d. Mikroorganisme mengubah jalur metabolik yang menghambat kerja obat. Contohnya adalah bakteri yang resisten terhadap Sulfonamida tidak
memerlukan paraaminobenzic
acid PABA
ekstraseluler untuk
menghasilkan asam folat, tetapi dapat memanfaatkan asam folat preformed seperti sel mamalia.
e. Mikroorganisme menghasilkan enzim yang masih dapat melakukan fungsi metabolisme karena hanya sedikit terpengaruh oleh obat. Contohnya adalah
bakteri yang resisten terhadap Trimetoprim menghasilkan asam dihidrofolik reduktase sehingga hanya sedikit terhambat dibandingkan bakteri yang rentan
Brooks, Carroll, Butel, Morse, Mietzner, 2010.
2.1.3.5 Uji Kepekaan Antibiotik
Pemberian antibiotik secara empiris diperlukan agar tidak terjadi peningkatan resistensi antibiotik. Oleh sebab itu, diperlukan uji kepekaan terhadap antibiotik
sebelum pemberian terapi untuk memastikan efektifitas antibiotik terhadap mikroorganisme. Uji kepekaan antibiotik mengukur daya hambat obat terhadap
pertumbuhan mikroorganisme minimal inhibitory concentrationMIC atau mengukur kerja obat dalam mebunuh bakteri minimal baktericidal
concentrationMBC. Uji kepekaan yang rutin dilakukan adalah uji kepekaan MIC Katzung, 2010. Selain uji MIC, uji kepekaan dengan metode difusi cakram yang
mengukur diameter zona hambat juga rutin dilakukan CLSI, 2014.
Antibiotika yang diuji biasanya diwakili oleh satu jenis obat dari masing- masing kelas utama. Contohnya adalah uji kepekaan bakteri Staphylococcus,
antibiotik yang digunakan antara lain Penisilin G, Cefazolin, Eritromisin, Gentamisin, dan Vankomisin. Antibiotik yang digunakan dalam uji kepekaan
dipilih berdasarkan pola resistensi mikroorganisme, jenis infeksi infeksi komunitas atau nosokomial, sumber infeksi, dan harga antibiotik.
Hasil uji kepekaan dilihat dari ukuran zona hambat pertumbuhan mikroorganisme pada setiap antibiotik. Ukuran zona hambat antibiotik
dibandingkan dengan standar untuk menentukan diameter minimum zona hambat obat yang menunjukkan kerentanan dari suatu isolat dengan teknik difusi cakram.
Diameter zona hambat kemudian diinterpretasikan menjadi sensitif S, intermediet I, atau resisten R Brooks, Carroll, Butel, Morse, Mietzner,
2010.
Tabel 1. Kriteria Interpretasi Diameter Zona Hambat
Antibiotik Jumlah Tiap Cakram
Diameter Zona Hambat mm
S I
R
Ampisilin-Sulbaktam 10µg
≥15 12-14
≤11 Cefazolin
30µg ≥23
20-22 ≤19
Ceftriakson 30µg
≥23 20-22
≤19 Gentamisin
10µg ≥15
13-14 ≤12
Amikasin 30µg
≥17 15-16
≤14 Ciprofloksasin
5µg ≥21
16-20 ≤15
Keterangan: S
= sensitif I
= intermediet R
= resisten Sumber: CLSI, 2014
2.2 Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori CDC, 2016; Wardoyo, Tjoa, Ocvyanty, Moehario, 2014;
Bereket et al., 2012; Brooks,
Carroll, Butel, Morse, Mietzner
, 2010; Sjamsuhidajat, Karnadihardja, Prasetyono, Rudiman 2010; National Collaborating Centre for
Women’s and Children’s Health, 2008 Faktor Risiko Infeksi
a. Pasien
1. Status Kesehatan 2. Status Nutrisi
3. Status Imunitas
b. Operasi 1. Persiapan Prabedah
2. Lama Operasi 3. Sterilitas Peralatan
Medis dan Ruang Operasi
4. Drainase Bakteri Patogen
a. Pseudomonas sp. b. Staphylococcus
aureus c. Staphylococcus
epidermidis d. Escherichia coli
e. Klebsiella sp.
Superfisial Insisi Dalam
OrganRongga Tubuh
Bakteri Penyebab Infeksi
Pola Kepekaan Bakteri Patogen
Luka Operasi
Infeksi Sembuh
Pencegahan Infeksi a. Prabedah
b. Intrabedah c. Pascabedah
Ket: Mempengaruhi
Menimbulkan Diteliti
Tidak Diteliti