Analisis Efisiensi Pemasaran Udang Windu (Penaeus monodon) di Desa Panimbang, Serang, Banten.

(1)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN

UDANG WINDU (Penaeus monodon)

(Studi Kasus : di Desa Panimbang, Serang, Banten)

SKRIPSI

AHMAD BANGUN H34076012

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN

BOGOR

2010


(2)

RINGKASAN

AHMAD BANGUN. Analisis Efisiensi Pemasaran Udang Windu (Penaeus monodon) di Desa Panimbang, Serang, Banten. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan POPONG NURHAYATI).

Indonesia merupakan negara agraris, dengan dukungan kondisi alamnya menempatkan sektor perikanan sebagai salah satu sektor yang menunjang perekonomian nasional disamping sektor pertanian lainnya. Sampai saat ini udang windu masih menjadi komoditas perikanan yang memiliki peluang usaha cukup baik karena digemari konsumen lokal (domestik) dan luar negeri. Hasil perikanan yang melimpah akan mengalami kerugian apabila tanpa ada proses pemasaran yang cepat dan tepat. Arus pemasaran udang windu dari produsen ke konsumen melalui berbagai lembaga pemasaran sangat beragam. Banyak dan sedikitnya lembaga pemasran yang dilalui akan sangat berpengaruh terhadap share harga yang diterima produsen maupun yang harus dibayar konsumen. Di bidang pemasaran, khususnya udang windu merupakan salah satu komoditas perikanan yang mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional. Pada tahun 2003, volume ekspor udang tercatat 92,1 ton dengan nilai US$ 11,28 per kg. Pada masa yang datang, jika kualitas udang nasional terus ditingkatkan dan memenuhi standar mutu produk yang dibutuhkan oleh negara-negara konsumen maka akan dapat meningkatkan permintaan akan udang windu diperkirakan akan meningkat.

Penelitian dilaksanakan di Desa Panimbang, Serang, Banten pada aktivitas kelompok petambak udang windu. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (Purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa Panimbang, Serang, Banten merupakan salah satu daerah produksi udang windu yang berkembang. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2009. Responden penelitian adalah petambak udang windu yang ada di Desa Panimbang, Serang, Banten sebanyak 20 orang, pedagang pengumpul lima orang dan pedagang pengecer tujuh orang. Penelitian ini menggunakan data kualitatif dan data kuantitatif dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah menganalisis saluran pemasaran udang windu di Desa Panimbang, Serang, Banten, menganalisis lembaga pemasaran dalam menjalankan fungsi-fungsi pemasaran tersebut dan menganalisis struktur dan perilaku pasar pemasaran udang windu di Desa Panimbang, Serang, Banten serta menganalisis saluran pemasaran udang windu yang efisien bagi petambak di Desa Panimbang, Serang, Banten

Jika dilihat dari saluran pemasaran udang windu yang ada di Desa Panimbang, Serang, Banten maka dapat diketahui pada Saluran pemasaran pertama, terdapat margin pemasaran sebesar Rp 15.000 atau sekitar 17,2 persen dari harga jual akhir dari pedagang pengecer. Margin terbesar berada pada pedang pengecer yaitu sebesar Rp 10.000 atau sekitar 11,76 persen dari harga juual akhir. Sementara margin pemasaran yang terkecil terdapat pada pola ini diperoleh dari pedagang pengumpul sebesar Rp 5000 atau 6,67 persen dengan biaya hanya sebesar 200 per kilogram dari 800 kilogram udang windu. Pada dasarnya, para petambak menjual dengan harga udang size 30 Rp 70.000. Diantaranya komponen biaya yang dikeluarkan pedagang pengumpul adalah kebutuhan es yang telah


(3)

dihancurkan sebanya enam balok es berkisar Rp 160.000 sebanyak lima balok es per 800 kilogram udang windu, sementara ditingkat pedagang pengecer membutuhkan empat tenaga kerja masing-masing Rp 25.000 sehingga total biaya yang dikeluarkan pedagang pengecer berkisar Rp 100.000 per 800 kilogram. Kemudian transportasi atau kendaraan bermotor dengan kebutuhan biaya bahan bakar dalam satu kali pemasaran Rp 30.000 per 800 kilogram udang windu. Kebutuhan es balok oleh pedang pengecer sebanyak empat balok Rp 60.000 per 800 kilogram, sewa lapk untuk usaha perhari dikenakan biaya sebesar Rp 10.000 per 800 kilgram dengan biaya retribusi sebesar Rp 1.000. Pada pola saluran dua, margin terbesar diperoleh pedagang pengecer sebesar Rp 15.000 atau 17,64 persen dari harga jual akhir dengan biaya yang jauh lebih besar Rp 2.260 dari biaya yang harus dikeluarkan pedagang pengumpul sebesar 525.

Sehingga marjin yang diperoleh pedagang pengumpul lebih kecil dari perolehan pedagang pengecer dari harga jual akhir. Pada saluran ini, pedagang pengecer cukup memiliki mobilitas tinggi untuk mendistribusikan udang windu kebeberapa konsumen lembaga pemasaran di daerah Panimbang, sehingga menjadi suatu hal yang wajar pula terhadap margin pemasaran yang diperoleh pedagang pengecer khususnya pada pola ini. Pada pola saluran pemasaran ke tiga, mobilitas yang cukup tinggi diperanankan oleh pedagang pengumpul sendiri yang mendistribusikan udang windu kebeberapa lembaga pemasaran khususnya diluar Desa Panimbang, Serang. Banten misalnya hotel laidien, hotel pertama karakatauhotel patra anyer, restauran jasa boga, restauran sari kuning indah, dan restauran riski. Dimana margin yangdiperoleh pedagang pengumpulpada pola saluran ini cukup tinggi dan sesuai dengan tingkat mobilitasnya, yaitu sebesar Rp 5.000 atau 6,67 persen dari harga jual akhir oleh pedagang pengumpul yang langsung kepada konsumen lembaga yang telah melakukan pesanan, berdasarkan perhitungan efisiensi bahwa saluran pemasaran yang efisien adalah pola saluran pemasaran satu, karena pola saluran satu memiliki keuntungan yang tinggi dibandingkan pola saluran lainnya.


(4)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN

UDANG WINDU (Penaeus monodon )

(Studi Kasus : di Desa Panimbang Serang, Banten)

AHMAD BANGUN H34076012

Skrisi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN

BOGOR

2010


(5)

Judu l Skripsi : Analisis Efisiensi Pemasaran Udang Windu (Penaeus monodon) (Studi Kasus : di Desa Panimbang Serang, Banten)

Nama : Ahmad Bangun NRP : H34076012

Disetujui, Pembimbing

Ir. Popong Nurhayati, MM NIP 19670211 199203 2002

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 19580908 198403 1002


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Efisiensi Pemasaran Udang Windu (Penaeus monodon) Kasus di Desa Panimbang, Serang, Banten “ adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2010

Ahmad Bangun H34076012


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumatra Utara pada tanggal 4 Februari 1986, yang merupakan anak ketiga dari pasangan Bapak Kerani Bangun dan Ibu Nurcahaya Sitepu. Penulis menyelesaikan Pendidikan Dasar di SD Negeri No 112320 Sumatera Utara dan lulus pada Tahun 1998. Pendidikan Madrasyah Sanawiah Pesantren Darul Arafah Deli Serdang dapat penulis selesaikan dengan baik pada tahun 2001. Setelah itu penulis langsung melanjutkan pendidikan Madrsyah Aliyah di Pesantren Darul Arafah Deli Serdang dan lulus pada Tahun 2004.

Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Program Diploma III Manajemen Bisnis Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi kamahasiswaan baik di program Studi Diploma III, Manajemen Bisnis Perikanan dan Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, dan lulus pada Tahun 2007. Penulis melanjutkan studi di Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul, Analisis Efisiensi Pemasaran Udang Windu (Penaeus monodon) di Desa Panimbang, Serang, Banten.

Penelitian ini bertujuan menganalisis saluran pemasaran udang windu serta menganalisis fungsi-fungsi lembaga pemasaran yang terlibat di dalamnya. Sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada sekripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Maret 2010 Ahmad Bangun


(9)

i

DAFTARISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Tinjauan Umum Komoditas Udang Windu ... 7

2.2 Morfologi Udang Windu ... 7

2.3 Sifat Udang Windu ... 8

2.4 Siklus Hidup ... 9

2.5 Budidaya Udang Windu ... 9

2.6 Penelitian Sebelumnya... 10

2.7 Keterkaitan dengan Penelitian Terdahulu ... 12

III KERANGKA PEMIKIRAN... 14

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis... 14

3.1.1 Konsep Pemasaran ... 14

3.1.2 Lembaga-lembaga pemasaran………... 15

3.1.3 Fungsi-Fungsi Pemasaran………. 16

3.1.4 Saluran Pemasaran……… 17

3.1.5 Struktur Pasar………... 19

3.1.6 Perilaku Pasar……….... 20

3.1.7 Keragaan Pasar ………... 21

3.1.8 Efisiensi Pemasaran……….. 22

3.1.8.1 Marjin Pemasaran ………... 22

3.1.8.2 Farmer’s share……… 23

3.1.8.3Rasio Keuntungan dan Biaya (R/C)………. 24

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional………. 25

VI METODE PENELITIAN... 27

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 27

4.3 Metode Penentuan Responden ... 31

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ………. 31

4.4.1 Analisis Saluran Pemasaran ... 31

4.4.2 Analisis Fungsi-Fungsi Pemasaran ... 31


(10)

ii

4.4.4 Analisis Perilaku Pasar ... 32

4.4.5 Marjin Pemasaran ... 32

4.4.6 Analisis Farmer`s Share ... 33

4.4.7 Analisis Rasio Keuntungan dan dan Biaya ... 33

4.4 Definisi Operasional Data ……….. 34

V GAMBARAN UMUM PENELITIAN ... 35

5.1 Letak Geografis, Topografi, Curah Hujan, dan Jenis Tanah .... 35

5.2 Gambaran Umum Demografis ... 36

5.1.1 Kondisi Perekonomian Daerah ... 36

5.1.2 Fasilitas Umum dan Sosial ... 37

5.1.3 Sarana dan Prasarana Pemukiman ... 39

5.1.4 Kelembagaan Desa dan Kemasyarakatan ... 39

VI HASIL DAN PEMBAHASAN... 40

6.1 Karakteristik Responden Petambak... 40

6.2 Karakteristik Responden Pedagang Pengumpul (Bakul) ... 42

6.3 Saluran Pemasaran ... 43

6.4 Fungsi Pemasaran ... 45

6.4.1 Fungsi-Fungsi Pemasaran oleh Pedagang Petambak... 46

6.4.2 Fungsi-Fungsi Pemasaran oleh Pedagang Pengumpul... 47

6.4.3 Fungsi-Fungsi Pemasaran oleh Pengecer ... 48

6.5 Analisis Struktur Pasar ... 51

6.5.1 Jumlah Lembaga Pemasaran ... 51

6.5.2 Sifat Produk ... 53

6.5.3 Syarat Keluar Masuk Pasar ... 57

6.5.4 Informasi Pasar ... 54

6.6 Perilaku Pasar Jumlah Lembaga Pemasaran ... 55

6.6.1 Kegiatan Penjualan dan Pembelian ... 55

6.6.2 Sistem Pembayaran Harga ... 56

6.6.3 Penentuan Harga ... 57

6.6.4 Kerjasama Antar Lembaga Pemasaran ... 58

6.7. Analisis Keragaan Pasar ... 59

6.7.1 Margin Pemasaran ... 60

6.7.2 Farmer’s Share ... 63

6.7.3 Rasio Keuntungan dan Biaya ... 64

6.8 Efisiensi Pemasaran ... 65

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

7.1 Kesimpulan ... 67

7.2 Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72


(11)

iii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Perkembangan Ekspor Nasional Udang 2003 – 2007... 2 2. Perkembangan Ekspor Nasional Udang 2003 – 2007... 3 3. Perkembangan Konsumsi Nasional Udang 2003 – 2007.. 3 4. Karakteristik Struktur Pasar ... 20 5. Kualitas Penduduk Berdasarkan Kualitas Pendidikan... 38 6. Persentase Usia Petambak Udang Windu di

