04-PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN 2015 (Ok) (14 Des 2016)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan baik fisik maupun sosial merupakan suatu upaya perubahan ke arah yang lebih baik, untuk melakukan pembangunan diperlukan suatu konsep, perencanaan dan strategi yang tepat dengan memperhatikan berbagai variabel, agar tujuan pembangunan tersebut berhasil. Pembangunan yang berhasil adalah pembangunan yang memperhatikan kependudukan sebagai titik sentral pembangunan itu sendiri. Pembangunan yang tidak memperhatikan pembangunan kependudukan, akan merugikan karena setiap keuntungan ekonomi akan digunakan untuk membiayai kebutuhan penduduk. Pembangunan kependudukan merupakan isu strategis dan bersifat Iintas sektor, sehingga pengintegrasian berbagai aspek kependudukan kedalam perencanaan pembangunan perlu diwujudkan, upaya-upaya mewujudkan keterkaitan perkembangan kependudukan, dengan berbagai kebijakan pembangunan menjadi prioritas penting agar pengelolaan perkembangan kependudukan dapat mewujudkan keseimbangan yang serasi antara kuantitas, kualitas dan mobilitas penduduk.
Data kependudukan memegang peran penting dalam menentukan kebijakan, perencanaan dan evaluasi hasil pembangunan, baik bagi pemerintah maupun swasta dan masyarakat. Oleh karena itu ketersediaan data kependudukan di semua tingkat administrasi pemerintahan (kota, kecamatan, dan kelurahan) menjadi faktor kunci keberhasilan program-program pembangunan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, menegaskan bahwa dalam Perencanaan Pembangunan Daerah harus didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, baik yang menyangkut masalah kependudukan,masalah potensi sumberdaya daerah
(2)
2
maupun informasi tentang kewilayahan Iainnya. Selain itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, mengamanatkan bahwa data penduduk yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) dan tersimpan di dalam database kependudukan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan perumusan kebijakan di bidang pemerintahan dan pembangunan. Pemerintah daerah berkewajiban melakukan pengelolaan data kependudukan yang menggambarkan kondisi daerah dengan menggunakan SIAK yang disajikan sesuai dengan kepentingan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Pasal 17 menyebutkan bahwa perkembangan kependudukan dilakukan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas dan persebaran penduduk dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan guna menunjang pelaksanaan pembangunan nasional yang berkelanjutan. Pada Pasal 49 ditegaskan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data dan informasi mengenai kependudukan dan keluarga. Data dan informasi kependudukan dan keluarga tersebut wajib digunakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sebagai dasar penetapan kebijakan, penyelenggaraan dan pembangunan, penduduk juga memiliki hak dan kewajiban dalam perkembangan kependudukan, penduduk berhak untuk mendapatkan pelayanan administrasi kependudukan, sosial, pendidikan, kesehatan dan sebagainya, di samping itu penduduk juga mempunyai kewajiban untuk memberikan data dan informasi berbagai hal yang menyangkut diri dan keluarganya termasuk mutasi yang terjadi sesuai yang diminta oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk pembangunan kependudukan sepanjang tidak melanggar hak-hak penduduk. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 3 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan di Kota Palangka
(3)
3
Raya. Pemerintah Kota Palangka Raya sudah menyelenggarakan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil dengan menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK). Sistem ini sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 2010, dan sudah menghasilkan database kependudukan untuk Kota Palangka Raya. Database kependudukan ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan gambaran bagaimana kondisi dan karakteristik penduduk Kota Palangka Raya dan dapat menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan data kependudukan bagi Pemerintah Kota Palangka Raya. Selama ini Pemerintah Kota Palangka Raya hanya menggunakan data yang dihasilkan dari Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya maupun pendataan yang dilakukan oleh instansi terkait lainnya. Kelemahan data statistik yang disajikan adalah bahwa data tersebut hanya dikumpulkan dalam jangka waktu tertentu (10 tahunan atau 5 tahunan), sehingga untuk memperoleh data tahunan digunakan data proyeksi atau data perkiraan yang dihitung dari dua atau tiga titik tahun pendataan penduduk.
Berkenaan dengan penyajian data dan informasi perkembangan kependudukan terutama untuk perencanaan pembangunan manusia, baik itu pembangunan ekonomi, sosial, politik, lingkungan, dan lain-lain yang terkait dengan peningkatan kesejahteraan manusia, maka data dan informasi perlu menggunakan data yang valid dan dapat dipercaya baik dari sisi jumlah maupun kualitas data dan dikemas secara baik, sederhana, informatif dan tepat waktu dalam bentuk profil perkembangan kependudukan yang disajikan secara berkelanjutan. Profil perkembangan kependudukan tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi kependudukan di Kota Palangka Raya serta prediksi prospek kependudukan di masa yang akan datang.
B. Tujuan
Menyajikan Profil Perkembangan Kependudukan Kota Palangka Raya Tahun 2015 sebagai acuan dalam penyusunan kebijakan pembangunan berwawasan kependudukan.
(4)
4
C. Ruang Lingkup
Profil Perkembangan Kependudukan Kota Palangka Raya meliputi:
1. Data kuantitatif yang berkaitan dengan kuantitas dan kualitas penduduk. 2. Data kuantitatif yang berkaitan dengan mobilitas penduduk.
3. Data kuantitatif yang berkaitan dengan kepemilikan dokumen kependudukan.
D. Pengertian Umum Kata/Istilah (Glosarium)
Dalam Buku Profil Perkembangan Kependudukan Kota Palangka Raya ini, yang dimaksud dengan:
1. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
2. Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, pertumbuhan, persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, dan kondisi kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi, sosial budaya, agama, serta lingkungan penduduk setempat.
3. Perkembangan Kependudukan adalah kondisi yang berhubungan dengan perubahan keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan dipengaruhi oleh keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan. 4. Data Kependudukan adalah data perseorangan dan/atau data agregat
yang terstruktur sebagai hasil dari kegiatan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
5. Profil Perkembangan Kependudukan adalah gambaran kondisi, perkembangan dan prospek kependudukan.
6. Potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan.
7. Potensi Daerah adalah potensi fisik dan non fisik dari suatu daerah seperti penduduk, sumber daya alam, sumber daya buatan dan sumber daya sosial.
