Sistem Wisata Layar

7.2.2 Sistem Wisata Layar

  Penelitian ini menemukan bahwa kehadiran kapal-kapal wisata asing di Maurole tidak terlepas dari keberadaan destinasi singgah lainnya di Indonesia. Keputusan yang dibuat sebuah kapal untuk singgah di Maurole misalnya, sangat tergantung pada pengalaman yang didapatnya mulai dari entry port (pintu masuk) di Kupang dan destinasi-destinasi lain sebelum Maurole misalnya Alor, Lembata,

  dan Maumere, dan destinasi-destinasi sesudah Maurole, misalnya Riung, Labuan Bajo, Lovina dan lain-lain. Apalagi penanganan berbagai kegiatan di destinasi singgah telah diatur dalam jadwal acara Sail Indonesia mulai dari pintu masuk sampai pintu keluar. Kenyataan ini memberikan gambaran bahwa wisata layar yang berkembang di Indonesia hingga saat ini mempunyai sistem tersendiri. Oleh karena itu, untuk memahami sistem itu digunakan model sistem pariwisata (whole tourism system) dari Leiper (2004) dan hirarki geografis destinasi (geographic hierarchy of destinations for multi-destination itineraries) dari Lamont (2008: 11).

  Leiper (2004) menyebutkan ada tiga elemen pokok dalam sistem pariwisata yaitu: (1) wisatawan; (2) tiga elemen geografis yakni: traveller – generating region (TGR), transit route (TR), dan tourist – destination region (TDR); dan (3) elemen industri pariwisata. Dalam konteks Sail Indonesia dengan mengacu pada keberadaan berbagai destinasi singgah termasuk destinasi Maurole maka TGR- nya adalah negara-negara asal peserta Sail Indonesia. Tercatat ada 21 negara asal peserta reli di tahun 2007 dengan total 123 kapal (Disbudpar, 2007). TR-nya adalah Darwin – Australia sebagai titik start reli wisata layar internasional. Darwin tidak saja menjadi TR, namun juga menjadi ‘enroute tourism destination atau tujuan wisata antara’ (Pitana dan Diarta, 2009: 59), karena kapal-kapal itu berada di Darwin untuk waktu tertentu dan melakukan berbagai acara terkait seperti farewell barbeque dan rally briefing (http:sailindonesia.net). TDR-nya adalah Indonesia dengan sejumlah destinasi singgah (multi-destinations) dalam rute pelayaran.

  Pemahaman lebih jauh mengenai tourist destination region dalam reli wisata layar ini, seperti sudah diutarakan sebelumnya, akan menggunakan hirarki geografis destinasi. Lamont (2008: 11) melakukan penelitian dengan objek kajian tentang bicycle tourism. Objek kajiannya memang jauh berbeda dengan penelitian ini, namun kerangka pemahaman terhadap destinasi yang dipakainya dianggap sesuai untuk kajian dalam penelitian ini. Lamont menyebutkan hirarki geografis destinasi terdiri dari: destination area, tourist destinasion region, dan node destination. Diuraikannya, destination area memiliki entry dan exit point. Di Indonesia, terdapat 18 entry dan exit port sesuai dengan Perpres No. 79 Tahun 2011. Salah satunya adalah Kupang yang menjadi entry port bagi kapal wisata yang sebelumnya berada di transit route Darwin. Sebagian besar kapal yang singgah di Maurole melalui jalur entry port ini sejak tahun 2007.

  Lebih jauh Lamont memaparkan sebuah destination area dipilih oleh wisatawan karena memiliki karakter yang sesuai dengan aktivitas wisatawan itu. Misalnya, untuk bicycle tourism sebuah destinasi dipilih karena memiliki jalur bersepeda. Demikian juga dengan destinasi bagi kapal-kapal layar; dipilih karena mempunyai jalur pelayaran. Pilihan terhadap Indonesia karena Indonesia memiliki jalur pelayaran, bahkan dikenal sebagai negara dengan arena wisata layar terbesar di dunia.

  Tingkatan berikutnya adalah tourist destinastion regions. Menurut Lamont, secara alamiah sama dengan konsep TDR dari Leiper yaitu merupakan tujuan perjalanan wisata. Biasanya tujuan wisata merupakan daerah dengan keunikan tersendiri yang berbeda dengan daerah lain dalam hal budaya, sejarah alam dan Tingkatan berikutnya adalah tourist destinastion regions. Menurut Lamont, secara alamiah sama dengan konsep TDR dari Leiper yaitu merupakan tujuan perjalanan wisata. Biasanya tujuan wisata merupakan daerah dengan keunikan tersendiri yang berbeda dengan daerah lain dalam hal budaya, sejarah alam dan

  Selanjutnya, tingkatan ketiga oleh Lamont disebut node destinations. Dalam konsepnya, node destinations merupakan tempat yang digunakan oleh wisatawan (bicycle tourist) untuk bermalam, menggunakan fasilitas dan jasa-jasa wisata, beristirahat memulihkan tenaga, atau memperbaiki kendaraan yang digunakan. Dalam penelitian ini, node destinations-nya adalah desa-desa yang dikunjungi oleh wisatawan dalam perjalanan wisata di darat. Tempat-tempat yang dikunjungi itu hanya untuk tujuan kunjungan wisata, bukan sebagai tempat menginap. Wisatawan dalam reli wisata Sail Indonesia menginap di kapal mereka yang berlabuh di titik labuh destinasi singgah. Oleh karena itu, fungsi node destination dalam penelitian ini berbeda dengan fungsi node destinations dalam pemahaman Lamont.

  Gambar 7.1 memperlihatkan hirarki geografis destinasi wisata layar berdasarkan hirarki yang dikembangkan oleh Lamont. Secara ringkas, cakupan geografis yang lebih luas yaitu destination area, disejajarkan dengan destinasi Indonesia (wilayah perairan laut Indonesia). Tourist destination region disejajarkan dengan destinasi singgah (destinasi wisata layar). Dalam pengertian ini, Maurole merupakan salah satu dari berbagai destinasi singgah di Indonesia.

  Node destination disejajarkan dengan desa-desa yang dikunjungi di destinasi singgah (misalnya Desa Otogedu, Desa Wologai tengah, dan Desa Wolotopo).

  Destination Area

  Destinasi Indonesia

  Tourist Destination

  Region

  Destinasi Singgah