Desa Panimbang.. ... 40

7. Persentase Tingkat Pendidikan Petambak Udang Windu di Desa Panimbang ... 41

8. Data Responden Mengenai Pengalaman Petambak

Udang Windu di Desa Panimbang……….. 41 9. Persentase Usia Pedagang Pengumpul Udang Windu di

Desa Panimbang………... 42 10. Fungsi- Fungsi Lembaga Pemasaran Udang Windu di Desa Panimbang, Kabupaten Serang. Banten... 50

11. Harga Beli Udang Windu di Masing-Masing Lembag

Pemasaran di Desa Panimbang, Serang.Banten... 53 12. Komponen Biaya Pemasaran dari Pola Saluran Pemasaran

Udang Windu di Desa Panimbang, Serang. Banten ... 60 13. Biaya, Margin dan Keuntungan pemasaran dari

masing-masing pola saluran... 62 14. Persentase Farmer’s Share Pada Setiap

Saluran Pemasaran………. 64 15. Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pada Setiap Saluran

Pemasaran Udang Windu di desa Panimbang, Serang... 64


(12)

iv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Jalur distribusi Pemasaran Komoditi Pertanian... 19 2. Hubungan antara Marjin Pemasaran dan Nilai Marjin

Pemasaran Menurut Dahl dan Hammond, (1977) ... 23 3. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional ... 26 4. Saluran Pemasaran Udang Windu di Desa Panimbang.. ... 44


(13)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara agraris, dengan dukungan kondisi alamnya, menempatkan sektor perikanan sebagai salah satu sektor perekonomian nasional disamping sektor lainnya. Sampai saat ini udang windu masih menjadi komoditas perikanan yang memiliki peluang usaha cukup baik karena digemari konsumen lokal (domestik) dan luar negeri. Hal ini disebabkan oleh rasa udang windu yang enak dan gurih serta kandungan gizinya yang tinggi. Daging udang windu diperkirakan mengandung 17-20 persen protein. Protein dalam daging udang (termasuk udang windu) mengandung asam amino esensial yang lengkap, dan kandungan lemaknya hanya sedikit. Di pasaran, udang windu yang dipilih sebagai udang konsumsi, dimana udang yang dipasarkan terdiri dari udang yang masih segar, udang beku, udang kupas beku (tanpa kepala), dan udang olahan. Udang olahan tersedia dalam bentuk kalengan atau bentuk olahan lainnya. Udang segar lebih banyak dipasarkan di dalam negeri (domestik), sementara udang beku umumnya dipasarkan ke luar negeri (ekspor).

Hasil perikanan yang melimpah akan mengalami kerugian apabila tanpa ada proses pemasaran yang cepat dan tepat. Arus pemasaran udang windu dari produsen ke konsumen melalui berbagai lembaga pemasaran sangat beragam. Banyak dan sedikitnya lembaga-lembaga pemasaran yang dilalui akan sangat berpengaruh terhadap share harga yang diterima produsen maupun yang harus dibayar konsumen. Penangkapan sumberdaya kelautan yang masih dilakukan secara langsung dari alam membuat kelangkaan pada komoditas udang di musim tertentu. Oleh karena itu, sangat diperlukan beberapa unit pelaksanaan teknis Daerah sekaligus penyuluhan yang berkaitan dengan peningkatan prosuktivitas sumberdaya perikanan dan kelautan khususnya, di Daerah Panimbang, Serang, Banten. Budidaya perikanan merupakan potensi yang cukup potensial untuk di ekspor. Hingga saat ini udang merupakan komoditi budidaya yang mempunyai prospek cukup baik, baik untuk konsumsi dalam negri maupun konsumsi luar negri. Perkembangan produksi udang nasional dapat dilihat pada Tabel 1.


(14)

2

Tabel 1.

Tahun

Perkembangan Produksi Nasional Udang Tahun 2003-2007

Volume (Ton) Pertumbuhan %

2003 368.190 -

2004 375.776 2,87

2005 416.000 9,669

2006 360.000 -15,555

2007 365.750 15,972

Jumlah 1.885.716 - Sumber : BPS Serang, Banten (2007)

Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa produksi udang Nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya, kondisi ini menunjukkan usaha tambak udang memberikan nilai ekonomi yang layak dan menguntungkan dan menjadi salah satu produk.

Di bidang pemasaran, khususnya udang windu merupakan salah satu komoditas perikanan yang mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional. Pada tahun 2003, volume ekspor udang tercatat 92,1 ton dengan nilai US$ 11,28 per kg. Meski demikian pada tahun selanjutnya, khususnya sejak tahun 2004, sebagai akibat menurunnya harga udang di pasaran internasional menjadi US$ 6,08 per kg, nilai ekspor udang pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi US$ 127,3. Pada masa yang datang, jika kualitas udang nasional terus ditingkatkan dan memenuhi standar mutu produk yang dibutuhkan oleh negara-negara konsumen khususnya Jepang dan AS. Prospek pemasaran udang nasional diperkirakan akan meningkat. Kedua negara itu, sangat ketat terhadap produk makanan yang masuk ke negaranya. Untuk itu standar manajemen mutu di Indonesia harus mampu dipenuhi oleh pengusaha tambak udang nasional, sehingga mampu memiliki nilai kompetitif dengan produk udang negara-negara lain. Perkembangan ekspor nasional dapat dilihat pada Tabel 2.


(15)

3

Tabel 2.Perkembangan Ekspor Nasional Udang Tahun 2003 – 2007

Tahun Volume (Ribu Ton) Nilai (US$)

2003 92,1 1.007 971,5

2004 140,5 1.007 231,8

2005 106,3 887 262,4

2006 114,0 887.625,4

2007 127,3 1.003 259,7

Sumber : BPS Serang, Banten (2007)

Sementara jika dilihat dari perkembangan konsumsi udang nasional yang dilakukan dengan metoda produksi nasional ditambah impor dikurangi ekspor, maka dapat dilihat pada tahun 2003, tingkat konsumsi nasional udang tercatat 276.607 ton, yang kemudian menurun menjadi 243.556 ton pada tahun 2004. Tingkat konsumsi tersebut, menunjukkan bahwa selain sebagai komoditas pasar internasional, udang windu memiliki peluang yang sangat baik untuk memenuhi permintaan pasar domestik. Apalagi, seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia yang diperkirakan membaik pada tahun-tahun yang akan datang, sehingga memberikan peluang yang cukup besar bagi petambak udang karena dengan terjadinya perbaikan perekonomian akan meningkatkan daya beli masyarakat terhadap udang dan konsumsi udang pada masyarakat Indonesia akan meningkat. Perkembangan konsumsi lokal dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.Perkembangan Konsumsi Nasional Udang Tahun 2003 – 2007

Tahun Produksi ( Ton )

Ekspor ( Ton )

Impor ( Ton )

Konsumsi ( Ton )

2003 368.190 93.043 1.460 276.607 2004 375.776 140.158 7.938 243.556 2005 416.000 106.300 14.956 324.656 2006 360.000 114.000 13.450 259.450 2007 365.750 121.250 8.083 252.583 Jumlah 1.885.716 574.751 45.887 1.356.852 Sumber : BPS Serang, Banten (2007)

Semakin banyak permintaan konsumsi terhadap udang windu di pasar, mengakibatkaan adanya persaingan yang ketat antara petambak dalam


(16)

4 berproduksi. Dalam menghadapi hal ini diperlukan setrategi pemasaran yang tepat agar dapat bersaing dengan petambak lainnya dan dapat memperluas pasar. Salah satu cara untuk dapat memperluas pasar yaitu dengan mengefektifkan pemasaran yang efesiensi dan memperlancar arus barang dari produsen ke konsumen, melalui efesiensi pemasaran ini, harga udang windu akan meningkat dan akhirnya akan meningkatkan keuntungan petambak udang windu yang terlibat.

1.2. Perumusan Masalah

Kabupaten Serang berjumlah 347.042 jiwa dan dapat digolongkan dalam kelas Kota sedang, dimana berdasar kriteria BPS mengenai kelas Kota, Kota Sedang adalah Kota dengan jumlah penduduk antara 100.000 sampai 500.000 jiwa. Luas wilayah Kabupaten Serang 2.492 Ha dan Desa Panimbang merupakan salah satu Desa yang terdapat di Kabupaten Serang, Banten.

Desa Panimbang merupakan salah satu desa yang memiliki lahan subur di di Kabupaten Serang, Sehingga sebagian lahannya digunakan untuk pertanian. Disamping itu, Desa Panimbang memiliki pantai yang terbentang sepanjang 84,23 kilometer. Dalam hal ini yang menjadi pembahasan adalah salah satu sektor migas, yaitu sektor perikanan, Khususnya pada perikanan tambak. Kondisi ini dapat dilihat dari potensi tambak yang telah dimanfaatkan secara sempurna di Propinsi Banten. Sehingga tidak heran sebagian besar horeka (Hotel, Restoran, Kafe) di Banten memberikan harga yang cukup tinggi bagi hasil perikanan tangkap dan perikanan budidaya yang dilakukan masyarakat serta dijual pada pedagang pengumpul di masing-masing wilayah. Besarnya potensi ini tida dapat dimanfaatkan bagi sebagian besar masyarakat Serang, Khususnya yang ada di Desa Panimbang. Hal ini terkait dengan masih maraknya penggunaan induk dari alam yang sebagian besar tidak seragam sehingga berdampak pada penurunan produktivitas udang windu yang dihasilkan.

Udang windu merupakan jenis udang yang potensial dan merupakan komoditas unggulan di sektor perikanan, sebagian besar petambak di Desa Panimbang masih menggunakan tambak tradisional yang dibangun pada lahan pasang surut dekat rawa hutan bakau, sehingga sangat rentan dengan penyebaran virus yang tidak jarang menyebabkan kematian pada udang windu, sementara tingginya permintaan udang windu pada horeka berbanding terbalik dengan


(17)

5 penerimaan petambak. Sebagai contoh, untuk harga jual udang windu di Desa Panimbang, Serang, Banten dengan size 30 (30 ekor per kilogram) ditingkat petambak sebagai produsen Rp 70.000 sedangkan ditingkat pedagang pengecer sebesar Rp 85.000, sehingga

Harga udang windu dapat bersifat fluktuatif, karena komoditas ini termasuk komoditas ekspor sehingga cukup tergantung pada nilai dolar terhadap rupiah. Selain itu, fluktuasi pada permintaan dapat juga terjadi karena panjangnya rantai pemasaran yang harus dilalui, kurangnya informasi pasar, yang dibutuhkan pelaku pasar yang terlibat dalam aktifitas pemasaran. Begitu pula ketidak tepatan dalam menentukan peluang pasar dan segmentasi pasar terhadap komoditas udang windu yang bersifat segmented. Kondisi ini tentu saja akan menyebabkan timbulnya marjin di tingkat petambak dan konsumen akhir,

posisi petambak udang windu sebagai produsen yang paling tidak diuntungkan, disebabkan adanya perbedaan harga yang diterima antara petambak dan pedagang pengecer yang jauh berbeda. Dalam hal ini petambak udang windu tidak dapat berbuat banyak, karena petambak hanya sebagai penerima harga (price taker), sehingga peranan pedang pengecer lebih menonjol dan keuntungan yang diperoleh pedagang pengecer lebih besar dari keuntungan yang diterima petambak dan permasalahan ini menyebabkan kerugian bagi petambak.

