Udang Windu hidup normal pada kisaran temperatur air 21-32
o
C dengan kisaran temperatur optimal 28 ± 1
o
C. Udang Windu mengalami stres pada temperatur 20
o
C atau kurang dan 32
o
C atau lebih dan akan mengalami kematian pada temperatur 35
o
C Wardoyo dan Djokosetiyanto 1988.
2.2. Sistem Agribisnis Usaha Pembenihan Udang Windu
Menurut Arsyad dan kawan-kawan 1985 diacu dalam Soekartawi 1991, agribisnis secara umum didefinisikan sebagai suatu kesatuan kegiatan usaha yang
meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang berhubungan dengan kegiatan pertanian dalam arti yang luas.
Usaha pembenihan Udang Windu merupakan bagian dari sistem agribisnis perikanan. Agribisnis perikanan adalah semua aktivitas di bidang perikanan yang
mencakup konsep dan prinsip manajemen agribisnis dari segi penyelenggaraan sarana produksi, proses produksi sampai kepada pemasaran produk-produk yang
dihasilkan. Dengan demikian agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri atas : 1 sub-sistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, teknologi, dan
pengembangan sumberdaya perikanan, 2 sub-sistem produksi atau usahatani, 3 sub-sistem pengolahan hasil-hasil perikanan atau agroindustri, dan 4 sub-sistem
distribusi dan pemasaran hasil perikanan. Oleh karena sistem ini merupakan suatu runtut kegiatan yang berkesinambungan mulai dari hulu sampai hilir, maka
keberhasilan pengembangan agribisnis perikanan ini sangat tergantung kepada kemajuan-kemajuan yang dapat dicapai pada setiap simpul yang menjadi
subsistemnya Ditjenkan 1994. Sub-sistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi pada usaha
pembenihan Udang Windu mencakup kegiatan perencanaan, pengelolaan, ataupun pengadaan sarana produksi, teknologi dan sumberdaya Udang Windu.
Kebijaksanaan yang mengupayakan agar sarana produksi dapat tersedia dengan tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat kualitas, dan sesuai dengan daya beli
petani dan nelayan, disertai dengan pengembangan dan penerapan paket ilmu pengetahuan dan teknologi secara kontinyu, merupakan kebijaksanaan utama yang
menjadi ciri keberadaan sub-sistem ini Ditjenkan 1994.
Sementara sub-sistem produksi atau usahatani mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usaha tani dalam rangka peningkatan produksi
primer perikanan. Termasuk ke dalam kegiatan ini adalah perencanaan, pemilihan lokasi, komoditas, teknologi dan pola usahatani dalam rangka meningkatkan
produksi perikanan Ditjenkan 1994. Lingkup kegiatan sub-sistem pengolahan hasil atau agroindustri tidak
hanya terdiri atas aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani atau nelayan, tetapi mencakup keseluruhan kegiatan, mulai dari penanganan pasca panen
produk perikanan sampai pada tingkat pengolahan lanjut; selama bentuk, susunan belum berubah Ditjenkan 1994. Pada usaha pembenihan Udang Windu biasanya
tidak terdapat subsistem ini karena hasilnya bukan berupa produk olahan melainkan bahan baku untuk proses produksi selanjutnya.
Sub-sistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usaha pembenihan Udang Windu agroindustri baik untuk pasar domestik maupun untuk ekspor.
Pemantauan serta pengembangan informasi pasar domestik dan luar negeri termasuk sebagai salah satu kegiatan utama dari sub-sistem ini Ditjenkan 1994.
Menurut Sardono 2000, sistem agribisnis mencakup keseluruhan aktivitas dimulai dari sektor input, produksi primer, pengolahan atau
penyimpanan, distribusi dan pemasaran, serta konsumen yang ditunjang oleh pembina dan pemandu sistem yang merupakan sub-sistem layanan pendukung
dalam sistem agribisnis. Input dan produksi primer merupakan bagian hulu dari sistem agribisnis, sedangkan sub-sistem pengolahan atau penyimpanan dan
distribusi serta pemasaran merupakan bagian hilir dari sistem agribisnis. Pengertian sistem dalam konsep agribisnis, dimaksudkan untuk
menunjukkan adanya saling keterkaitan dan saling ketergantungan antara sub- sistem dalam sistem agribisnis. Tingkat keeratan hubungan antar sub-sistem akan
menunjukkan kekuatan sistem agribisnis, yang selanjutnya akan menentukan keragaannya. Keragaan sistem agribisnis ini ditentukan pula oleh terselenggaranya
integrasi horizontal, yang akan terselenggara jika tercipta hubungan yang saling mendukung antar komoditas yang satu dan yang lainnya pada tingkat usaha yang
sama, dan integrasi vertikal yang terselenggara jika tercipta hubungan saling mendukung dan saling menguntungkan antar pelaku bisnis dalam suatu
komoditas. Pengintegrasian ini tentunya memerlukan pembinaan dan dukungan yang terkoordinasi, yang menjadi tanggung jawab pemerintah. Hal ini disebabkan
karena pemerintah sebagai salah satu lembaga pemandu dan pengatur sistem, guna mengembangkan dan mengevaluasi operasi sistem secara terpadu. Sardono
2000. Model sistem agribisnis Udang Windu dapat diilustrasikan seperti pada
Gambar 2.
Sumber : Sardono 2000.
Gambar 2. Manajemen Sistem Agribisnis Budidaya Udang Windu
2.3. Sistem Informasi dan Siklus Hidup Pembangunan Sistem