(5)
5
BAB II
GAMBARAN UMUM KOTA PALANGKA RAYA
A. Sejarah Terbentuknya Kota Palangka Raya
Bermula dari sebuah desa yang bernama Pahandut, akhirnya dalam perkembangannya dikenal sebagai Kota Palangka Raya. Sejarah pembentukan Kota Palangka Raya merupakan bagian integral dari pembentukan Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 10 Tahun 1957, Lembaran Negara Nomor 53 berikut penjelasannya (Tambahan Lembaran Negara Nomor 1284) berlaku mulai tanggal 23 Mei 1957, yang selanjutnya disebut Undang-Undang pembentukan Daerah Swatantra Provinsi Kalimantan Tengah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1958, Parlemen Republik Indonesia tanggal 11 Mei 1959 mengesahkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959, yang menetapkan pembagian Provinsi Kalimantan Tengah dalam 5 (lima) Kabupaten dan Palangka Raya sebagai Ibukotanya. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 dan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tanggal 22 Desember 1959 Nomor: Des.52/12/2206, maka ditetapkanlah pemindahan tempat dan kedudukan Pemerintah Daerah Kalimantan dari Banjarmasin ke Palangka Raya terhitung tanggal 20 Desember 1959. Selanjunya, Kecamatan Kahayan Tengah yang berkedudukan di Pahandut secara bertahap mengalami perubahan dengan mendapat tambahan tugas dan fungsinya, antara lain mempersiapkan Kotapraja Palangka Raya. Kahayan Tengah ini di pimpin oleh Asisten Wedana, yang pada waktu itu dijabat oleh J.M. NAHAN. Peningkatan secara bertahap Kecamatan Kahayan Tengah tersebut, lebih nyata lagi setelah dilantiknya Bapak TJILIK RIWUT sebagai Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah pada tanggal 23 Desember 1959 oleh Menteri Dalam Negeri, dan Kecamatan Kahayan Tengah di Pahandut dipindahkan ke Bukit Rawi.
(6)
6
Pada tanggal 11 Mei 1960 dibentuk pula Kecamatan Palangka
khusus persiapan Kotapraja Palangka Raya, yang dipimpin oleh J.M. NAHAN. Selanjutnya sejak tanggal 20 Juni 1962 Kecamatan Palangka khusus persiapan Kotapraja Palangka Raya dipimpin oleh W. COENDRAT dengan sebutan Kepala Pemerintahan Kotapraja Administratif Palangka Raya. Perubahan, peningkatan dan pembentukan yang dilaksanakan untuk kelengkapan Kotapraja Administratif Palangka Raya dengan membentuk 3 (tiga) kecamatan, yaitu:
1. Kecamatan Palangka di Pahandut. 2. Kecamatan Bukit Batu di Tangkiling.
3. Kecamatan Petuk Katimpun di Marang Ngandurung Langit.
Kemudian pada awal tahun 1964, Kecamatan Palangka di Pahandut dipecah menjadi 2 (dua) kecamatan, yaitu:
1. Kecamatan Pahandut di Pahandut. 2. Kecamatan Palangka di Palangka Raya.
Sehingga Kotapraja Administratif Palangka Raya telah mempunyai 4 (empat) Kecamatan dan 17 (tujuh belas) kampung, yang berarti ketentuan-ketentuan dan persyaratan-persyaratan untuk menjadi 1 (satu) Kotapraja yang otonom sudah dapat dipenuhi serta dengan disahkanya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1965, Lembaran Negara Nomor 48 Tahun 1965 tanggal 12 Juni 1965 yang menetapkan Kotapraja Administratif Palangka Raya, maka terbentuklah Kotapraja Palangka Raya yang otonom. Peresmian Kotapraja Palangka Raya menjadi Kotapraja yang otonom dihadiri oleh Ketua Komisi B DPRGR, Bapak L.S. HANDOKO WIDJOYO, Deputy antar daerah Kalimantan Brigadir Jendral TNI M. PANGGABEAN para angota DPRGR, pejabat-pejabat Departemen Dalam Negeri, Deyahdak II Kalimantan utusan-utusan Pemerintah Daerah Kalimantan Selatan dan beberapa pejabat tinggi Kalimantan lainnya.
Upacara peresmian berlangsung di Lapangan Bukit Ngalangkang Halaman Balaikota dan sebagai catatan sejarah yang tidak dapat dilupakan sebelum upacara peresmian dilangsungkan pada pukul 08.00 pagi,
(7)
7
diadakan demonstrasi Penerjunan Payung dengan membawa Lambang Kotapraja Palangka Raya. Demonstrasi penerjunan Payung ini, dipelopori Wing Pendidikan II Pangkalan Udara Republik Indonesia Margahayu Bandung yang berjumlah 14 (empat belas ) orang, dibawah pimpinan Ketua Tim Letnan Udara II M. DAHLAN, mantan paratrop AURI yang terjun di Kalimantan pada tanggal 17 Oktober 1947. Demonstrasi penerjunan payung dilakukan dengan menggunakan pesawat T-568 Garuda Oil, dibawah pimpinan Kapten Pilot ARIFIN, Copilot RUSLI, dengan 4 (empat) awak pesawat, yang diikuti oleh seorang undangan khusus Kapten Udara F.M. SOEJOTO (juga mantan paratrop 17 Oktober 1947) yang diikuti oleh 10 orang sukarelawan dari Brigade Bantuan Tempur Jakarta. Selanjutnya Lambang Kotapraja Palangka Raya dibawa parade jalan kaki oleh para penerjun payung kelapangan upacara.
Pada hari itu, dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah Bapak TJILIK RIWUT ditunjuk selaku penguasa Kotapraja Palangka Raya. Dan oleh Menteri Dalam Negeri diserahkan Lambang Kotapraja.
Pada upacara peresmian Kotapraja Otonom Palangka Raya tanggal 17 Juni 1965 itu, penguasa Kotapraja Palangka Raya, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah, menyerahkan Anak Kunci Emas (seberat 170 gram) melalui Menteri Dalam Negeri kepada Presiden Republik Indonesia, kemudian dilanjutkan dengan pembukaan selubung papan nama Kantor Walikota Kepala Daerah Kotapraja Palangka Raya.
B. Letak Geografis
Kota Palangka Raya yang dikenal dengan sebutan “Kota Pasir” terletak di antara 113°30’ - 114°07’ Bujur Timur dan 1°35’ - 2°24’ Lintang Selatan, dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Gunung Mas.
Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Pulang Pisau. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Pulang Pisau.
(8)
8
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Katingan.
Dengan luas wilayah sebesar 2.678,51 km2, secara administratif Kota Palangka Raya terbagi atas 5 (Lima) kecamatan dan 30 kelurahan. Kelima Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Pahandut dengan luas 117,25 km2, Kecamatan Bukit Batu dengan luas 572,00 km2,, Kecamatan Jekan Raya dengan luas 352,62 km2, Kecamatan Sabangau dengan luas 583,50 km2, dan Kecamatan Rakumpit dengan luas 1.053,14 km2,.
Rakumpit merupakan Kecamatan terbesar dengan luas wilayah 1.053,14 km2 atau 39,32 persen dari luas Kota Palangka Raya, sedangkan Kecamatan Pahandut merupakan Kecamatan dengan luas wilayah terkecil yaitu 117,25 km2 atau 4,38 persen dari luas Kota Palangka Raya, dengan topografi terdiri dari tanah datar dan berbukit dengan kemiringan kurang dari 40 %.