Oleh karena itu, diperlukan analisis untuk mengetahui seberapa besar marjin yang terjadi akibat proses pemasaran terhadap komoditas udang windu dan seberapa efesien saluran pemasaran udang windu yang ada di Desa Panimbang, Serang, Banten. Selain itu, di perjelas dengan alat analisis pemasaran melalui pendekatan analisis kualitatif dan kuantitatif berdasarkan studi kasus di Desa Panimbang, Serang, Banten. Dari pendekatan ini dapat diketahui fungsi-fungsi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran yang ada di Desa Panimbang, Serang, Banten.

1. Bagaimana pemasaran Udang Windu dari petani produsen sampai konsumen akhir di Desa Panimbang Serang, Banten?

Berdasarkan uraian, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

2. Bagaimana lembaga-lembaga pemasaran dalam menjalankan fungsi-fungsi pemasaran tersebut?


(18)

6 3. Bagaimana struktur pasar dan Perilaku Pasar yang terjadi ?

4. Bagaimana Keragaan Pasar pada setiap saluran pemasaran? 1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :

1. Menganalisis saluran pemasaran Udang Windu di Desa Panimbang

2. Menganalisis lembaga pemasaran dalam menjalankan fungsi-fungsi pemasaran tersebut

3. Menganalisis struktur dan perilaku pasar pemasaran Udang Windu di Desa Panimbang

4. Menganalisis efisiensi pemasaran Udang Windu di Desa Panimbang 1.4. Ruang lingkup dan Manfaat Penelitian

Ruang lingkup penelitian meliputi kegiatan sistem pemasaran Udang Windu yang ditinjau dari saluran pemasaran, lembaga dan fungsi pemasarann, analisis struktur dan perilaku pasar, analisis keragaan pasar yang meliputi marjin, farmer’s share dan rasio keuntungan dan biaya pemasaran. Pengamatan juga dilakukan terhadap kegiatan budidaya udang windu seperti budidaya pembesaran yang siap dipanen untuk dipasarkan serta menganalisis usaha pemasaran udang windu.

Pada analisis saluran pemasaran udang windu difokuskan pada sistem pemasaran udang windu di Desa Panimbang Serang, Banten. Hal ini dilakukan karena keterbatasan waktu dan materi yang dimiliki oleh peneliti. Untuk analisis sistem pemasaran dilakukan dengan cara mengambil sampel rata-rata dari petambak dengan penggunaan beberapa kreteria yang mendasar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai masukan dan sebagai bahan pertimbangan bagi kelompok tani di Desa Panimbang, Serang, Banten dalam memilih rantai pemasaran udang windu. Hasil penelitian ini juga diharapkan akan memberikan tambahan informasi bagi pihak-pihak yang memerlukan dan dapat menjadi masukan bagi para pengambil kebijakan.


(19)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Komoditas Udang Windu

Udang windu merupakan komoditas perikanan dari Penaeus monodon dan salah satu komoditas unggulan perikanan budidaya yang potensial untuk dikembangkan. Klasifikasi udang menurut Mujiman (1989) adalah sebagai berikut:

Phylum : Arthopoda Sub Phylum : Mandibulata Class : Crustacea Ordo : Decapoda Sub Ordo : Nantantia Famili : Penaeidea Genus : Penaeus

Budidaya udang adalah kegiatan usaha pemeliharaan/pembesaran udang mulai ukuran benih sampai ukuran layak untuk dikonsumsi (Mujiman 1989).

2.2. Morfologi Udang Windu

Bebarapa udang tambak yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi adalah udang windu yang lebih dikenal sebagai Penaeus monodon, sedangkan beberapa jenis udang laut yang juga memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditi ekspor antara lain adalah Penaeus setiperus (udang putih), Penaeus Aztecus (udang coklat), dan Penaeus duorarum (udang kesumba).

Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu lima ruas di bagian kepala dan delapan ruas di bagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari enam ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas pula. Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas empat lembar dan satu telson yang berbentuk runcing.

Sementara bagian kepala dilindungi oleh cangkang kepala bagian depan meruncing dan melengkung membentuk huruf S yang disebut cucuk kepala atau rostrum. Untuk bagian badan tertutup oleh enam ruas, yang satu sama lainnya


(20)

8 dihubungkan oleh selaput tipis. Ada lima pasang kaki renang (Pleopoda) yang melekat pada ruas pertama sampai dengan ruas kelima, sedangkan pada ruas keenam, kaki renang mengalami perubahan bentuk menjadi ekor kipas (Uropoda). Di antara ekor kipas terdapat ekor yang meruncing pada bagian ujungnya yang disebut telson. Organ dalam yang bisa diamati adalah usus (Intestine) yang bermuara pada anus yang terletak pada ujung ruas keenam.

2.3 Sifat dan Karakteristik Udang Windu

Terdapat beberapa sifat dan karakteristik udang windu yang perlu untuk diketahui. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam pembudidayaan dan dalam jangka panjang akan membahayakan keselamatan udang secara missal. Diantara sifat dan karaktristik udang antara lain :

1. Sifat Nokturnal, yaitu sifat inatang yang aktif mencari makanan pada saat malam hari. sedangkan pada siang hari lebih digunakan untuk beristirahat dengan cara membenamkan diri ke dalam lumpur atau menempel pada suatu benda. Dan dalam kondisi normal udang pada siang hari jarang menampakkan diri.

2. Sifat kanibalisme, yaitu sifat saling memakan ketika terjadi kontak antara sesame udang. Kondisi ini biasanya terjadi pada udang sehat denagn mangsa udang lain yang seang ganti kulit.

3. Ganti kulit, yaitu kondisi ini terjadi pada setiap udang ketika ingin tumbuh menjadi ukuran yang lebih besar, sehingga harus membuang kulit lama yang cukup keras. udang muda biasanya lebih sering melakukan pergantian kulit dibandingkan dengan udang dewasa.

2.4. Siklus Hidup Udang windu

Udang windu merupakan spesies Penaeus monodon, dimana udang windu dewasa memijah di laut lepas, sedangkan udang windu muda bermigrasi ke daerah pantai. Setelah telur-telur menetas, larva hidup di laut lepas menjadi bagian dari zooplankton. Saat stadium post larva mereka bergerak ke daerah dekat pantai dan perlahan-lahan turun ke dasar di daerah estuari dangkal. Perairan dangkal ini memiliki kandungan nutrisi, salinitas dan suhu yang sangat bervariasi dibandingkan dengan laut lepas. Setelah beberapa bulan hidup di daerah estuari,


(21)

9 udang dewasa kembali ke lingkungan laut dalam dimana kematangan sel kelamin, perkawinan dan pemijahan terjadi.

2.5. Panen dan Pasca Panen

Panen akan dilakukan pada saat usia pemeliharaan 3-4 bulan, yang harus diperhatikan adlah mutu dan kualitas udang windu yang akan berpindah ke tangan konsumen. Hal ini dilakukan agar pembelian dapat berlangsung secara kontiniu. kualitas udang dapat dilihat dari ukuran udang, semakin besar udang maka semakin menjanjikan. Berkulit keras, bersih, licin, dan tidak terdapat cacat pada tubuh udang, udang dalam kondisi segar, atau masih hidup maka harga yang ditetapkan juga akan semakin tinggi. selain dari beberapa persyaratan ini, maka udang akan ditolok khususnya oleh cold storage sebagai penampung komoditas hasil perikanan. Waktu panen udang, pada umumnya dilakukan pada malam hari. Hal ini terkait dengan sifat udang yang mencari makan pada malam hari dan bergerak dipermukaan sekitar tambak, sehingga alat yang digunakan dalam panen tidak begitu sulit mencari keberadaan udang

2.6. Penelitian Sebelumnya

Beberapa penelitian tentang saluran dan sistem pemasaran yang pernah dilakukan sebelumnya :

Simamora (2007), Mengenai Analisis Sistem Tataniaga Pisang di Desa Suka Baru Buring, Kecamatan Panengahan, Kabupaten Lampung Selatan, Propinsi Lampung. Berdasarkan hasil penelitian terdapat empat jalur tataniaga yaitu : 1) Petani-PPD-Grosir I-Pengecer-Konsumen, 2) Petani-PPD-Grosir II-Pedagang Pengecer-Konsumen, 3) Petani-PPD-Grosir 1-Grosir II-II-Pedagang Pengecer-Konsumen, 4) Petani-Konsumen lokal. Dalam penelitian ini dapat dihasilkan bahwa saluran satu merupakan saluran yang lebih efisien, dilihat dari jumlah marjin, biaya, dan keuntungan maka karena keuntungan lebih besar, marjin lebih kecil dan juga biaya lebih kecil. Rasio keuntungan terhadap biaya saluran satu mempunyai nilai yang paling besar yaitu Rp 3,39 dan berada pada tingkat pengecer 3,39 yang artinya setiap Rp 1,00 per kilogram biaya pemasaran yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 3,39 per kilogram. Dari ketiga saluran tersebut, terlihat bahwa petani selalu menjual hasil panennya


(22)

10 kepada pedagang pengumpu dengan cara memberitahukan terlebih dahulu pada pedagang pengumpul waktu panen. Setelah itu pedagang pengumpul mentranformasikan kembali produk kepada pedagang pengecer dan seterusnya. Sehinga dalam penelitian ini dapat dihasilkan bahwa saluran pemasaran satu merupakan saluran yang lebih efisien, dilihat dari jumlah marjin, biaya, dan keuntungan, karena keuntungan lebih besar, marjin lebih kecil dan juga biaya lebih kecil.

Melani (2002), Studi mengenai saluran pemasaran Ikan Koi di Kecamatan Cisaat, Sukabumi menunjukkan bahwa saluran pemasaran Ikan Koi melibatkan tengkulak kampung, tengkulak pasar, dan pedagang eceran. Rantai pemasaran yang panjang diakibatkan oleh daerah pemasaran yang jauh, semakin jauh daerah pemasaran akan melibatkan banyaknya lembaga pemasaran yang terkait. Bertambahnya jarak daerah pemasaran dan lembaga pemasaran yang terlibat, maka biaya pemasaran tinggi. Hal ini akan mendorong pedagang untuk menetapkan harga jual Ikan Koi yang tinggi, sehingga pedagang mendapatkan keuntungan yang besar, menunjukkan bahwa perbedaan yang tinggi antara harga jual petani dengan harga beli konsumen mengakibatkan farmer’s share yang rendah. Dari saluran pemasaran ikan Koi di Kecamatan Cisaat, Sukabumi melibatkan beberapa lembaga pemasara diantaranya tengkulak, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Jauhnya Daerah pemasaran bagi petani Ikan Koi, sehingga melibatkan beberapa lembaga pemasaran dan mengeluarkan biaya pemasaran yang tinggi. Hal ini akan mendorong pedagang untuk menetapkan harga jual Ikan Koi yang tinggi, sehingga pedagang mendapatkan keuntungan yang besar, menunjukkan bahwa perbedaan yang tinggi antara harga jual petani dengan harga beli konsumen mengakibatkan farmer’s share yang rendah.

