Akta Kelahiran Akta Kematian

75

1. Akta Kelahiran

Akta kelahiran merupakan bukti legal hubungan keperdataan seorang anak dengan ayah dan ibunya. Dalam akta tersebut dijelaskan tentang siapa, nama orang tua baik ayah maupun ibunya. Jika seorang ibu melahirkan tanpa ayah atau status perkawinannya tidak terdaftar, maka dalam Akta Kelahiran hanya akan dicantumkan nama ibunya, sehingga dalam hal ini si anak hanya memiliki hubungan keperdataan dengan ibunya saja. Tabel 45 : Jumlah dan Persentase Kepemilikan Akta Kelahiran Penduduk Kelompok Umur 0 sd 18 Tahun Per Kecamatan Tahun 2015 1 Pa ha ndut 34.143 16.306 47,76 17.837 52,24 2 Buki t Ba tu 5.301 3.564 67,23 1.737 32,77 3 Je ka n Ra ya 48.381 22.392 46,28 25.989 53,72 4 Sa ba nga u 7.402 4.018 54,28 3.384 45,72 5 Ra kumpi t 1.654 1.582 95,65 72 4,35 96.881 47.862 49,40 49.019 50,60 NO JUMLAH KELOMPOK UMUR 0 18 TAHUN JUMLAH ANAK PUNYA AKTA KELAHIRAN KECAMATAN PERSEN BELUM PUNYA AKTA PERSEN Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri dan Data Server Pelayanan Disdukcapil Kota Palangka Raya, Tahun 2015, diolah Akta kelahiran penting untuk dimiliki oleh seorang anak karena digunakan pada saat mengurus pendidikan atau mengurus dokumen lainnya seperti paspor. Tabel 45 menggambarkan kepemilikan akta kelahiran penduduk Kota Palangka Raya kelompok umur 0 18 tahun terhadap jumlah anak 0 18 tahun yang ada di Kota Palangka Raya, di mana terlihat bahwa jumlah anak di Kota Palangka Raya yang sudah memiliki akta kelahiran adalah sebesar 47.892 jiwa atau 49,40 persen. Sedangkan jumlah anak yang belum memiliki akta kelahirantidak tercatat berjumlah 49.019 jiwa atau 50,60 persen. Bila dilihat berdasarkan wilayah maka persentase kepemilikan akta kelahiran terbesar berada di Kecamatan Rakumpit 95,65 persen, diikuti oleh Kecamatan Bukit Batu 67,23 persen, 76 Kecamatan Sabangau 54,28 persen, Kecamatan Pahandut 47,76 persen, dan yang terendah Kecamatan Jekan Raya 46,28 persen.

2. Akta Kematian

Akta Kematian adalah sebagai pembuktian kematian seseorang. Peristiwa kematian ini penting sekali didaftarkan pada suatu lembaga guna mendapatkan suatu akta, agar kepada orang-orang yang masih hidup mengetahui siapa-siapa sebenarnya anggota keluarga almarhum yang terdekat. Hal ini perlu dilakukan karena sangat berguna untuk mengetahui siapa-siapa yang sebenarnya menjadi ahli waris dari almarhum pewaris demikian pula terhadap janda yang ditinggalkannya. Kedudukan hukum dari si janda isteri dapat lebih positif apabila didukung dengan sebuah bukti yang tertulis dan otentik yang berupa akta yang dikeluarkan oleh sebuah lembaga yang ditunjuk oleh Negara. Serta mempunyai wewenang untuk menyelenggarakan dan menerbitkan akta kematian tersebut, karena akta kematian menerangkan secara tegas nama suami, isteri yang ditinggalkan oleh si mati. Beberapa manfaat akta kematian sebagai berikut: 1. Bagi janda atau duda terutama bagi Pegawai Negeri diperlukan sebagai syarat dalam menikah lagi. 2. Untuk persyaratan pengurusan pembagian waris, baik bagi isteri atau suami maupun anak. 3. Diperlukan untuk mengurus pensiun bagi ahli warisnya. 4. Untuk mengurus uang duka, tunjangan kecelakaan, Taspen, Asuransi dan lain sebagainya. Akta Kematian Umum adalah Akta Kematian yang diperoleh sebelum melampaui batas waktu pelaporannya, yakni 30 tiga puluh hari sejak tanggal kematiannya. Bagi Warga Negara Indonesia yang meninggal dunia di Luar Negeri, wajib dilaporkan ke Dinas 77 Kependudukan dan Pencatatan Sipil selambat-lambatnya 60 enam puluh hari sejak keluarga yang bersangkutan kembali ke Indonesia. Akta kematian dapat dijadikan bukti outentik mengenai peristiwa kematian seseorang. Yang dimaksud kematian dalam kontek pencatatan ini adalah berhentinya fungsi seluruh organ tubuh seseorang yang dinyatakan dengan surat keterangan dokterpara medispejabat lain yang berwenang. Akta kematian digolongkan menjadi 2 dua jenis, yaitu: 1. Akta Kematian Umum Akta Kematian Umum adalah akta kematian yang diperoleh sebelum melampaui batas waktu pelaporan 10 hari untuk WNI dan 3 hari untuk WNAgolongan Eropa. 2. Akta Kematian Terlambat Akta Kematian Terlambat adalah akta kematian yang diperoleh setelah lewat batas waktu pelaporan dengan penetapan Pengadilan Negeri setempat bagi WNI keturunan dan WNA. Tabel 46 : Jumlah dan Persentase Kepemilikan Akta kematian di Kota Palangka Raya dari Tahun 1997 sd 2015 NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK YANG TELAH MENINGGAL PUNYA AKTA KEMATIAN PERSEN BELUM PUNYA AKTA KEMATIAN PERSEN 1 PAHANDUT NA 615 NA NA NA 2 BUKIT BATU NA 211 NA NA NA 3 JEKAN RAYA NA 703 NA NA NA 4 SABANGAU NA 140 NA NA NA 5 RAKUMPIT NA 88 NA NA NA NA 1.757 NA NA NA JUMLAH Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri dan Data Server Pelayanan Disdukcapil Kota Palangka Raya, Tahun 2015, diolah Dari Tabel di atas terlihat bahwa dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2015 jumlah kepemilikan Akta Kematian yang tercatat hanya berjumlah 1.757 dokumen, angka tentu saja mungkin jauh di atas jumlah angka kematian yang terjadi di Kota Palangka Raya, yang sayangnya juga jumlah angka kematian riil di Kota Palangka Raya belum ada 78 datanya, sehingga tidak mungkin untuk bisa menghitung persentase kepemilikan Akta Kematian penduduk di Kota Palangka Raya.

3. Akta Perkawinan