(9)
9
C. Kondisi Demografis
Jumlah penduduk Kota Palangka Raya pada tahun 2015 adalah 253.712 jiwa, terdiri dari 129.387 (49,70 %) laki-laki dan 124.325 (49,30 %) perempuan. Rasio jenis kelamin Kota Palangka Raya 106,9, ini menunjukkan bahwa penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan penduduk perempuan. Jika dikaitkan dengan kelompok umur nampak bahwa proporsi penduduk perempuan yang lebih besar berada pada kelompok-kelompok umur muda.
Penduduk terbesar di Kecamatan Jekan Raya yaitu 141.353 jiwa dan terkecil di Kecamatan Rakumpit 2.531 jiwa. Kepadatan penduduk tidak begitu tinggi hanya 95 jiwa/km2, namun jika laju pertambahan penduduk tidak dikendalikan, maka sebagaimana yang terjadi di kota-kota besar lainnya di Indonesia khususnya di Pulau Jawa, Kota Palangka Raya tentu akan tumbuh dan berkembang menjadi semakin padat.
Angka ketergantungan penduduknya sebesar 46,64 persen. Jumlah penduduk tahun 2015 sebesar 253.712 jiwa jika dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2010 sebesar 220.962 jiwa maka mengalami pertambahan sebesar 32.750 jiwa dalam 5 (lima) tahun, dengan angka laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,76 persen. Angka ini jauh di atas laju pertumbuhan penduduk nasional yang sebesar 1,4 persen dan laju pertumbuhan penduduk Provinsi Kalimantan Tengah yang sebesar 2,26 persen. Laju pertumbuhan penduduk secara umum dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan perpindahan (migrasi).
D. Gambaran Perekonomian Kota Palangka Raya
1. Struktur Ekonomi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) digunakan untuk menggambarkan struktur dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah/wilayah pada periode waktu tertentu, juga dapat dijadikan
(10)
10
sebagai barometer penting dalam mengukur hasil-hasil pembangunan yang telah dilakukan. PDRB merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang dimiliki residen atau nonresiden.
Penyusunan PDRB dapat dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu pendekatan produksi, pengeluaran, dan pendapatan yang disajikan atas dasar harga berlaku dan harga konstan (riil).
a) Atas Dasar Harga Berlaku
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku atau PDRB nominal disusun berdasarkan harga yang berlaku pada periode penghitungan, dan bertujuan untuk melihat struktur perekonomian.
b) Atas Dasar Harga Konstan
PDRB Atas Dasar Harga Konstan banyak digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, karena data ini mencerminkan pertumbuhan produksi barang dan jasa secara riil dari tahun ke tahun. Mulai tahun 2015 PDRB mengalami perubahan tahun dasar dari tahun dasar 2000 menjadi tahun dasar 2010, Perubahan tahun dasar PDRB dilakukan seiring dengan mengadopsi rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang tertuang dalam 2008 System of National Accounts (SNA 2008) melalui penyusunan kerangka Supply and Use Tables (SUT).
Secara ringkas PDRB Kota Palangka Raya adalah sebagai berikut: PDRB atas dasar harga berlaku (adhb) Kota Palangka Raya pada tahun 2015 sebesar Rp 11.289 Miliar. Ini merupakan total nilai tambah bruto (NTB) yang dibentuk oleh seluruh lapangan usaha ekonomi di Kota Palangka Raya.
Lapangan Usaha dengan NTB terbesar akan menjadi kekuatan dan tulang punggung perekonomian suatu daerah. Untuk mengetahui
(11)
11
dimana kekuatan ekonomi Kota Palangka Raya, maka kita bisa melihat dari besarnya nilai rasio PDRB suatu kategori terhadap PDRB Kota Palangka Raya. Apabila kita lihat distribusi persentase peranannya maka dapat diketahui bahwa lapangan usaha sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib memberikan sumbangan terbesar dalam pembentukan PDRB Kota Palangka Raya yaitu sebesar 22,79 persen. Kemudian secara beturut-turut disusul oleh kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 17,12 persen, Sektor Konstruksi sebesar 11,14 persen. Tabel 1. PDRB Kota Palangka Raya Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
(12)
12
Gambar 2. Distribusi PDRB Kota Palangka Raya Menurut Lapangan Usaha Tahun 2015 (Persen)
Struktur perekonomian Palangka Raya Tahun 2011 – 2015 masih relatif sama, hal ini bisa kita amati pada Gambar 2 di bawah berikut, nampak dominasi kategori-kategori tertentu dari tahun ke tahun masih relatif sama. Adapun kategori yang mendominasi perekonomian adalah Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib yang digolongkan dalam Kategori O. Peranan kategori tersebut terhadap Kegiatan ekonomi di palangka Raya paling dominan mengingat Palangka Raya adalah kota yang sedang berkembang dan sebagai pusat pemerintahan Provinsi Kalimantan Tengah. Hal ini yang menjadi salah satu alasan mengapa peranan kategori tersebut menjadi yang paling dominan. Sementara itu kategori lainnya yang berperan besar terhadap kegiatan ekonomi di Palangka Raya adalah Kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Resparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor (G). Pada tahun 2015 Kategori Industri Pengolahan (C), bergeser dari posos 3 ke posisi 4. Posisi ke-3 adalah Kategori Konstruksi (F). Sementara itu peranan kategori lainnya masih relatif kecil yakni di bawah 10 persen.
(13)
13
Gambar 3. Struktur Ekonomi Kota Palangka Raya Menurut lapangan Usaha (Persen), 2011-2015
Sumber: PDRB Kota Palangka Raya Menurut Lapangan Usaha 2011-2015, BPS Kota Palangka Raya
2. Laju Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian Palangka Raya pada tahun 2015 memiliki laju yang menguat bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, meski demikian ada satu kategori dalam PDRB Kota Palangka Raya tahun 2015 yang lajunya negatif tipis, yaitu Kategori Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang atau kategori E, yang mencatat pertumbuhan negatif sebesar 0,13 persen. Laju pertumbuhan PDRB Palangka Raya tahun 2014 sebesari 6,97 persen, pada tahun 2015 meningkat menjadi sebesar 7,18 persen. Kategori yang berperan paling dominan terhadap laju tersebut adalah Kategori O dengan share terhadap laju sebesar 1,53 persen, Kategori G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 1,31 persen. Kategori C (Industri Pengolahan) menyumbang sebesar 0,78 persen terhadap pertumbuhan ekonomi di Palangka Raya. Konstruksi berperan sebesar 0,76 sisanya sebesar 2,80 persen digerakkan oleh kategori lainnya.