Haris (2003) Penelitian yang dilakukan di Pasar Porda Juwana, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati dengan judul Analisis Saluran Pemasaran Ikan Bandeng menghasilkan beberapa informasi penting diantaranya terkait dengan pola saluran pemasaran di daerah setempat, yaitu bandar, grosir dalam daerah, dan pengecer luar daerah. Masing-masing lembaga pemasaran menyalurkan ikan bandeng dari produsen petani ke konsumen. Saluran yang terbentuk dibedakan menjadi dua aliran, yaitu saluran pemasaran dalam daerah Kabupaten Pati dan saluran


(23)

11 pemasaran luar daerah Kabupaten Pati. Diantara saluran pemasaran dalam daerah, yaitu :

I. Petani – Bandar – Grosir dalam daerah – Konsumen akhir II. Petani – Bandar – Pengecer dalam daerah – Konsumen akhir III. Petani – Bandar – Grosir dalam daerah – Konsumen Lembaga Dan polasuran pemasaran yang terbentuk di luar daerah Kabupaten Pati, yaitu :

I. Petani – Bandar – Grosir dalam daerah – Konsumen akhir II. Petani – Bandar – Grosir dalam daerah – Konsumen lembaga Selain itu analisis fungsi yang dilakukan oleh lembaga yang terlibat dalam proses pemasaran adalah fungsi pertukaran antara petani, bandar, dan grosir. Biasanya, para bandar di daerah setempat menawarkan jasa pelelangan kepada petani dalam mematok komisi 3 – 5 persen dari petani dan grosir. Tidak jarang bandar melakukan penjualan dengan grosir luar daerah untuk menjual panennya karena pasokan tidak dapat lagi ditampung oleh grosir dalam daerah. Untuk menghemat biaya pemasaran, bandar melakukan penjualan kepada grosir luar daerah ketika tiba saat panen sekitar empat bulan sekali, sehingga ikan bandeng yang dipasok dalam jumlah yang cukup besar. Hal ini terkait dengan besarnya biaya transportasi yang harus dikeluarkan bandar pada saat distribusi berlangsung. Pada saluran pertama pemasaran dalam daerah, bandar memperoleh marjin pemasaran dari komisi yang diberikan petani sebesar tiga persen. Hal ini dapat dilihat dari harga ikan ukuran 5 – 7 ekor per kilogram dengan harga rata – rata Rp 6.200,00 menjadi 6.014,00 dipotong dengan biaya jasa pelelangan yang ditetapkan bandar pada petani atas jasa pelelangan. Kemudian dijual kembali dengan pedagang grosir sebesar Rp 7.200,00 sehingga marjin yang diperoleh pedagang grosir sebesar Rp 1.000,00. Begitu juga dengan saluran II dan III pada pemasaran dalam daerah serta saluran I dan II pada saluran pemasaran luar Kabupaten Pati. Berbicara marjin pasti terkait dengan keuntungan yang diperoleh masing – masing lembaga pemasaran. Contoh pasara saluran I pada pemasaran dalam daerah Kabupaten Pati, yaitu biaya pemasaran yang harus dikeluarkan petani terdiri dari biaya angkut Rp 20,00 per kilogram atas sewa mobil, biaya retribusi angkutan Rp 1,00 per kilogram, pembayaran komisi 186,00 per kilogram, sehingga total biaya yang dikeluarkan petani Rp 207, 00 per kilogram, dan keuntungan pun diperoleh dari pengurangan antara marjin dengan biaya yang harus dikeluarkan. Keuntungan


(24)

12 bandar Rp 155,54, keuntungan grosir Rp 955,00 dan total keuntungan yang diperoleh dalam satu saluran penuh sekitar Rp 1.110,54. pada saluran I, distribusi marjin dan farmer’s share yang diperoleh cukup tinggi sebesar Rp 83,35 persen karena penjualan yang dilakukan grosir pada konsumen lebih banya dengan jumlah pembeli sedikit sehingga harga pun lebih tinggi dibandingkan penjualan yang dilakukan kepada pedagang pengecer. Hal ini menunjukkan adanya keuntungan bagi petani karena persentase harga jual yang cukup tinggi.

Sitompul (2007) Analisis usahatani dan tataniaga ikan hias mas koki oranda di desa Parigi Mekar, Kecamatan Ciseeng, kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa saluran tataniaga melibatkan petani, pedagang pengumpul, supplier, dan konsumen akhir/hobbies. Harga jual anakan Ikan mas koki oranda ditingkat petani pembenihan ke petani pembesaran berkisar antara Rp 130 sampai dengan Rp 150/ekor. Harga jual Ikan mas koki oranda ditingkat petani pembesaran ke pedagang pengumpul berkisar antara Rp 800 sampai dengan Rp 900 per – ekor. Harga yang berlaku ditingkat supplier ke pedagang pengecer berkisar antara Rp 1400 sampai dengan Rp 1500 per ekor, sedangkan ditingkat pedagang pngecer ke konsumen akhir berkisar antara Rp 2000 sampai dengan Rp 2500 per ekor. Farmer’s share yang diterima petani pada pola 1 dan pola 2 yaitu masing-masing sebesar 39,5 persen. Pada pola 3, rata-rata harga jual petani adalah sebesar Rp. 1.116,7 per ekor, sedangkan rata-rata harga yang dibayar oleh konsumen akhir adalah sebesar Rp. 1.250 per ekor. Farmer share yang diterima oleh petani pada pola 3 adalah sebesar 89,3 persen merupakan saluran tataniaga yang paling menguntungkan bagi petani, karena saluran tataniaga ikan hias mas koki yang paling pendek dan efisien. Farmer’s share yang tinggi dapat dicapai jika petani mampu mengefisienkan saluran pemasaran dan meningkatkan kualitas produknya.


(25)

13 2.7. Keterkaitan dengan Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian tentang efisiensi saluran pemasaran udang windu yang dikaji adalah saluran pemasaran dan fungsi-fungsi masing-masing lembaga pemasaran dalam saluran pemasaran udang windu, struktur pasar yang terbentuk pada setiap tingkat lembaga pemasaran, perilaku para pelaku pasar, dan keragaan pasar yang diukur melalui margin pemasaran, bagian harga yang diterima petani, rasio keuntungan dan biaya, serta keterpaduan pasar. Secara umum pemasaran komoditas agribisnis belum mengarah kepada bentuk pasar yang efisien secara keseluruhan, mengingat saluran tataniaga yang terbentuk menghasilkan margin yang kurang merata, penentuan harga umumnya merugikan petani, dimana penentuan harga dilakukan oleh lembaga pemasaran diatasnya dan petani hanya bertindak sebagai penerima harga (Price taker).

Berdasrkan hasil penelitian-penelitian di atas, ada kesamaan dalam analisis saluran pemasaran yaitu persamaan dalam penggunaan alat analisis untuk menganalisis sistem pemasaran dan efisiensi saluran pemasaran. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada studi kasus, tempat serta lokasi dilakukannya penelitian. Perbedaan lain terletak pada komoditas yang diteliti adalah komoditas perikan tambak udang windu (Penaeus monodon) yang merupakan salh satu komoditas unggulan dan tergantung pada fluktuasi mata uang asing.


(26)

14

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Pemasaran

Limbong dan Sitorus (1985) menyatakan bahwa pemasaran pertanian adalah mencakup segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik barang-barang hasil pertanian dan barang-barang kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ke tangan konsumen, termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan bentuk dari barang yang ditujukkan untuk lebih mempermudah penyalurannya dan memberi kepuasan yang lebih kepada konsumennya. Azzaino (1983) menyatakan bahwa pemasaran disebut suatu proses pertukaran yang meliputi kegiatan pemindahan barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Pemasaran suatu proses sosial dimana individu-individu atau kelompok-kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan yang diinginkan melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran produk-produk yang bernilai.

Pemasaran merupakan kegiatan aliran barang dan jasa dari produsen ke konsumen dengan tujuan untuk memberi kepuasan kepada konsumen. Untuk menganalisis saluran pemasaran dapat dilkaukan tiga pendekatan, yaitu :

1. Pendekatan Fungsi (Functional approach); merupakan pendekatan yang mempelajari fungsi-fungsi yang ada dalam lembaga pemasaran yang terlibat dalam tataniaga suatu komoditi. Pendekatan fungsi terdiri dari fungsi pertukaran meliputi pembelian dan penjualan, fungsi fisik meliputi penyimpanan, pengolahan dan pengangkutan, dan fungsi fasilitas yang meliputi standarisasi dan grading, penanggungan resiko, pembiayaan dan informasi pasar.

2. Pendekatan kelembagaan (Institutional approach), pendekatan kelembagaan ini berguna untuk mempelajari atau mengamati peranan masing-masing lembaga pemasaran dalam kegiatan pemasaran yang terdiri dari produsen, bandar, pengecer, konsumen, dan lain-lain.

3. Pendekatan perilaku (Behavioral system approach), pendekatan ini merupakan pelengkap dari kedua fungsi di atas, yaitu menganalisis aktivitas-aktivitas yang


(27)

15 ada dalam proses pemasaran seperti perubahan dan perilaku lembaga pemasaran. Pemasaran produk pertanian merupakan pemasaran produk yang memerlukan penangan yang intesif hingga sampai ketangan konsumen. Hl ini disebabkan oleh karaktristik produk pertanian yang mudah rusak, membutuhkan ruang, di produksi dalm jumlah besar, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dibutuhkan integrasi berbagai pihak agar produk yang dipasarkan sampai ke tangan konsumen tanpa mengurangi kualitas produk yang dihasilkan.

3.1.2 Lembaga-lembaga pemasaran

Hanafiah dan Saefuddin (1983), menjelaskan bahwa lembaga pemasaran adalah badan-badan yang bertanggungjawab menyelenggarakan kegiatan atau fungsi pemasaran dimana barang harus bergerak dari produsen sampai ke konsumen. Lembaga pemasaran ini bisa termasuk golongan produsen, pedagang perantara dan lembaga pemberi jasa. Tugas lembaga pemasaran adalah menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Konsumen memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran berupa marjin pemasaran.

Limbong dan Sitorus (1987) dalam pemasaran barang atau jasa terlibat beberapa lembaga pemasaran mulai dari produsen, lembaga-lembaga perantara dan konsumen. Karena jarak antara produsen yang menghasilkan barang atau jasa sering berjauhan dengan konsumen, maka fungsi badan perantara sangat diharapkan kehadirannya untuk menggerakkan barang-barang dan jasa-jasa tersebut dari titik produksi ke titik konsumsi. Lembaga pemasaran merupakan suatu lembaga dalam bentuk perorangan, perserikatan atau perseroan yang akan melakukan fungsi– fungsi pemasaran yang berusaha untuk memperlancar arus barang dari produsen sampai tingkat konsumen melalui berbagai kegiatan/aktifitas. Lembaga–lembaga pemasaran tersebut juga berfungsi sebagai sumber informasi mengenai suatu barang dan jasa. Dalam sistem tataniaga terdapat lembaga-lembaga tataniaga yang cukup penting yaitu:

1. Pedagang pengumpul yaitu pedagang yang membeli atau mengumpulkan barang–barang hasil pertanian dari produsen kemudian memasarkan dalam


(28)

16 partai besar kepada pedagang lain. Dalam hal ini pedagang pengumpul bisanya ada disetiap desa.

