5.2.3.1 Pengadaan Induk Udang Windu
Kualitas induk Udang Windu menjadi prasyarat yang harus dipenuhi, karena akan menentukan mutu benur yang dihasilkan. Induk udang yang terbaik
adalah induk Udang Windu yang ditangkap di laut. Induk yang ditangkap merupakan induk betina yang matang telur dan induk jantan yang gonadnya dapat
berkembang secara sempurna. Induk yang didatangkan di seleksi secara fisik dan juga mengalami seleksi
secara acak yang kemudian diambil sebagai speciment untuk dilakukan uji PCR Polimerase Chain Reaction. Uji PCR lebih baik dilakukan pada tiap ekor induk
agar dapat diketahui induk yang membawa penyakit dapat langsung diambil. Uji PCR ini dilakukan jauh dari lokasi sehingga dilakukan seleksi secara acak
terhadap induk yang akan mengalami uji PCR. Induk Udang Windu PT Hasta Mina Anyer didatangkan langsung dari
dua perairan berbeda seperti Medan dan MalingpingPandeglang atau kombinasi dari Lampung dan Pangandaran. Induk hasil tangkapan ini diperoleh dari
penampung induk udang yang dijual dengan kisaran harga mulai dari Rp 15.000,00 sampai dengan Rp 25.000,00 per ekor untuk induk betina yang matang
telur dan Rp 2.500,00 sampai dengan Rp 5.000,00 per ekor untuk Udang Windu jantan.
Calon induk spawner setelah diperoleh ditempatkan dalam bak induk terlebih dahulu agar beradaptasi dengan salinitas dan temperatur air di tempat
pembenihan. Proses tersebut berlangsung selama kurang lebih satu hari, tanpa diberi makan.
Setelah induk Udang Windu betina diperoleh, maka dilakukan proses ablasi
, yaitu pemotongan tangkai mata dengan tujuan merangsang kematangan gonad induk Udang Windu. Kematangan telur pada induk Udang Windu dapat
dilihat dari perkembangan ovarium yang terletak pada punggung tubuh udang mulai dari karapas sampai ke bagian pangkal ekor.
5.2.3.2 Pemijahan Induk Udang Windu
Sebelum digunakan, bak perkawinan dan pemijahan dicuci bersih dengan menggunakan campuran air tawar bersih dan klorin sebanyak 50 ppm. Selanjutnya
dibilas dengan air laut yang bersih kemudian didiamkan beberapa menit. Setelah agak mengering, bak diisi dengan air laut bersih yang memiliki salinitas 28 ppt –
30 ppt dan temperatur 28
o
C – 29
o
C. Jika temperatur dan salinitas sudah stabil, aerasi diaktifkan agar air dalam bak jenuh dengan oksigen terlarut
Induk Udang Windu yang masih ditampung dalam bak penampungan, dikontrol dan diamati satu per satu, tiga hari setelah dilakukan ablasi. Apabila
perkembangan ovarium pada bagian kepala sudah terlihat jelas, berarti kematangan puncak telur telah tercapai.
Setelah kematangan telur tercapai, induk dapat dipindahkan ke dalam bak perkawinan. Induk udang jantan dipindahkan terlebih dahulu baru kemudian
induk udang betina yang telah mencapai tingkat kematangan gonad dipindahkan ke dalam bak perkawinan. Apabila pada malam pertama induk udang belum juga
bertelur, maka pada hari kedua air dalam bak perkawinan harus diganti. Apabila telur telah dikeluarkan secara sempurna maka induk udang harus
segera dikembalikan ke bak penampungan. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah agar telur yang sudah dikeluarkan tidak dimakan lagi oleh induk udang.
5.2.3.3 Penetasan Telur