(14)
14
Tabel 2. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Palangka Raya Menurut Lapangan Usaha (persen), Tahun 2013-2015
Kategori yang mengalami pertumbuhan di atas sepuluh persen pada tahun 2015 ada tiga kategori yaitu kategori Pengadaan Listrik dan Gas dengan laju sebesar 22,33 persen, Kategori Konstruksi sebesar 12,48 persen, dan kategori Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 11,94 persen. Pertumbuhan ekonomi lebih dari lima persen kurang dari sepuluh persen terjadi pada tujuh kategori yaitu, Jasa Perusahaan (9,46%), Jasa Pendidikan (9,23%), Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (8,41%), Kategori Pertambangan dan Penggalian (8,27%), Kategori Real Estate (8,04%), Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (7,71,%) dan Kategori Jasa Lainnya (7,58%). Terdapat lima kategori yang mengalami pertumbuhan ekonomi positif dibawah lima persen yaitu, Transportasi dan Pergudangan (4,98%), Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
(15)
15
Motor (4,83%), Informasi dan Komunikasi (3,61%), Industri Pengolahan (1,66%) dan, Kategori Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 1,34 persen.
Gambar 4. Grafik Laju Pertubuhan Ekonomi Kota Palangka Raya Menurut Lapangan Usaha (Persen), 2011-2015
Sumber: PDRB Kota Palangka Raya Menurut Lapangan Usaha 2011-2015, BPS Kota Palangka Raya
3. Tingkat Inflasi
Hampir semua komoditas pokok mengalami pergerakan harga selama tahun 2015. Kenaikan harga tertinggi terjadi pada ikan asin gabus sebesar 20,60 persen kemudian beras lokal sebesar 13,00 persen, urutan ke tiga adalah komoditas garam cap kapal sekitar 9,21 persen. Sementara itu, komoditas dengan kenaikan harga paling rendah adalah minyak goreng dengan kenaikan harga sebesar 0,34 persen .
Kenaikan harga-harga secara umum disebut dengan inflasi, sedangkan penurunannya disebut deflasi. Pada tahun 2015 laju inflasi Kota Palangka Raya lebih rendah dari laju inflasi tahun 2014, yaitu sebesar 4,20 persen, tahun sebelumnya inflasi sebesar 6,63 persen, artinya kenaikan harga barang dan jasa rata-rata lebih tinggi 4,20 persen dibandingkan tahun 2014. Laju tersebut termasuk dalam kategori inflasi ringan.
Laju inflasi bulanan menunjukkan kenaikan harga bulan tertentu dibandingkan bulan sebelumnya. Laju inflasi di Kota Palangka Raya mempunyai pola musiman. Hal itu terlihat dari laju inflasi cenderung naik
(16)
16
di bulan November sampai Januari dimana terdapat hari raya Natal dan libur tahun baru. Setelah itu, laju inflasi memiliki tren menurun dan naik lagi menjelang Ramadhan dan hari raya Idul Fitri, yaitu di bulan Mei sampai Juli.
Gambar 5. Tingkat Inflasi Bulanan Kota Palangka Raya Tahun 2015
Sumber: Statistik Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2016
Laju inflasi rata-rata di Kota Palangka Raya pada tahun 2015 adalah sebesar 4,20 persen, di atas laju inflasi nasional yang sebesar 3,35 persen.
E. Potensi Daerah Kota Palangka Raya
1. Sumber Daya Alam (SDA)
Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, baik berupa komponen biotik (hewan dan tumbuhan) maupun abiotik (minyak bumi, gas alam, logam, air dan tanah).
Potensi sumber daya alam (SDA) berupa mineral yang terdapat di Kota Palangka Raya diantaranya adalah Pasir Kuarsa, Kaolin, Emas dan Batu Bara. Pasir kuarsa dan kaolin banyak tersebar di Kecamatan Rakumpit, sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini.
(17)
17
Tabel 3 : Potensi Pasir Kuarsa dan Kaolin di Kecamatan Rakumpit, Kota Palangka Raya 2015
Kelurahan
Batu Pasir Kuarsa Kaolin
Cadangan Tereka ( M³ )
Cadangan Hipotik Cadangan Tereka (M³)
Cadangan Hipotik
M³ Ton M³ Ton
Mungku Baru 82.826.000 49.695.600 131.693.340 73.058.500 43.835.100 114.847.962 Bukit Sua 88.860.500 53.316.300 141.288.195 33.794.500 20.276.700 53.124.954 Petuk Barunai 40.644.500 24.386.700 64.624.755 16.421.500 9.852.900 25.814.598
Panjehang 17.292.000 10.375.200 27.494.280 - - -
Gaung Baru 17.402.000 10.441.200 27.669.180 - - -
Pager 110.564.000 66.338.400 175.796.760 108.962.000 65.337.200 171.288.264 Petuk Bukit 525 151.227.000 400.751.550 5.235.500 3.141.300 8.230.206 Jumlah 882.045.000 365.780 969.318.550 237.472.000 142.443.200 373.305.984
Sumber: Profil Perekonomian Kota Palangka Raya Tahun 2014
Endapan batubara yang terdapat di Kecamatan Rakumpit tersebar di Kelurahan Mungkubaru, Kelurahan Gaung Baru dan Kelurahan Sei Raung. Di Kelurahan Mungkubaru terdapat 2 (dua) lapisan batubara dengan ketebalan 0,5 m dan sekitar 1,5 m, sedangkan di Kelurahan Gaung Baru dan Sei Raung tebal batubara yang teramati di pinggir sungai Rungan sekitar 0,5 m, dan singkapan lainnya tidak diketahui ketebalannya karena terdapat di dasar anak cabang sungai dengan kemiringan lapisan yang relatif datar hingga sekitar 40 miring ke arah Timur. Jenis batubara tersebut berwarna hitam hingga kecoklatan, dan setempat masih terlihat adanya struktur sisa tanaman berupa ranting atau kayu, dengan cadangan tereka 137 juta ton.
(18)
18
Gambar 6. Peta Sebaran Batu Bara di Kecamatan Rakumpit Kota Palangka Raya
Sumber: Selayang Pandang Kota Palangka Raya Tahun 2013
2. Sumber Daya Buatan
Sumber daya buatan (SDB) adalah hasil pengembangan dari SDA untuk meningkatkan kualitas, kuantitas dan/atau kemampuan daya dukungnya. Contohnya seperti hutan buatan, kawasan budidaya, kawasan perkotaan, waduk, dll.
Salah satu upaya untuk mengembalikan dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup perkotaan yang nyaman, segar, bersih, sehat, dan indah sekaligus mampu memperbaiki keseimbangan ekosistem kota ditetapkan suatu kawasan seluas ±1.635 ha yang terletak di belakang pusat pemerintahan Kota Palangka Raya telah ditetapkan oleh Walikota melalui Keputusan Walikota Palangka Raya Nomor 98 Tahun 2010 tanggal 17 April 2010 sebagai Kawasan Hutan Taman Kota “Himba Kahui” yang terbesar di dunia. Manfaat hutan kota diantaranya adalah
(19)
19
sebagai berikut: identitas kota, nilai estetika, penyerap karbondioksida (CO2), pelestarian air tanah, habitat hidupan liar, produksi terbatas atau manfaat ekonomi. Sesuai dengan fungsinya, Hutan Kota “Himba Kahui” dapat dimanfaatkan untuk penelitian dan pengembangan (kegiatan penelitian meliputi penelitian dasar dan penelitian untuk menunjang pengelolaan kawasan tersebut) ilmu pengetahuan, pendidikan, kegiatan penunjang budidaya, pariwisata alam dan rekreasi, dan pelestarian budaya.