2. Pedagang besar yaitu pedagang yang membeli dari pedagang pengumpul dalam partai besar dan mendistribusikan kesetiap pedagang pengecer atupun ke pasar.

3. Pengecer yaitu pedagang yang membeli barang dari pedagang besar dan mendistribusikannya barang secara langsung ke konsumen akhir.

3.1.3 Fungsi-Fungsi Pemasaran

Pendekatan fungsi menurut Khols dan Uhl (1985) adalah suatu pendekatan yang mempelajari bagaimana system pemasaran dilakukan. Pendekatan ini untuk menganalisis dan mempelajari berbagai gejala dalam proses pemasaran untuk beberapa aspek , sehingga seluruh proses pemasaran dapat memberikan gambaran yang ringkas dan lengkap. Fungsi tersebut terdisri dari :

1. Fungsi pertukaran adalah kegiatan yang berhubungan dengan perpindaha hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fugsi pertukaran meliputi (a) kegiatan pembelian dan (b) kegiatan penjualan. Pembelian merupakan kegiatan melakukan penetapan jumlah dan kualitas barang, mencari sumber barang, menetapkan harga, dan syarat-syarat pembelian. Kegiatan penjualan diikut i mencari pasar, menetapkan jumlah, kualitas serta menentukan saluran tataniaga yang paling sesuai.

2. Fungsi fisik adalah semua tindakan yang berhubungan langsung dengan barang dan jasa yang menimbulkan kegunaan tempat, waktu dan bentuk. Fungsi ini meliputi (a) penyimpanan, untuk menbuat komoditas selalu ada ketika dibutuhkan konsumen, (b) pengolahan, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan nilai tambah dari produk tersebut, sehingga kepuasan, kebutuhan konsumen dapat terpenuhi, (c) pengangkutan, pemindahan, merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memindahkan barang dari suatu tempat ketempat lain, yang akan memudahkan konsumen mendapatkan barang tersebut.

3. Fungsi fasilitas adalah semua tindakan yang mendukung dalam kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas meliputi (a) fungsi standarisasi dan grading,merupakan fungsi mempermudah


(29)

17 pembelian barang, mempermudah pelaksanaan jual beli, mengurangi biaya pemasaran dan memperluas pasar, (b) fungsi penanggungan risiko, merupakan fungsi menerima kemungkinan kehilangan dalam proses pemasaran yang disebabkan risiko, (c) fungsi pembayaran, merupakan kegiatan pembayaran dalam bentuk uang untuk memperlancar proses tataniaga, dan (d) informasi pasar, merupakan kegiatan dengan mengumpulkan sejumlah data sehingga proses pemasaran menjadi lebih sempurna.

3.1.4 Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran merupakan cara atau sistem untuk menyampakai produk yang dihasilkan oleh produsen kepada konsumen. Dalam saluran pemasaran terdapat lembaga-lembaga pemasaran seperti produsen (petani), pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang antar kota dan lain sebagainya.

Menurut Sudiono (2001), lembaga pemasaran menurut penguasaan terhadap komoditi yang diperjual belikan dapat dibedakan atas tiga :

1. Lembaga yang tidak memiliki tapi menguasai benda, seperti agen, makelar (broker, selling broker, buying broker)

2. Lembaga yang memiliki dan menguasai komodi-komodi pertanian yang diperjualbelikan, seperti pedagang pengumpul, tengkulak, eksportir dan importir.

3. Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan menguasai komodi-komodi pertanian yang diperjualbelikan. Seperti perusahan perusahaan yang menyediakan fasilitas-fasilitas ternsportasi, asuransi pemasaran dan perusahaan penentu kualitas produk pertanian (Surveyor).

Sehingga terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih saluran pemasaran yaitu:

1. Pertimbangan pasar, yang meliputi konsumen sasaran akhir mencakup pembeli potensial, konsentrasi pasar secara geografis, volume pesanan, dan kebiasaan pembeli.

2. Pertimbangan barang, yang meliputi nilai barang per unit, besar dan berat barang, tingkat kerusakan, sifat teknis barang, dan apakah barang tersebut untuk memenuhi pesanan atau pasar.


(30)

18 3. Pertimbangan internal perusahaan, yang meliputi sumber permodalan,

kemampuan dan pengalaman manajemen, pengawasan penyaluran, dan pelayanan penjualan.

4. Pertimbangan terhadap lembaga perantara, yang meliputi pelayanan lembaga perantara, kesesuaian lembaga perantara dengan kebijaksanaan produsen, dan pertimbangan biaya.

Banyaknya lembaga yang terlibat dalam suatu saluran pemasaran dipengaruhi oleh jarak dari produsen ke konsumen, sifat komoditas, skal produksi, dan kekuatan modal yang dimiliki (Saefuddin dan Hanafiah 1986 ). Saluran pemasaran yang dilalui oleh barang dan jasa akan sangat menentukan nilai keuntungan suatu prodak dan berpengaruh terhadap pembagian penerimaan yang diterima oleh masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat dalamnya. Pada umumnya, semakin pendek saluran pemasaran akan memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan saluran pemasaran yang panjang. Lembaga yang terlibat dalam pemasaran udang windu dari petambak sampai konsumen akhir diantaranya, pedagang pengumpul, pedagang besar, perusahaan ekspor, konsumen lembaga. Saluran pemasaran dapat dilihat pada Gambar 1 :

Gambar 1. Saluran Pemasaran Komoditi Pertanian Sumber : (Khols dan Downey, 1985) Pedagang desa di

pasar lokal Agen Perantara

Pedagang pengecer (retailers) Pedagang besar

(Wholesalers)

Agen Processor

Konsumen Petani


(31)

19 3.1.5 Struktur Pasar

Struktur pasar (Market structure) adalah suatu dimensi yang menjelaskan pengambilan keputusan oleh perusahaan atau industri, jumlah perusahaan dalam suatu pasar, distribusi perusahaan menurut berbagai ukuran seperti size atau concentration, deskripsi dan diferensiasi produk, syarat-syarat entry dan sebagainya (Limbong, 1997). Pada struktur pasar dijelaskan bagaimana perilaku penjual dan pembeli yang terlibat (Market conduct) dan selanjutnya akan menunjukkan keragaan yang terjadi dari struktur dan perilaku pasar (Market performance) yang ada di dalam sistem tataniaga tersebut.

Analisis struktur pasar mendorong studi tentang faktor teknik, motivasi, institusi, dan organisasi yang mempengaruhi kebiasaan perusahaan dalam pasar. Struktur pasar dicirikan oleh : (1) jumlah dan ukuran pasar, (2) diferensiasi produk, (3) kebebasan keluar masuk pasar, dan (4) pengetahuan partisipan tentang biaya, harga, dan kondisi pasar (Dahl dan Hammond, 1977). Tabel 4 menyajikan karakteristik struktur pasar.

Tabel 4. Jenis-jenis Struktur Pasar Berdasarkan Jumlah Perusahaan dan Sifat Produk

Karakteristik Struktur Pasar Jumlah

Perusahaan

Sifat Produk Dari Sudut Penjual Dari Sudut Pembeli

Banyak Homogen Persaingan Murni Persaingan Murni Banyak Diferensiasi Persaingan Persaingan Sedikit Homogen Monopolistik Monopolistik Sedikit Diferensiasi Oligopoli Murni Oligopsoni Murni Satu Unik Oligopoli diferensiasi Oligopsoni

Monopoli Diferensiasi

Monopsoni Sumber : Dahl dan Hammond (1977)

Menurut Saefuddin dan Hanafiah (1986) struktur pasar produk perikanan yang banyak dijumpai dalam praktek adalah pasar persaingan monolistik dan oligopoli, dimana struktur pasar produk pertanian cendrung berada pada pasar


(32)

20 persaingan tidak sempurna, baik berupa monopoli, oligopoli, maupun pasar persaingan monopolistik. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal:

1. Bagaimana pangsa pasar (Market share) yang dimiliki petani umumnya sangat kecil, sehingga petani dalam pemasaran produk pertanian bertindak penerima harga (Price taker).

2. Produk pertanian pada umumnya diproduksi secara massal dan homogen, sehingga apabila petani menaikkan harga komoditi yang akan dihasilkan menyebabkan konsumen beralih untuk mengkonsumsi komodi yang dihasilkan petani lainnya.

3. Komoditi yang dihasilkan mudah rusak (Perishable), sehingga harus secepatnya dijual tanpa memperhitungkan harga.

4. Lokasi produksi terpencil dan sulit tercapai oleh alat tranportasi yang mudah dan cepat.

5. Petani kekurangan informasi harga dan kualitan dan kuantitas yang diinginkan konsumen, sehingga petani mudah diperdaya lembaga-lembaga pemasaran yang berhubungan dengan petani langsung.

6. Adanya kredit dan pinjaman dari lembaga pemasaran kepada petani yang bersifat meningkat.

3.1.6 Perilaku Pasar

Perilaku pasar menunjukkan tingkah laku perusahaan dalam struktur pasar tertentu, terutama bentuk-bentuk keputusan apa yang harus diambil dalam menghadapi berbagai struktur pasar. Perilaku pasar meliputi kegiatan penjualan, pembelian, penentuan harga, dan strategi tataniaga. Perilaku pasar dapat dilihat dari proses pembentukan harga dan stabilitas harga, serta ada tidaknya praktek jujur dari lembaga yang terlibat dalam tataniaga (Azzaino 1982).

Menurut Asmarantaka (1999), bahwa perilaku pasar ada tiga cara yaitu : (1) penentuan harga dan setting level of output; menetapkan penentuan harga tidak berpengaruh terhadap perusahaan lain, melainkan ditetapkan secara bersama-sama oleh penjual atau penetapan harga berdasarkan pemimpin harga, (2) product promotion policy; melalui pameran dan iklan atas nama perusahaan, (3) predatory and exlusivenary tactics; strategi ini bersifat ilegal karena bertujuan mendorong perusahaan pesaing untuk keluar dari pasar. Strategi ini berusaha menguasai


(33)

21 bahan baku, sehingga perusahaan pesaing tidak berproduksi dengan menggunakan bahan baku yang sama.

Perilaku pasar terkait dengan tindak tanduk serta langkah yang diimplementasikan oleh penjual saat memasarkan. Tindakan yang dilakukan dapat berpengaruh pada penetapan harga dan keragaan pasar di daerah yang menjadi fokus penelitian. Perikalaku pasar dapat mencerminkan aliran suatu produk mulai dari tangan produsen hingga ke tangan konsumen. Pada umumnya perilaku pasar tercermin pada saat beroprasi. Seperti saat penentuan harga, sosialisasi, penetapan pangsa pasar, serta aktifitas transaksi di pasar. Terdapat tiga cara mengenal perilaku pasar, yaitu :

1. Penentuan Harga dan Setting of Output : Penentuan harga yang dilakukan tanpa mempengaruhi perusahaan lain. Penetapan ini dilakukan secara bersama – sama dengan para penjual yang lain, dan penetapan harga yang dilakukan dipimpin oleh pemimpin harga.

2. Kebijakan atau Aturan Promosi Produk (Product Promotion Policy) : yaitu promosi yang dilakukan penjual dengan cara mengikuti pemasaran atau membuka stand produk atas nama perusahaan.

