Desa Mausambi
5.1.2 Desa Mausambi
5.1.2.1 Letak, Luas, Kondisi Geografis, Demografis, Sosial, dan Ekonomi.
Desa Mausambi merupakan salah satu desa dalam wilayah Kecamatan Maurole, Kabupaten Ende. Terletak sekitar 84 km di sebelah utara ibukota Kabupaten Ende dan 1 km di sebelah barat ibukota Kecamatan Maurole. Batas- batas wilayah Desa Mausambi adalah:
1. Di sebelah utara dengan Laut Flores;
2. Di sebelah timur dengan Desa Maurole;
3. Di sebelah barat dengan Desa Niranusa;
4. Di sebelah selatan dengan Desa Woloau. Secara administratif, wilayah Desa Mausambi terbagi menjadi empat dusun, yaitu Dusun Detuara, Dusun Detuwane, Dusun Mausambi, dan Dusun Niranusa. Luasnya adalah 31,22 km² atau 20,41 luas dari luas wilayah Kecamatan Maurole (152,94 km²). Sebagian merupakan tanah tegalan atau perkebunan dan sebagian lagi digunakan sebagai sawah, tanah pemukiman dan pekarangan (BPS, 2012).
Penduduk Desa Mausambi berjumlah 1.458 orang yang terdiri atas 787 (53,98) laki-laki dan 671 (46,02) perempuan. Sebagian besar mata pencaharian pokok mereka adalah sebagai petani, dan sebagian kecil lainnya menekuni pekerjaan sebagai nelayan, pegawai negeri sipil, pedagang, dan tukang
(Profil Desa, 2012). Aktivitas masayarakat untuk memperoleh manfaat ekonomi dari pariwisata terbatas pada kegiatan yang muncul dengan hadirnya peserta reli kapal wisata sail Indonesia di titik labuh Mausambi sejak tahun 2007 hingga saat ini.
5.1.2.2 Atraksi Wisata di Mausambi
Potensi pariwisata utama di Desa Mausambi adalah pantai dan teluk Mausambi khususnya areal titik labuh di depan perairan pantai Mausambi dan areal perairan yang dibatasi oleh Tanjung Watulaja. Lokasi ini sejak tahun 2007 telah menjadi titik labuh bagi kapal wisata (Disbudpar, 2007). Kehadiran kapal- kapal wisata (yacht) di Maurole menggerakkan pemangku kepentingan memanfaatkan kehadiran itu, baik untuk memenuhi kebutuahn wisatawan maupun untuk mengelola aktivitas yang melibatkan masyarakat setempat.
Sejalan dengan siklus hidup destinasi pariwisata dari, maka dapat dikatakan bahwa tahun 2007 Maurole sudah memasuki tahap exploration dalam siklus hidup destinasi wisata. Menurut Butler (1980), dalam tahap ini destinasi wisata baru ditemukan, baik oleh wisatawan, pelaku pariwisata, maupun pemerintah. Kegiatan Sail Indonesia memicu adanya kunjungan kapal wisata ke Maurole, dan berdasarkan informasi dari sejumlah informan, maka dapat dikemukakan bahwa destinasi ini memasuki tahap exploration, menyusul dilakukannya survei titik labuh di Maurole pada tahun 2006 yang melibatkan pemerintah daerah dan operator Sail Indonesia dari Yayasan Cinta Bahari Antar Nusa.
Potensi lainnya adalah atraksi pembuatan pane (peralatan makan dari tanah liat) di Dusun Detuara, kawasan persawahan, dan jalur trekking melewati kebun Potensi lainnya adalah atraksi pembuatan pane (peralatan makan dari tanah liat) di Dusun Detuara, kawasan persawahan, dan jalur trekking melewati kebun
“Sebanyak dua rombongan wisatawan berkunjung ke Pu’u Pau. Kunjungan itu menjadi berkesan bagi para tamu dan tuan rumah karena bertepatan dengan berlangsungnya upacara pembuatan rumah adat di kampung ini. Karena jaraknya dekat dengan pantai Mausambi, rombongan wisatawan bejalan kaki ke kampung ini” (Wawancara 9 Juni 2012).
Perjalanan menuju desa ini dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat melalui jalur wisata Ende – Detusoko – Wewaria – Ropa – Mausambi. Jalur lain adalah jalur darat dari barat yaitu Marapokot (Nagekeo) – Maukaro – Ropa – Mausambi, sedangkan jalur dari Maumere di bagian timur adalah Maumere – Kotabaru – Maurole – Mausambi. Jalur dari Mausambi ke Detuara dan Kampung adat Pu’u Pau berupa jalan tanah, sebagian berbatu, dan sebagiannya lagi berupa rabat beton dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat serta berjalan kaki (trekking).
Kunjungan ke kampung adat, yang terletak di sekitar lokasi titik labuh kapal wisata, menunjukkan bahwa daerah ini memiliki sumber daya yang potensial untuk dikembangkan sebagai atraksi wisata. Masyarakat atau pelaku usaha dapat memperoleh manfaat ekonomi dan sosial dengan mengatur paket wisata berupa kunjungan ke atraksi wisata yang mudah dijangkau. Fakta ini menngungkapkan Desa Mausambi merupakan salah satu lokasi bagi “wisatawan yang bermasuksud menghabiskan waktu mereka di luar tempat tinggalnya” (Jafari, 2000).
Gambar 5.2 Kunjungan Wisatawan di Dusun Detuara, Desa Mausambi Sumber: Dokumentasi Disbudpar Ende, 2007