Selain rencana kawasan Himba Kahui tersebut, di Palangka Raya juga sudah terdapat kawasan hutan lindung lainnya yaitu di Taman Alam Bukit Tangkiling, kawasan hutan penelitian Nyaru Menteng, serta kawasan hutan tempat rehabilitasi Orang Utan Sungai Kaja.
Salah satu potensi yang belum dikembangkan secara maksimal adalah potensi budidaya karet. Tanaman karet merupakan salah satu jenis tanaman asli daerah Provinsi Kalimantan Tengah. Masyarakat dayak sudah sejak turun temurun terbiasa menanam pohon karet sebagai salah satu mata pencahariannya. Jadi secara geografis maupun budaya, tanaman karet ini seharusnya sangat cocok dikembangkan di Kota Palangka Raya. Namun, permasalahannya adalah akibat harga tanaman karet yang cenderung sangat fluktuatif, ditambah lagi dengan risiko bahaya kebakaran hutan pada setiap musim kemarau, serta masih minimnya pengetahuan petani untuk menjaga kualitas produknya pasca panen sehingga harga karet ditingkat petani cenderung menjadi sangat rendah, membuat sebagian besar petani di Kota Palangka Raya enggan membudidayakan tanaman karet tersebut.
Menurut salah satu pabrik karet yang sudah beroperasi cukup lama di Kota Palangka Raya, yaitu PT. Borneo Makmur Lestari yang memproduksi SIR 20/Crumb Rubber kurang lebih 600-800 ton per bulan (kapasitas produksi rencana 1.500—2.000 ton per bulan), sebenarnya mereka sering kekurangan pasokan bahan baku karet mentah, sehingga
(20)
20
terpaksa harus membeli dari luar daerah yaitu dari Provinsi Kalimantan Selatan.
Potensi perikanan di perairan umum Kota Palangka Raya sangat banyak sekali jenisnya seperti Betok, Biawan, Belida, Baung, Sepat. Budidaya ikan dalam karamba dilakukan di sungai, danau, dan kolam dimana perkembangannya cukup menggembirakan. Budidaya keramba merupakan usaha perikanan/nelayan yang cocok untuk dikembangkan dan secara alami mudah disesuaikan dengan perairan dan musim. Beberapa pendukung usaha perikanan yang dapat dimanfaatkan antara lain sungai dan danau sebagai tempat budidaya pembesaran, Balai Benih Ikan (BBI), Pasar Benih Ikan (PBI).
Di Kota Palangka Raya terdapat lebih kurang 104 buah danau, dengan total luas sekitar 636,10 Ha. Danau–danau ini tersebar di berbagai wilayah Kota Palangka Raya. Pada Kecamatan Bukit Batu terdapat 45 buah danau (281,5 Ha), Kecamatan Rakumpit 42 buah (167,6 Ha), Kecamatan Sabangau 10 buah (62 Ha), Kecamatan Pahandut 4 buah (90 Ha), dan Kecamatan Jekan Raya 3 buah (35 Ha). Masing-masing danau ini memiliki keunikan dan karakteristik sendiri. Namun secara umum, danau-danau yang ada di Kota Palangka Raya merupakan danau oxbow, dimana secara hidrologis sumber airnya atau suplai airnya berasal dari limpasan sungai utama (Sungai Kahayan dan Sungai Rungan).
Kondisi perairan pada danau-danau tersebut, secara umum relatif masih baik (hasil pengujian pada beberapa parameter fisik dan kimia. Adapun jenis ikan yang umumnya terdapat/hidup dalam danau-danau tersebut adalah seperti Baung, Kapar, Gabus, Karandang, Tahuman, Peang, Papuyu, Biawan, Lais, dll. Oleh karenanya, danau—danau tersebut cukup berpotensi untuk dikembangkan sebagai lokasi pengembangan perikanan air tawar dengan jenis-jenis ikan lokal.
(21)
21
3. Potensi Wisata
Salah satu visi Kota Palangka Raya adalah ingin mewujudkan Kota Palangka Raya sebagai salah satu kota tujuan wisata di Indonesia. Untuk itu Pemerintah Kota Palangka Raya saat ini terus berupaya untuk mengembangkan sektor pariwisata di Kota Palangka Raya dengan melakukan berbagai perbaikan dan pembenahan baik terhadap infrastrukturnya, tata pengelolaannya, dan ragam/jenisnya.
Kota Palangka Raya memiliki cukup banyak daerah tujuan wisata yang cukup menarik, diantaranya adalah Taman Alam Bukit Tangkiling, Danau dan Hutan Penelitian Nyaru Menteng, kawasan rehabilitasi Orang Utan Nyaru Menteng dan Pulau Kaja, Taman Nasional Sabangau, Batu
Banama, Taman Fantasi “Pantai Gaul”, Kum-Kum, Monumen Tugu
Soekarno, Sandung Ngabe Sukah, Museum Balanga, dll.
Gambar 7. Beberapa pertunjukan yang ditampilkan dalam FBIM di Kota Palangka Raya
Selain itu guna menarik lebih banyak wisatawan, pemerintah Kota Palangka Raya setiap tahun bertepatan perayaan Hari Jadi Kota Palangka Raya, menyelenggarakan Festival Budaya Isen Mulang (FBIM). Festival seni dan budaya tahunan ini dilaksanakan sebagai wujud apresiasi pemerintah dan masyarakat Kota Palangka raya atas peninggalan adat istiadat leluhur. Dalam festival ini ditampilkan berbagai perlombaan tradisional seperti tari tradisional, Karungut, Malamang, Mangenta, masakan tradisional, melukis ornamen Dayak, seni bela diri Lawang, dll.
(22)
22
4. Sosial Budaya
Pengertian sosial budaya bila dilihat dari segi istilahnya, dapat diartikan sebagai segala hal yang yang dibuat oleh manusia berdasarkan pikiran dan akal budinya dalam kehidupan bermasyarakat. Terciptanya sosial budaya dalam masyarakat merupakan hasil dari interaksi antara manusia dengan alam sekitarnya. Dari interaksi tersebut, terciptalah kebiasaan/tata nilai (umumnya diturunkan secara dinamis dari leluhur) yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan lingkungan sekitarnya. Kondisi sosial budaya ini akan terus berkembang secara dinamis seiring dengan perubahan kondisi sosial dan kondisi alam/lingkungan sekitarnya.
