Sumber Daya Pariwisata Maurole
4.3. Sumber Daya Pariwisata Maurole
Salah satu potensi di Kecamatan Maurole adalah potensi pariwisata. Hal ini terlihat dari sumber daya pariwisatanya. Pitana dan Diarta (2009: 68) mengemukakan sumber daya pariwisata adalah segala sesuatu yang memiliki potensi untuk dikembangkan dalam mendukung pariwisata, baik secara langsung maupun tidak langsung. Mereka menguraikan lebih lanjut bahwa sumber daya yang terkait dengan pariwisata umumnya berupa sumber daya alam, sumber daya budaya, sumber daya minat khusus, disamping sumber daya manusia. Dalam konteks Maurole sebagai destinasi yang disinggahi oleh kapal-kapal wisata (yacht), maka destinasi ini memiliki sumber daya seperti diuraikan berikut ini.
4.3.1. Sumber Daya Alam
Maurole memiliki sumber daya alam air yang salah satunya mencakup keberadaan pantai seperti dikemukakan oleh Fennel (1999: 68). Menurutnya, air memegang peran sangat penting dalam menentukan jenis dan tingkat partisipasi dari rekreasi outdoor di laut dan lingkungan laut (sea environments). Pitana dan Diarta (2009: 71) menegaskan sumber daya air bisa dikembangkan, misalnya, menjadi jenis wisata pantaibahari seperti sailing, cruises, fishing, snorkelling.
Wisata pantai (bahari) di Maurole yaitu pantai Mausambi, pantai Nanganio, pantai pasir putih Enabara, dan pantai pasir putih di Aewora. Pantai Mausambi dan pantai Nanganio merupakan dua lokasi yang menjadi titik labuh kapal wisata (yacht) yang berkunjung ke Maurole melalui aktivitas Sail Indonesia sejak tahun 2007. Pantai Enabara dan Pantai pasir putih di Aewora adalah dua lokasi yang menjadi tempat rekreasi masyarakat khususnya pada hari libur dan akhir pekan.
Sumber daya alam lain yang berpotensi dikembangkan untuk tujuan kegiatan pariwisata di Maurole adalah vegetasi. Menurut Fennel (1999: 68) vegetasi merujuk pada keseluruhan kehidupan tumbuhan atau tumbuhan yang menutupi suatu area tertentu. Potensi sumber daya vegetasi di maurole mencakup potensi tanaman pangan (padi sawah, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan kedelai) dan perkebunan (kelapa, kopi arabika, cengkeh, kakao, jambu mete, kemiri, kapuk, pinang, dan vanili. Keberadaan komponen sumber daya ini berpotensi dikembangkan untuk kegiatan pariwisata. Aktivitas dalam perjalanan wisata yang dibuat bagi wisatawan yang mengunjungi Maurole juga mencakup kunjungan (atau perhentian) di tempat-tempat dimana bisa diperoleh informasi mengenai tumbuhan yang terdapat di Maurole. Misalnya informasi mengenai kakao, jambu mete, dan kemiri. Aktivitas pemberian informasi mengenai tumbuhan tertentu dengan melihat langsung tumbuhannya menjadi salah satu daya tarik perjalanan wisata di Maurole. Atraksi ini berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai bentuk produk wisata yang unik. Potensi atraksi wisata alam di Kecamatan Maurole yang terkait aktivitas Sail Indonesia akan diuraikan pada bab berikutnya.
4.3.2. Sumber Daya Manusia
Dalam konteks kehadiran kapal-kapal wisata di Maurole melalui adanya kegiatan Sail Indonesia, maka eksistensi sumber daya manusianya dapat dilihat dari keberadaan masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan Sail Indonesia baik di areal titik labuh, maupun di desa-desa yang dikunjungi wisatawan selama kegiatan itu berlangsung. Sejak awal kegiatan Sail Indonesia, masyarakat di Maurole ikut berpartisipasi dalam beragam bentuk aktivitas sesuai dengan acara yang diselenggarakan. Secara umum, masyarakat terlibat dalam pengelolaan titik labuh, pengelolaan desa – desa yang dikunjungi dalam perjalanan wisata, dan pengelolaan atraksi seni budaya.
Kenyataan ini mengungkapkan keberadaan Maurole sebagai sebuah destinasi singgah Sail Indonesia sangat ditentukan oleh sumber daya manusianya. Di samping itu, kehadiran wisatawan di destinasi singgah mendorong pengembangan potensi sumber daya manusia untuk memenuhi kebutuhan wisatawan di destinasi singgah. Hal ini sejalan dengan hal yang disampaikan oleh Pitana dan Diarta (2009: 72) bahwa sumber daya manusia sangat menentukan eksistensi pariwisata.
4.3.3. Sumber Daya Budaya
Dalam kegiatan Sail Indonesia di Maurole, terutama melalui aktivitas perjalanan wisata, wisatawan dapat menyaksikan tradisi dan cara hidup masyarakat, melihat rumah adat dengan gaya arsitekturnya, menyaksikan seni dan musik yang ditampilkan oleh masyarakat, menikmati sajian makanan lokaltradisional, dan membeli kerajinan setempat seperti tenun ikat. Dengan
demikian, Maurole memiliki sejumlah sumber daya budaya yaitu (1) tradisi, misalnya upacara penobatan tetua adat (mosalaki); (2) sejarah dari suatu tempatdaerah, misalnya sejarah kampung asli watukamba. (3) arsitektur, misalnya bentuk rumah adat; (4) makanan lokaltradisional, misalnya kue cucur (filu); (4) seni dan musik, misalnya feko genda (musik suling dan perkusi); (6) cara hidup masyarakat; (7) pakaian lokaltradisional, misalnya lawo lambu (sarung dan baju untuk perempuan); dan (8) kerajinan pane (peralatan makan yang terbuat dari tanah liat). Sumber daya budaya ini merujuk pada ‘sepuluh elemen budaya yang menjadi daya tarik wisatatawan dalam kegiatan pariwisata’ (Ardika, 2003: 50). Berdasarkan data dari penelitian, kedelapan elemen budaya inilah yang antara lain menjadi atraksi wisata budaya di destinasi singgah Maurole, di samping atraksi wisata lainnya.