3. Peredatory and Exlusivenary Tactics : Strategi ini tidak cukup sehat karena perusahaan yang satu berusaha untuk mengeluarkan perusahaan yang lain dari pasar dengan menetapkan harga dibawah biaya marjin, sehingga perusahaan lain tidak dapat melakukan kompetisi tersebut. Selain itu, cara lain juga dapat dilakukan dengan menguasai bahan baku yang akan mengakibatkan perusahaan lain tidak dapat menggunakan sumber bahan baku yang sama.

3.1.7 Keragaan Pasar

Keragaan pasar menunjukkan akibat dari keadaan struktur dan perilaku pasar dalam kenyataan sehari-hari yang ditunjukkan dengan harga, biaya, volume produksi, yang akhirnya memberikan penilaian baik atau tidaknya suatu sistem tataniaga (Dahl dan Hammond 1977). Menurut Sudiyono( 2001 ) keragaan pasar adalah hasil keputusan akhir yang diambil adalah hubungannya dengan proses tawar menawar dan persaingan pasar.

Deskripsi keragaan pasar dapat dilihat dari: harga dan penyebarannya ditingkat produsen dan ditingkat pasar, marjin pemasarn dan penybarannya pada


(34)

22 setiap tingkat harga. Selain itu analisis terhadap keragaan pasar dapat didekati melalui analisis perkembangan harga, elastisitas tansmisi dan integrasi pasar. 3.1.8 Efisiensi Pemasaran

Pemasaran yang efesien merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai dalam sistem pemasaran, dimana sistem pemasarn memberikan kepuasan kepada setiap pihak-pihak yang terlibat produsen, konsumen, dan lembaga-lembaga pemasaran . Menurut Sudiono (2001) untuk mengukur efesiensi pemasaran dapat dilakukan pendekatanstruktur, keragaan, dan tingkahlaku pasar. Upaya perbaikan efesiensi pemasaran dapat dilakukan dengan meningkatkan output pemasaran dan mengurangi biaya pemasaran.

Menurut Sudiyono (2001) secara sederhana konsep efisiensi ini didekati dengan rasio output-input, suatu proses pemasarn dikatakan efesien apabila : 1. Output tetap konstan dicapai dengan input yang lebih sedikit.

2. Output meningkat sedanngkan input yang digunakan tetap konstan.

3. Output dan input sama-sama mengalami kenaikan, tetapi laju kenaikan output lebih cepat dari pada input

4. Output dan input sama mengalami penurunan, tetapi penurunan output lebih lambat dari pada input.

Efesiensi pemasarn dapat dibedakan atas efesiensi teknis (operasional) dan efesiensi ekonomis (harga). Menurut Saefuddin dan Hanafiah (1986) efesiensi teknis berarti pengendalian fisik daripada produk dan dalam ”term” ini mencakup dalam hal-hal: prosedur, teknis, dan besarnya skala operasi, dengan tujuan penghematan fisik seperti mengurangi kurusakan (Waste), mencegah merosotnya mutu produk dan penghematan tenaga kerja. Sedangkan dalam pengukuran efesiensi ekonomis maka marjin pemasaran sering dipakai sebagai alat ukur.

3.1.8.1 Marjin Pemasaran

Marjin adalah perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima petani produsen, atau dapat juga dinyatakan sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan pemasaran sejak dari tingkat produsen sampai ke titik konsumen akhir. Kegiatan untuk memindahkan barang dari titik produsen ke titik konsumen membutuhkan pengeluaran baik fisik maupun materi.


(35)

23 Pengeluaran yang harus dilakukan untuk menyalurkan komoditi dari produsen ke konsumen disebut sebagai biaya tataniaga.

Menurut Dahl dan Hammond (1977) mendefenisikan marjin pemasaran sebagai perbedaan harga di tingkat petani (Pf) dengan harga pedagang pengecer (Pr). Marjin pemasaran menjelaskan perbedaan harga dan tidak memuat pernyataan mengenai jumlah produk yang dipasarkan. Nilai margin pemasaran (Value of marketing margin) merupakan perkalian antara marjin pemasaran dengan volume produk yang terjual (Pr-Pf) x Qrf yang mengandung pengertian marketing cost dan marketing charge seperti yang terlihat pada Gambar 1. Pendekatan terhadap nilai marjin pemasaran dapat melalui return to factor (Marketing cost) yaitu penjumlahan dari biaya pemasaran, yang merupakan balas jasa terhadap input yang digunakan seperti tenaga kerja, modal, investasi yang diberikan untuk lancarnya proses pemasaran dan input-input lainnya, serta dengan pendekatan return to institution (Marketing charge), yaitu pendekatan melalui lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses penyaluran atau pengolahan komoditi yang dipasarkan (pedagang pengumpul, pengolah, grosir, agen, dan pengecer.

Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi yang dilakukan antar lembaga biasanya berbeda-beda. Hal ini menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga satu dengan yang lainnya sampai ke tingkat konsumen akhir berbeda. Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat, akan semakin besar perbedaan harga antar produsen dengan harga di tingkat konsumen. Secara grafis marjin pemasaran dapat dilihat pada Gambar 2 :

Harga

Sr

Pr Sf C A

Pf Dr B

Df 0 Qr, f

Gambar 2. Hubungan Antara Fungsi-fungsi Pertama dan Turunan Terhadap Marjin Pemasaran dan Nilai Marjin Pemasaran


(36)

24 Keterangan :

A = Nilai marjin pemasaran((Pr-Pf).Qr,f) B = Marketing cost andMarketing charge C = Marjin pemasaran (Pr-Pf)

Pr = Harga di tingkat pedagang pengecer Pf = Harga di tingkat petani

Sr = Supply di tingkat pengecer (Derived supply) Sf = Supply di tingkat petani (Primary supply) Dr = Demand di tingkat pengecer (Derived demand) Df = Demand di tingkat petani (Primary demand)

Qr,f = Jumlah keseimbangan di tingkat petani dan tingkat pengecer

Besarnya marjin pemasaran pada suatu saluran pemasaran tertentu dapat dinyatakan sebagai jumlah dari marjin pada masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat. Rendahnya biaya pemasaran suatu komoditi belum tentu dapat mencerminkan efisiensi yang tinggi.

3.1.8.2 Farmer’s Share

Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan pemasaran adalah dengan membandingkan bagian yang diterima petani (Farmer’s share) terhadap harga yang dibayar konsumen akhir. Bagian yang diterima lembaga pemasaran sering dinyatakan dalam bentuk persentase (Limbong dan Sitorus 1987).

3.1.8.3 Rasio Keuntungan dan Biaya (R/C)

Berdasarkan nilai marjin pemasaran yang diperoleh dapat diketahui tingkat rasio keuntungan terhadap biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran. Rasio ini menunjukkan besarnya keuntungan yang diperoleh terhadap biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran. Semakin tinggi nilai rasio semakin besar keuntungan yang diperoleh. Rasio tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Limbong dan Sitorus 1987) :

Rasio Keuntungan/Biaya (%) = 100% )

( ) (

x Ci Pemasaran Biaya

i Keuntungan

π

Rasio keuntungan dan biaya pemasaran adalah besarnya keuntungan yang diterima atas biaya pemasaran yang dikeluarkan. Dengan demikian semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan dan biaya, maka dari segi operasional sistem pemasaran akan semakin efisien (Limbong dan Sitorus 1987).


(37)

25 3.2Kerangka Pemikiran Operasional

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus barang atau jasa dari produsen ke konsumen sehingga dalam proses tersebut terjadi pemindaha kepemilikian. Dalam memasarkan suatu komoditi baik barang atau jasa akan melibatkan beberapa faktor pemasaran, anatara lain sistem pemasaran dan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat melakukan fungsi pemasaran dan serta struktur, perilaku pasar dan keragaan pasar yang menentukan tingkat harga suatu komoditi.

Sistem pemasaran merupakan segala aktivitas yang diperlukan dalam pemindahan hak miliki dan menyelenggarakan saluran fisiknya termasuk jasa-jasa dan fungsi-fungsi pemasaran dalam menjalankan distribusi barang dari produsen ke konsumen. Saluran pemasaran udang windu dari Desa Panimbang, Serang, Banten melibatkan beberapa lembaga pemasaran yaitu petambak, pedagang pengumpul pedagang pengecer dan eksportir. Fungsi-fungsi pemasaran udang windu dari Desa Panimbang, Serang, Banten dianalisis melalui pendekatan serba fungsi yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Struktur pasar dapat diketahui dengan melibatkan jumlah penjualan dan pembelian, informasi pasar, jenis transaksi yang terjadi dan hambatan keluar masuk pasar. Perilaku pasar dapat diketahui dengan melihat praktek penjualan dan pembelian, penentuan harga, cara pembayaran dan kerjasama antar lembaga, sedangkan keragaan pasar dapat diketahui dengan melihat marjin pemasaran dan keterpaduan pasar.

Berdasarkan teori pemasaran khususnya tentang efesiensi pemasaran yang berdampak pada peningkatan keuntungan petani dan lembaga pemasaran yang terlibat serta dalam rangka merangsang industri perikananagar kondusif, maka peneliti perlu mengkaji tentang bagai mana pola saluran pemasaran udang windu dari Desa Pnimbang, Serang, Banten nilai dari marjin pemasaran yang terbentuk dari setiap fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran serta dilihat dari struktur dan prilaku pasar, dan keterpaduan pasar yang terjadi dilihat dari pembentukan harga yag terjadi akibat pembentukan harga antara lembaga pemasaran yang satu dengan lainnya. Kerangka pemikiran yang melandasi penelitian ini dapat di lihat pada Gambar 3.


(38)

26 Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional, Analisis Efisiensi Pemsaran Udang Windu ( Studi Kasus : di Desa Panimbang, Serang, Banten )

Petani Udang Windu

Adanya perbedaan harga yang cukup besar antara harga jual udang windu di tingkat petani dan harga jual udang windu di tingkat konsumen

Analisis Kualitatif

1. Saluran Pemasaran dan Lembaga Pemasaran 2. Fungsi-fungsi Pemsaran 3. Struktur Pemsaran 4. Keragaan Pemasaran

Analisis Kuantitaf 1. Marjin Pemasaran 2. Farmer’s Share

3. Rasio Keuntungan dan Biaya

Efisiensi Pemasaran

Efesiensi Operasional 1. Marjin Tataniaga 2. Farmer’s Share

3. Rasio keuntungan dan Biaya


(39)

27

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Panimbang, Serang, Banten pada aktivitas Kelompok Tani udang windu. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (Purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa Panimbang, Serang, Banten merupakan salah satu daerah produksi udang windu yang berkembang. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2009.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pembagian daftar pertanyaan yang telah disiapkan dengan tehnik wawancara langsung kepada petani serta lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat seperti pedagang pengumpul, pedagang pengecer, dan konsumen lembaga. Data sekunder dari instansi yang terkait dengan masalah penelitian seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan Kesambi Serang, Banten, serta buku-buku literatur yang terkait lainnya. Adapun data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk analisis lembaga dan saluran pemasaran, data yang dikumpulkan meliputi:

a. Tingkat petani, yaitu:

- Karakteristik petani: Umur, pendidikan dan pengalaman bertani.

- Gambaran usahatani: Jumlah produksi, luas panen, tehnik serta peralatan yang digunakan serta luas lahan.

- Cara penjualan produk.