Penduduk Kota Palangka Raya terdiri dari beragam etnis, budaya dan agama, dengan filosofi “Huma Betang” (Rumah Besar), yang secara ringkas dapat diartikan sebagai kebersamaan dalam perbedaan (Togetherness in Diversity), warga masyarakat Kota Palangka Raya dapat selalu menjaga keharmonisan dengan cara saling menghormati dan sikap toleransi. Dengan berbekal falsafah budaya betang ini, Kota Palangka Raya siap membangun dirinya menjadi sebuah komunitas (Rumah Besar/Huma Betang) yang maju/modern tanpa mesti harus kehilangan identitasnya.
(23)
23
BAB III
KUANTITAS PENDUDUK
A. Jumlah dan Persebaran Penduduk
1. Jumlah Penduduk
Kota Palangka Raya dengan luas wilayah 2.678,51 km2 didiami penduduk sebanyak 253.712 jiwa, terdiri dari 129.387 jiwa laki-laki dan 124.325 jiwa perempuan, Penduduk ini tersebar di 5 (lima) kecamatan yaitu Kecamatan Pahandut, Kecamatan Bukit Batu, Kecamatan Jekan Raya, Kecamatan Sabangau, dan Kecamatan Rakumpit. Dari Tabel 4 terlihat bahwa jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Jekan Raya yaitu 141.353 jiwa (55.71 %), sedangkan Kecamatan Rakumpit memiliki jumlah penduduk terkecil yaitu 2.531 Jiwa (1.00 %).
Tabel 4 : Jumlah Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kota Palangka Raya Tahun 2015
Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, diolah
Jika diperhatikan menurut jenis kelamin nampak bahwa penduduk laki-laki Iebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan, gambaran ini terlihat diseluruh kecamatan yang ada.
2. Kepadatan Penduduk
Kota Palangka Raya tergolong kota yang belum termasuk padat, dengan pola persebaran (distribusi) penduduknya tidak merata. Tabel 5 memperlihatkan kepadatan penduduk di Kota Palangka Raya, dengan luas 2.678,51 km2, Kota Palangka Raya didiami oleh 253.712 jiwa atau
N (jiwa) % n (jiwa) % n (jiwa) %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pahandut 41.332 31,94 40.156 32,30 81.488 32,12 Bukit Batu 5.933 4,59 5.644 4,54 11.577 4,56 Jekan Raya 72.244 55,84 69.109 55,59 141.353 55,71 Sabangau 8.579 6,63 8.184 6,58 16.763 6,61 Rakumpit 1.299 1,00 1.232 0,99 2.531 1,00
Total 129.387 100,00 124.325 100,00 253.712 100,00
(24)
24
dengan kepadatan sebesar 95 jiwa/km2, dengan kata lain rata-rata setiap kilometer persegi Kota Palangka Raya didiami sebanyak 95 jiwa.
Tabel 5 : Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk di Kota Palangka Raya Tahun 2015
Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, diolah
Jika dilihat perbesaran di setiap kecamatan nampak bahwa Kecamatan Pahandut merupakan wilayah terpadat, dengan kepadatan sebesar 692 jiwa/km2, diikuti oleh Kecamatan Jekan Raya sebesar 401 jiwa/km2, Kecamatan Sabangau sebesar 29 jiwa/km2, Kecamatan Bukit Batu 20 jiwa/km2 sedangkan wilayah dengan kepadatan terendah di Kecamatan Rakumpit yaitu hanya sebesar 2 jiwa/km2. Terlihat bahwa sebagian besar penduduk Kota Palangka Raya terkonsentrasi di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Pahandut dan Kecamatan Jekan Raya. Terkonsentrasinya penduduk pada dua kecamatan tersebut selain karena faktor sejarah juga mengikuti pola perkembangan kota, dimana pusat-pusat pemerintahan dan perekonomian dibangun pada dua kecamatan tersebut. Persebaran dan kepadatan penduduk per wilayah di Kota Palangka Raya perlu mulai diperhatikan, terutama dalam perencanaan penyebaran penduduk baik itu secara geografis maupun administrasi pemerintahan, agar persebaran penduduk dapat serasi, selaras dan seimbang dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
3. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk merupakan angka yang menggambarkan penambahan penduduk yang dipengaruhi oleh pertumbuhan alamiah
KECAMATAN
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Luas Wilayah (Km2)
Kepadatan Penduduk
(Jiwa/Km2)
(1) (2) (3) (4)
Pahandut 81,156 117.25 692
Bukit Batu 11,577 572 20
Jekan Raya 141,353 352.62 401
Sabangau 16,763 583.5 29
Rakumpit 2,531 1,053.14 2
(25)
25
(kelahiran dan kematian) maupun perpindahan (migrasi) penduduk. Angka pertumbuhan penduduk dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah dan struktur penduduk beberapa tahun ke depan. Angka pertambahan penduduk Kota Palangka Raya dapat dilihat pada Tabel 6, data penduduk tahun 2010 yang digunakan adalah data Bulan Januari s/d Desember 2010 (hasil Sensus Penduduk Tahun 2010) sedangkan data penduduk tahun 2015 menggunakan data bulan Januari s/d Desember 2015 (sumber data SIAK server Kepmendagri yang sudah dibersihkan). Pertumbuhan pénduduk yang dihitung merupakan pertambahan penduduk dalam kurun waktu 5 (lima) tahun.
Tabel 6 : Angka Pertambahan Penduduk di Kota Palangka Raya Tahun 2015
N (jiwa) % N (jiwa) % N (jiwa) %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pahandut 77.211 35,10 81.488 32,12 4.277 1,08 Bukit Batu 11.932 5,07 11.577 4,56 -355 -0,60 Jekan Raya 114.559 51,85 141.353 55,71 26.794 4,20 Sabangau 14.306 6,70 16.763 6,61 2.457 3,17 Rakumpit 2.954 1,28 2.531 1,00 -423 -3,09
TOTAL 220.962 100,00 253.712 100,00 32.750 2,76
Pddk Tahun 2015 Angka
Kecamatan Pddk Tahun 2010
Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, dan Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010, diolah
Angka pertumbuhan penduduk di atas dihitung menggunakan Metode Eksponensial :
Pt = Po.ert atau r = 1/t ln (Pt/Po), dimana:
Angka pertumbuhan penduduk Kota Palangka Raya termasuk cukup tinggi yaitu 2,76 persen, bila dibandingkan dengan angka pertumbuhan penduduk Provinsi Kalimantan Tengah yang sebesar 2,26 persen (Kalimantan Tengah Dalam Angka 2016), dan laju pertumbuhan
penduduk nasional yang sebesar 1,4%
(https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1268). Angka pertumbuhan penduduk Kota Palangka Raya yang cukup tinggi ini diperkirakan selain
Pt = Jumlah Penduduk pada Tahun t
Po = Jumlah Penduduk pada Tahun dasar
t = Jangka waktu
r = Laju/Angka pertumbuhan penduduk e = Bilangan eksponensial (2,718281828)
(26)
26
karena faktor alami juga disebabkan oleh faktor urbanisasi sebagaimana fenomena yang terjadi pada kota-kota yang baru berkembang, ditambah lagi dengan laju pertumbuhan ekonomi Kota Palangka Raya yang terus tumbuh dari tahun ke tahun dengan rata-rata 7,18 % persen dan tumbuh pada tingkat tertinggi pada tahun 2013 sebesar 7,27 persen (Kajian Ekonomi Kota Palangka Raya, 2013). Kondisi ini perlu diantisipasi oleh Pemerintah Kota Palangka Raya, apabila pertumbuhan penduduk tidak terkendali, maka dapat berimplikasi pada meningkatnya berbagai permasalahan sosial seperti kemiskinan, berkembangnya kawasan kumuh, kriminalitas dan lain sebagainya.
Jika dilihat menurut kecamatan, pertumbuhan penduduk tertinggi di Kecamatan Jekan Raya yaitu 4,20 persen, diikuti Kecamatan Sabangau yaitu 3,17 persen, Kecamatan Pahandut 1,08 persen, Kecamatan Bukit Batu -0,60 persen dan Kecamatan Rakumpit -3,09 persen. Dari tabel di atas terlihat ada dua kecamatan yang pertumbuhannya minus (jumlah penduduk berkurang), yaitu Kecamatan Bukit Batu dan Kecamatan Rakumpit, di mana kedua kecamatan ini merupakan kecamatan terjauh dari pusat pelayanan (pendidikan, kesehatan, pemerintahan, ekonomi, dll), dan sebagian besar penduduknya masih mengandalkan hidup pada sektor pertanian. Apakah telah terjadi perpindahan penduduk dari kedua kecamatan tersebut ke kecamatan-kecamatan Diana terdapat pusat-pusat pelayanan tadi selama kurun waktu lima tahun ini, atau ada faktor penyebab lain, hal ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
B. Penduduk Menurut Karakteristik Demografi
1. Jumlah dan Proporsi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Karakterisik penduduk menurut umur dan jenis kelamin berguna dalam membantu menyusun perencanaan pemenuhan kebutuhan dasar bagi penduduk sesuai dengan kebutuhan kelompok umur masing-masing, baik kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan, pekerjaan dan lain sebagainya. Setiap kelompok umur
(27)
27
memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, misalnya kelompok bayi dan balita, mereka lebih membutuhkan asupan gizi yang baik dan perawatan kesehatan. Bagi penduduk perempuan remaja misalnya, mempunyai kebutuhan untuk meningkatkan status kesehatan agar ketika memasuki usia perkawinan tidak mengalami gangguan kesehatan terutama yang berkaitan dengan kesehatan reproduksinya, sedangkan kelompok penduduk usia lanjut juga membutuhkan pelayanan yang berkaitan dengan kesehatan dan lain-lain. Tabel 7, menunjukkan bahwa penduduk Kota Palangka Raya sebagian besar merupakan penduduk usia produktif yaitu pada kelompok umur antara 15-64 tahun (68,19%) dengan komposisi terbesar berada pada penduduk berumur 25-29 tahun (9,46%). Demikian pula dengan komposisi penduduk usia produktif berdasarkan jenis kelamin, nampak bahwa penduduk laki-laki yang terbesar berada pada kelompok umur 25-29 tahun (9,01%), sedangkan penduduk perempuan juga berada pada kelompok umur 25-29 tahun (9,94%). Kondisi ini sangat menguntungkan karena sebagian besar (di atas 50%) merupakan penduduk usia kerja (usia produktif), dan sisanya sebanyak 28,82 persen merupakan penduduk usia muda (berusia di bawah 15 tahun) dan 2,99 persen merupakan penduduk lanjut usia (65 tahun ke atas).
Tabel 7 : Jumlah dan Proporsi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Palangka Raya Tahun 2015
Kelompok
Umur n (jiwa) % n (jiwa) % n (jiwa) %
00-04 8.993 6,95 8.278 6,66 17.271 6,81
05-09 14.276 11,03 13.458 10,82 27.734 10,93
10-14 14.635 11,31 13.473 10,84 28.108 11,08
15-19 11.915 9,21 11.234 9,04 23.149 9,12
20-24 11.220 8,67 11.208 9,02 22.428 8,84
25-29 11.654 9,01 12.359 9,94 24.013 9,46
30-34 11.116 8,59 11.378 9,15 22.494 8,87
35-39 10.666 8,24 10.270 8,26 20.936 8,25
40-44 9.217 7,12 8.735 7,03 17.952 7,08
45-49 7.694 5,95 7.399 5,95 15.093 5,95
50-54 6.115 4,73 5.858 4,71 11.973 4,72
55-59 4.818 3,72 4.287 3,45 9.105 3,59
60-64 3.192 2,47 2.677 2,15 5.869 2,31
65-69 1.682 1,30 1.477 1,19 3.159 1,25
70-74 1.053 0,81 968 0,78 2.021 0,80
>75 1.141 0,88 1.266 1,02 2.407 0,95 JUMLAH 129.387 100 124.325 100 253.712 100
Laki-Laki Perempuan L + P
(28)
28
Bila melihat dari jumlah penduduk kelompok umur 10-14 tahun yang cukup besar yaitu sebesar 11,08%, hal ini harus menjadi perhatian karena 5 (lima) tahun mendatang kelompok ini akan menjadi entry tenaga kerja baru, yang menentukan skill dan kualitas SDM yang memadai baik ketrampilan maupun etos kerja dan kepribadian. Untuk memperoleh hal tersebut, diperlukan asupan gizi yang cukup, pendidikan yang memadai serta lingkungan pergaulan yang cukup, baik di rumah maupun di masyarakat. Sehingga ketika mereka memasuki pasar kerja, mampu memperoleh peluang kerja yang tersedia. Disisi yang lain pemerintah Kota Palangka Raya harus mampu pula menciptakan pasar kerja yang dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi. Jika dicermati lebih lanjut, ternyata 6,81% penduduk Kota Palangka Raya merupakan balita. Kondisi ini menuntut perhatian Pemerintah Kota Palangka Raya dalam penanganan penduduk balita, terutama dari segi kesehatan dan investasi di bidang pendidikan.
Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Dasar piramida penduduk menunjukkan jumlah penduduk, dan badan piramida penduduk bagian kiri dan kanan menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan perempuan menurut kelompok umur lima tahunan, Kota Palangka Raya menunjukkan struktur.
Penduduk konstriktif (constrictive), dengan struktur penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan kelompok umur di atasnya. Pada piramida ini terlihat bahwa jumlah penduduk kelompok umur 0-4 tahun yang terletak pada dasar piramida mulai mengecil. Ini berarti angka kelahiran mulai menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya, walaupun dari segi jumlah absolut tidak kecil. Demikian juga dengan jumlah penduduk 5-9 tahun masih terlihat lebar, berarti lima tahun ke depan dibutuhkan fasilitas pendidikan dasar dan menengah yang cukup untuk menampung penduduk kelompok ini.