- Tujuan penjualan produk (dijual kemana). b. Tingkat pedagang perantara, yaitu :

- Karakteristik pedagang: Umur, tingkat pendididikan, pengalaman berdagang.

- Cara pembelian produk: Sumber pembelian produk, frekuensi pembelian dan jumlah yang dibeli, serta harga beli produk.

- Tujuan penjualan produk (dijual kemana) - Volume penjualan dan harga jual.


(40)

28 2. Untuk menganalisis fungsi pemasaran, dianalisis berdasarkan

fungsi-fungsi ditiap lembaga pemasaran. Data-data yang dikumpulkan meliputi : 1) Fungsi pertukaran :

a. Petani :

- Jumlah atau volume penjualan kepada pedagang - Frekuensi penjualan

- Proses penjualan b. Pedagang :

- Jumlah pembelian dari petani atau pedagang lain - Frekuensi pembelian

- Jumlah/volume penjualan ke pedagang lain atau ke konsumen - Frekuensi penjualan

2) Fungsi Fisik a. Petani :

- Jumlah produk yang disimpan - Lokasi penyimpanan hasil panen - Lama penyimpanan.

- Biaya penyimpanan

- Biaya trasnportasi atau pengangkutan b. Pedagang :

- Jumlah produk yang disimpan - Lokasi penyimpanan produk - Lama penyimpanan

- Biaya penyimpanan - Biaya trasnportasi

- Alat transportasi yang digunakan - Biaya pengolahan

- Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pengolahan 3) Fungsi fasilitas

a. Petani :

- Proses penyortiran dan grading - Jumlah yang disortir


(41)

29 - Pembiayaan (persiapan lahan sampai panen)

- Biaya pengangkutan - Biaya penyimpanan - Biaya penyusutan

- Resiko yang ditanggung petani - Sumber informasi pasar

- Cara memperoleh informasi pasar b. Pedagang :

- Proses penyortiran dan grading

- Biaya-biaya yang dikeluarkan : biaya pengangkutan, biaya penyimpanan, biaya pengemasan, biaya bongkar muat, biaya penyusutan, biaya tenaga kerja dan lain-lain.

- Resiko usaha yang ditanggung pedagang - Sumber informasi pasar

- Cara memperoleh informasi pasar

3. Untuk menganalisis struktur pasar, data yang dikumpulkan meliputi : - Jumlah pelaku yang terlibat (jumlah pembeli dan penjual) - Keragaman produk : Klasifikasi mutu udang windu - Hambatan keluar masuk pasar:

 Hambatan yang dialami petani

 Hambatan yang dialami pedagang pengumpul

 Hambatan yang dialami oleh pedagang besar

 Hambatan yang dialami oleh pedagang pengecer

 Modal yang diperlukan oleh masing-masing lembaga tataniaga

 Jumlah pesaing dipasar - Informasi pasar:

 Sumber informasi pasar/harga

 Cara memperoleh informasi harga ditingkat petani dan pedagang


(42)

30 4. Untuk menganalisis perilaku pasar data yang diperlukan adalah:

- Praktek pembelian dan penjualan antar lembaga-lembaga tataniaga - Sistem penentuan harga

- Cara pembayaran harga dari pedagang ke petani - Cara pembayaran harga diantara lembaga pemasaran - Praktek kerjasama antar lembaga pemasaran

5. Untuk menganalisis margin pemasaran dan farmer’s share data yang dikumpulkan adalah:

- Harga jual dari petani

- Harga beli dari pedagang pengumpul

- Biaya-biaya tataniaga yang dikeluarkan pedagang pengumpul - Keuntungan pedagang pengumpul

- Harga jual dari pedagang pengumpul - Harga beli dari pedagang besar

- Biaya-biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang besar - Keuntungan pedagang besar

- Harga jual dari pedagang besar - Harga beli dari pedagang pengecer

- Biaya-biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer - Keuntungan pedagang pengecer

- Harga jual dari pedagang pengecer ke konsumen

6. Untuk mengetahui gambaran umum lokasi penelitian, data yang dikumpulkan meliputi :

- Kondisi geografis daerah penelitian - Tata guna lahan

- Sarana dan prasarana di daerah penelitian - Kelembagaan Desa Kesambi Serang, Banten - Keadaan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat.


(43)

31 4.3. Metode Penentuan Responden

Produk yang diteliti adalah komoditas perikanan, tepatnya Udang Windu (Penaeus monodon). Komoditas ini dapat dikatakan umggulan di Desa Panimbang, Serang, Banten sehingga memudahkan akan kebutuhan data dan informasi yang akan diperoleh dari lokasi tempat penelitian yang telah disurvei sebelumnya. Metode penentuan populasi berdasarkan petambak yang berada dalam satu komoditas dengan kepemilikan lahan yang seragam. Anggota komoditas tersebut menggunakan empat petak dalam dua hektar lahan yang dimiliki. Pemilihan responden petambak udang windu dilakukan dengan cara keputusan (Judgement sample). Jumlah seluruh responden yang diambil sebanyak 20 petambak dan tambak yang digunakan merupakan tambak tradisional sebagian petambak menggunakan polikultur pada empat petak tambak, lima orang pedagang pengumpul, serta tujuh orang pedagang pengecer. Penentuan responden pada saluran pemasaran dilakukan dengan penelusuran saluran pemasaran mulai dari tingkat petambak sampai ke tingkat konsumen akhir.

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Proses analisis data kualitatif menggambarkan secara deskriptif saluran tataniaga , fungsi-fungsi pemasaran serta struktur dan perilaku pasar. Sedangkan analisis data kuantitatif dipergunakan untuk menganalisis besaran margin tataniaga, farmer share dan rasio keuntungan dan biaya. Alat analisis data kuantitatif yang digunakan adalah berupa kalkulator, program komputer dan tabulasi data.

4.4.1 Analisis Saluran Pemasaran

Analisis saluran pemasaran komoditas udang windu (Penaeus monodon) diamati melalui beberapa lembaga pemasaran yang turut berkontribusi pada penyaluran atau transformasi hasil panen dari produsen ke konsumen akahir. Saluran pemasaran yang diteliti meliputi produsen, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, konsumen lembaga, dan konsumen rumah tangga. Banyaknya lembaga yang berkontribusi pada aktifitas pemasaran akan berpengaruh terhadap penerimaan pendapatan yang diterima oleh masing – masing lembaga tersebut.


(44)

32 4.4.2 Analisis Fungsi-fungsi Pemasaran

Fungsi-fungsi pemasaran dapat dilihat dari masing-masing fungsi yang dilakukan oleh lembaga pemasaran dalam menyalurkan udang windu dari produsen ke konsumen akhir. Fungsi-fungsi pemasaran tersebut dilakukan oleh lembaga pemasaran meliputi fungsi fisik, fungsi pertukaran, dan fungsi fasilitas. Analisis fungsi pemasaran diperlukan karena untuk mengetahui fungsi-fungsi yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran yang terlibat, penghitungan kebutuhan biaya dan fasilitas yang dibutuhkan. Dari analisis fungsi pemasaran dapat dihitung besarnya biaya marjin pemasaran.

4.4.3 Analisis Struktur Pasar

Analisis struktur pasar diperlukan untuk mengetahui apakah struktur pasar yang ada cenderung mendekati pasar persaingan sempurna atau pasar persaingan tidak sempurna dengan melihat komponen-komponen yang mengarahkan pasar ke suatu struktur pasar tertentu. Apabila semakin banyak penjual dan pembeli dan semakin kecilnya jumlah yang diperjualbelikan oleh setiap lembaga pemasaran, maka struktur pasar tersebut masuk dalam pasar persaingan sempurna. Sedangkan adanya kesepakatan antar sesama pelaku pemasaran dapat menimbulkan struktur pasar yang cenderung tidak bersaing sempurna.

4.4.4 Analisis Perilaku Pasar

Perilaku pasar udang windu yang terjadi di Desa Panimbang, Serang. Banten dapat dianalisis dengan mengamati sistem penjualan dan pembelian, sistem penetuan harga dan pembayaran serta kerjasama diantara lembaga tataniaga yang terbentuk.

4.4.5 Marjin Pemasaran

Marjin pemasaran diperlukan untuk melihat efisiensi pemasaran udang windu. Marjin pemasaran dihitun bedasarkan pengurangan harga penjualan dengan harga pembelian pada setiap lembaga pemasaran. Besarnya marjin pemasaran pada dasarnya merupakan penjumlahan dari biaya-biaya pemasaran dan keuntungan yang diperoleh oleh masing-masing lembaga pemasaran.

Secara matematik Limbong dan Sitorus (1985) merumuskan marjin tataniaga sebagai berikut :


(45)

33 M=Ps-Pb...(1)

M=Ci-∏i...(2) Dimana : M = Marjin pemasaran di tingkat ke-i

Ps = Harga jual di tingkat ke-i Pb = Harga beli di tingkat ke-i C = Biaya pemasaran tingkat ke-i

∏ = Keuntungan lembaga pemasaran pasar tingkat ke-i Dengan penjumlahan persamaan (1) dan (2) maka diperoleh :

Ps-Pb=Ci-∏i...(3)

Berdasarkan persamaan tersebut, maka keuntungan lemabaga pemasaran pada tingak ke-i adalah :

∏i=Ps-Pb-Ci...(4) 4.4.6 Analisis Farmer`s Share

Farmer`s share merupakan perbandingan harga yang diterima oleh petani udang winsu dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Farmer`s share memiliki korelasi yang negative dengan marjin pemasaran, artinya semakin tinnggi marjin pemasaran maka bagian harga yang diterima petani udang winsu semakin rendah. Farmer`s share dirumuskan sebagai berikut :

% 100

x Pk Pf

Fs …………..…(5) Dimana : Fs = Farmer`s share (dalam persentase)

Pf = Harga di tingkat petani udang windu (Rp)

Pk = Harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir udang windu (Rp) 4.4.7 Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya

Rasio keuntungan dan biaya (Analisis L/R rasio) adalah persentase keuntungan pemasaran terhadap biayapemasaran secara teknis (operasional) untuk mengetahui tingkat efisiennya. Untuk mengetahui ppenyebaran rasio keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut :

% 100

/ x

Ci Li CRasio

B ...(6) Keterangan :

Li : Keuntungan lembaga pemasaran ke-i Ci : Biaya pemasaran lembaga ke-i


(46)

34 4.5 Definisi Operasional

Untuk menjelaskan pengertian mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

 Lembaga pemasaran adalah lembaga-lembaga yang melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran melalui proses pendistribusian udang windu dari produsen ke konsumen akhir, seperti :

a) Petambak adalah sejumlah petani yang memiliki tambak uadng windu, memproduksi dan melakukan penjualan udang windu

b) Pedagang pengecer adalah pedagang yang menerima produk dari pedagang pengumpul dan pedagang grosir untuk kemudian dijual kepada konsumen akhir.

c) Pedagang pengumpul adalah pedagang yang melakukan pembelian dari petani dan menyalurkan produk kepada pedagang grosir atau langsung menjualnya kepada pedagang pengecer.

d) Majin pemasaran adalah perbedaan harga yang terjadi ditingkat produsen (petambak) dan ditingkat konsumen, baik konsumen rumah tangga maupun konsumen antar (lembaga).

e) Harga jual petani (Rp/Kg) adalah harga rata-rata produk (per kilogram) yang diterima petani.

f) Harga beli ditingkat pedagang (Rp/Kg) adalah harga rata-rata produk per kilogram yang dibeli dari petani atau dari pedagang perantara sebelumnya. g) Harga jual ditingkat pedagang ( Rp/Kg) adalah harga rata-rata produk per

kilogram yang dijual pedagang kepada pedagang lainnya atau kepada konsumen akhir.


(1)

75 Lampiran 2. Kuisioner Pemasaran Udang Windu

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyusun skripsi Analisis Efesiensi Pemasaran Udang Windu (Kasus : di Desa Kesambi Serang, Banten) oleh Ahmad Bangun (H34076012), Mahasiswa Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

*) coret yang tidak perlu

B. Identitas dan Karakteristik Responden ( Pedagang )

1. Nama :

2. Golongan pedagang :

3. Umur :

4. Alamat :

5. Pendidikan :

6. Pekerjaan utama………./sampingan……… Cara Pembelian

1. Dari mana biasanya bapak/ibu membeli udang windu?

Nama Alamat Golongan Pembayaran Keterangan

(sebelum/sesudah) penerimaan barang

2. Apakah bapak selalu membeli dari orang tersebut?(ya/tidak) Jika tidak dari siapa dibeli lagi?

Nama Alamat Golongan Alasan

3. Berapa frekuensi pembelian udang windu yang bapak/ibu beli? ( tiap hari/tiap minggu/lainnya)……….

4. Berapa volume udang windu ………..kg ,/……ton. 5. Bagaimana menentukan kualitas udang windu yang dibeli 6. Kegiatan apa saja yang bapak/ibu lakukan

a. Pembelian f. Penggradingan b. Penjualan g. Bongkar muat c. Pengangkutan h. Penyortiran

d. Pengemasan i. Penanggungan resiko e. Penyimpanan j. Retribusi

7. Apakah anda melakukan kegiatan penyimpanan?


(2)

76 b. Lama penyimpanan………..

c. Cara penyimpanan………. d. Lok\asi penyimpanan……….. 8. Besarnya biaya yang dikeluarkan:

a. Biaya : - pengangkutan……… - Tenaga kerja………. - Pengemasan……….. - Penyimpanan………. - Penyusutan………. - Bongkarmuat……….. - Sortasi……….. - Penimbangan……….. - Retribusi………. - Lain-lain……… 9. Apakah anda melakukan standarisasi/sortasi

Bila tidak dijual apakah anda mengalami kerugian? Siapa yang menanggung? 10. Apakah anda menanggung biaya resiko dari kegiatan pembelian?

*Cara Penjualan

1. Kemana biasanya anda melakukan kegiatan penjualan udang windu? Nama Alamat Golongan Pembayaran Keterangan

(sebelum/sesudah) penerimaan barang

2. Apakah anda selalu menjual ke orang yang sama? Jika tidak , alternative lain:

Nama Alamat Golongan alasan

3. Bagaimana cara penjualannya ? ( kontrak, langganan, langsung, lainnya……,,) 4. Bagaimana cara pembayarannya? ( tunai,kredit,lainnya…………..)

5. Berapa bayak udang windu yang anda jual………… 6. Bagaimana frekuensi penjualan udang windu ini?... 7. Kualitas udang windu yang dijual:

a……… b……… c……….


(3)

77 8. Berapa harga jual pada saat panen besar/panen kecil?

Kualitas Harga pembelian/kg/ton Harga pembelian /kg/ton Panen besar Panen kecil Panen besar Panen kecil

9. Ada berapa banyak pedagang udang windu seperti bapak disini?

10. Apakah hambatan-hambatan yang anda alami dalam memasarkan udang windu ini? 11. Manakah dari pernyataan dibawah ini yang sesuai dengan keadaan anda sekarang?

a. Pembeli sedikit, penjual banyak (ya/tidak) b. Kualitas udang windu kurang bagus(ya/tidak) c. Biaya transportasi tinggi (ya/tidak)

d. Ketersediaan udang winsu kontiniu(ya/tidak)

12. Bagaimana mendapatkan informasi mengenai jumlah, harga , dan mutu udang windu yang akan dijual?

13. Apakah anda mengeluarkan biaya sewa untuk berdagang?(ya/tidak), jika ya besarnya 14. Bagaimana cara anda menetukan harga jual?

a. Berdasarkan biaya yang dikeluarkan ditambah dengan persentase keuntungan b. Berdasarkan harga yang ditetapkan

c. Tergantung pada permintaan d. Lainnya

15. Biaya yang dikeluarkan sewaktu menjual udang windu ?


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, Penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran, arahan dan dorongan kepada saya dalam penyelesaikan skripsi ini.

2. Ayah dan Ibu saya tercinta yang selalu memberikan dukungan dalam segala hal, terutama dalam doa dan nasehatnya.

3. Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku dosen Evaluator pada saat seminar proposal yang telah memberikan masukan, perencanaan, serta perbaikan dalam penelitian.

4. Semua Dosen Ekstensi yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas formulasi, aplikasi, hingga evaluasi baik dalam perkuliahan hingga proses penelitian berlangsung

5. Para petambak udang windu di Desa Panimbang, Serang, Bantenyang telah memberikan pengarahan sewaktu di lapang

6. Amli Ramadhana atas kesediaannya selaku Pembahas dalam Seminar. 7. Farach Hanum yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi

ini.

8. Segenap Karyawan dan Staf Pegawai di Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus yang telah membantu penulis selama ini.

9. Teman seperjuanganku Nita dan Kinza atas kerjasama dalam menyelesaikan skripsi.

10.Semua teman-teman di Wisma Kostim (Julianto, Aulia, Muyan, Iqbal, Adit, Anggi, Jab, Lintar, Rizal, Irfan, Ali Nasution) atas kekompakannya dan kerjasamanya selama ini.

Bogor, Maret 2010 Ahmad Bangun


(5)

RINGKASAN

AHMAD BANGUN. Analisis Efisiensi Pemasaran Udang Windu (Penaeus

monodon) di Desa Panimbang, Serang, Banten. Skripsi. Departemen

Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan POPONG NURHAYATI).

Indonesia merupakan negara agraris, dengan dukungan kondisi alamnya menempatkan sektor perikanan sebagai salah satu sektor yang menunjang perekonomian nasional disamping sektor pertanian lainnya. Sampai saat ini udang windu masih menjadi komoditas perikanan yang memiliki peluang usaha cukup baik karena digemari konsumen lokal (domestik) dan luar negeri. Hasil perikanan yang melimpah akan mengalami kerugian apabila tanpa ada proses pemasaran yang cepat dan tepat. Arus pemasaran udang windu dari produsen ke konsumen melalui berbagai lembaga pemasaran sangat beragam. Banyak dan sedikitnya lembaga pemasran yang dilalui akan sangat berpengaruh terhadap share harga yang diterima produsen maupun yang harus dibayar konsumen. Di bidang pemasaran, khususnya udang windu merupakan salah satu komoditas perikanan yang mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional. Pada tahun 2003, volume ekspor udang tercatat 92,1 ton dengan nilai US$ 11,28 per kg. Pada masa yang datang, jika kualitas udang nasional terus ditingkatkan dan memenuhi standar mutu produk yang dibutuhkan oleh negara-negara konsumen maka akan dapat meningkatkan permintaan akan udang windu diperkirakan akan meningkat.

Penelitian dilaksanakan di Desa Panimbang, Serang, Banten pada aktivitas kelompok petambak udang windu. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

(Purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa Panimbang, Serang, Banten

merupakan salah satu daerah produksi udang windu yang berkembang. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2009. Responden penelitian adalah petambak udang windu yang ada di Desa Panimbang, Serang, Banten sebanyak 20 orang, pedagang pengumpul lima orang dan pedagang pengecer tujuh orang. Penelitian ini menggunakan data kualitatif dan data kuantitatif dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah menganalisis saluran pemasaran udang windu di Desa Panimbang, Serang, Banten, menganalisis lembaga pemasaran dalam menjalankan fungsi-fungsi pemasaran tersebut dan menganalisis struktur dan perilaku pasar pemasaran udang windu di Desa Panimbang, Serang, Banten serta menganalisis saluran pemasaran udang windu yang efisien bagi petambak di Desa Panimbang, Serang, Banten

Jika dilihat dari saluran pemasaran udang windu yang ada di Desa Panimbang, Serang, Banten maka dapat diketahui pada Saluran pemasaran pertama, terdapat margin pemasaran sebesar Rp 15.000 atau sekitar 17,2 persen dari harga jual akhir dari pedagang pengecer. Margin terbesar berada pada pedang pengecer yaitu sebesar Rp 10.000 atau sekitar 11,76 persen dari harga juual akhir. Sementara margin pemasaran yang terkecil terdapat pada pola ini diperoleh dari pedagang pengumpul sebesar Rp 5000 atau 6,67 persen dengan biaya hanya sebesar 200 per kilogram dari 800 kilogram udang windu. Pada dasarnya, para petambak menjual dengan harga udang size 30 Rp 70.000. Diantaranya komponen biaya yang dikeluarkan pedagang pengumpul adalah kebutuhan es yang telah


(6)

dihancurkan sebanya enam balok es berkisar Rp 160.000 sebanyak lima balok es per 800 kilogram udang windu, sementara ditingkat pedagang pengecer membutuhkan empat tenaga kerja masing-masing Rp 25.000 sehingga total biaya yang dikeluarkan pedagang pengecer berkisar Rp 100.000 per 800 kilogram. Kemudian transportasi atau kendaraan bermotor dengan kebutuhan biaya bahan bakar dalam satu kali pemasaran Rp 30.000 per 800 kilogram udang windu. Kebutuhan es balok oleh pedang pengecer sebanyak empat balok Rp 60.000 per 800 kilogram, sewa lapk untuk usaha perhari dikenakan biaya sebesar Rp 10.000 per 800 kilgram dengan biaya retribusi sebesar Rp 1.000. Pada pola saluran dua, margin terbesar diperoleh pedagang pengecer sebesar Rp 15.000 atau 17,64 persen dari harga jual akhir dengan biaya yang jauh lebih besar Rp 2.260 dari biaya yang harus dikeluarkan pedagang pengumpul sebesar 525.

Sehingga marjin yang diperoleh pedagang pengumpul lebih kecil dari perolehan pedagang pengecer dari harga jual akhir. Pada saluran ini, pedagang pengecer cukup memiliki mobilitas tinggi untuk mendistribusikan udang windu kebeberapa konsumen lembaga pemasaran di daerah Panimbang, sehingga menjadi suatu hal yang wajar pula terhadap margin pemasaran yang diperoleh pedagang pengecer khususnya pada pola ini. Pada pola saluran pemasaran ke tiga, mobilitas yang cukup tinggi diperanankan oleh pedagang pengumpul sendiri yang mendistribusikan udang windu kebeberapa lembaga pemasaran khususnya diluar Desa Panimbang, Serang. Banten misalnya hotel laidien, hotel pertama karakatauhotel patra anyer, restauran jasa boga, restauran sari kuning indah, dan restauran riski. Dimana margin yangdiperoleh pedagang pengumpulpada pola saluran ini cukup tinggi dan sesuai dengan tingkat mobilitasnya, yaitu sebesar Rp 5.000 atau 6,67 persen dari harga jual akhir oleh pedagang pengumpul yang langsung kepada konsumen lembaga yang telah melakukan pesanan, berdasarkan perhitungan efisiensi bahwa saluran pemasaran yang efisien adalah pola saluran pemasaran satu, karena pola saluran satu memiliki keuntungan yang tinggi dibandingkan pola saluran lainnya.