(29)
29
Demikian pula jumlah penduduk pada kelompok 25-34 tahun menunjukkan jumlah yang paling besar. Diduga penduduk kelompok umur ini adalah kelompok yang lahir pada tahun 1980an yang mulai memasuki usia tersebut ditambah dengan migrasi yang masuk ke Kota Palangka Raya. Penduduk lansia (65 tahun ke atas), menunjukkan proporsi yang masih kecil yaitu 2,99 persen.
Gambar 8. Piramida Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2015
-15.000 -10.000 -5.000 0 5.000 10.000 15.000 00-04
05-09 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 >75
Perempuan Laki-Laki
Namun di masa depan proporsi penduduk lansia akan terus merambat naik, karena pergeseran umur penduduk serta usia harapan hidup yang semakin meningkat. Pertambahan jumlah penduduk lansia ini harus mulai diantisipasi dari sekarang, karena kelompok ini akan terus membesar di masa depan, sehingga diperlukan kebijakan seperti ketenagakerjaan, kesehatan, pelayanan lansia serta kebutuhan sosial dasar Iainnya.
Bila dikaitkan dengan umur median penduduk, maka penduduk Kota Palangka Raya termasuk dalam kategori penduduk intermediate (umur median terletak diantara 20-30 tahun). Dimana umur median penduduk Kota Palangka Raya tahun 2015 adalah 26,7 tahun, yang berarti setengah penduduk Kota Palangka Raya pada tahun 2015
JUMLAH PENDUDUK
KELO
M
PO
K UM
(30)
30
berusia di bawah 26,7 tahun dan setengahnya lagi berusia lebih tua dari 26,7 tahun.
Tabel 8 : Perhitungan Umur Median Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2015
1 0 - 4 17.271 17.271 4,74 2 5 - 9 27.734 45.005 12,35 3 10 - 14 28.108 73.113 20,06 4 15 - 19 23.149 96.262 26,41 5 20 - 24 22.428 118.690 32,57 6 25 - 29 24.013 142.703 39,15
7 30 - 34 22.494 165.197 45,33 8 35 - 39 20.936 186.133 51,07 9 40 - 44 17.952 204.085 55,99 10 45 - 49 15.093 219.178 60,14 11 50 - 54 11.973 231.151 63,42 12 55 - 59 9.105 240.256 65,92 13 60 - 64 5.869 246.125 67,53 14 65 - 69 3.159 249.284 68,40 15 70 - 74 2.021 251.305 68,95 16 >75 2.407 253.712 69,61
253.712 Kelompok
Umur
JUMLAH
Jlh Penduduk
No. Kumulatif
(fx)
% Kumulatif
253.712 126.856,0 118.690 8.166,0 24.013 25 5 26,7
N/2 fx
Umur Median
(Md) Jlh
Penduduk (N)
N/2 - fx fMd IMd i
Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, diolah
2. Rasio Jenis Kelamin
Rasio Jenis Kelamin (RJK) adalah suatu angka yang menunjukkan perbandingan banyaknya jumlah penduduk laki-laki dan banyaknya jumlah penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dalam banyaknya jumlah penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan. Data rasio jenis kelamin ini berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil. Selain itu, informasi rasio jenis kelamin juga
(31)
31
penting diketahui oleh para politisi, terutama untuk meningkatkan keterwakilan perempuan dalam parlemen.
Tabel 9 : Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) Menurut Kelompok Umur di Kota Palangka Raya Tahun 2015
Kel. Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah RJK
(1) (2) (3) (4) (5)
00-04 8.993 8.278 17.271 108,64 05-09 14.276 13.458 27.734 106,08 10-14 14.635 13.473 28.108 108,62 15-19 11.915 11.234 23.149 106,06 20-24 11.220 11.208 22.428 100,11 25-29 11.654 12.359 24.013 94,30 30-34 11.116 11.378 22.494 97,70 35-39 10.666 10.270 20.936 103,86 40-44 9.217 8.735 17.952 105,52 45-49 7.694 7.399 15.093 103,99 50-54 6.115 5.858 11.973 104,39 55-59 4.818 4.287 9.105 112,39 60-64 3.192 2.677 5.869 119,24 65-69 1.682 1.477 3.159 113,88 70-74 1.053 968 2.021 108,78 >75 1.141 1.266 2.407 90,13
JUMLAH 129.387 124.325 253.712 104,07
Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, diolah
Dari Tabel 9, nampak bahwa Rasio Jenis Kelamin (RJK) atau Sex Ratio (SR) di Kota Palangka Raya adalah 104,07yang berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 105 orang penduduk laki-laki. Gambaran rasio jenis kelamin Kota Palangka Raya tidak sama dengan gambaran rasio jenis kelamin secara nasional dimana Iebih banyak penduduk perempuan dibanding penduduk laki-laki. Namun demikian, jika dilihat dari kelompok umur menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan yang Iebih besar berada pada kelompok umur 25-34. Hal ini diduga disebabkan penduduk laki-laki pada kelompok umur tersebut lebih banyak yang bermigrasi dibandingkan dengan penduduk perempuannya. Sedangkan jika dilihat pada kelompok umur 0-4 tahun sebesar 108,64 yang artinya terdapat 109 balita berjenis kelamin laki-laki dan 100 balita perempuan, Secara biologis jumlah kelahiran bayi laki-laki pada umumnya lebih besar dibanding dengan kelahiran bayi perempuan.
(32)
32
Namun bayi laki-laki lebih rentan terhadap kematian dibanding bayi perempuan. Rasio jenis kelamin pada kelompok umur di atas 70 tahun juga menunjukkan penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan, ini menunjukkan bahwa teori yang mengatakan bahwa umur harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki adalah tidak benar, karena secara biologis umur harapan hidup perempuan lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki.
Tabel 10 : Rasio Jenis Kelamin Berdasarkan Kecamatan di Kota Palangka Raya Tahun 2015
n (jiwa) % n (jiwa) %
1 2 3 4 5 6
Pahandut 41.332 31,94 40.156 32,30 102,93 Bukit Batu 5.933 4,59 5.644 4,54 105,12 Jekan Raya 72.244 55,84 69.109 55,59 104,54 Sabangau 8.579 6,63 8.184 6,58 104,83 Rakumpit 1.299 1,00 1.232 0,99 105,44
Total 129.387 100,00 124.325 100,00 104,07 Kecamatan Laki-Laki Perempuan RJK
Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, diolah
Jika dilihat menurut wilayah Kecamatan, dari Tabel 10 terlihat bahwa rasio jenis kelamin (sex ratio) disetiap Kecamatan di atas 100, hal ini berarti bahwa jumlah penduduk perempuan disetiap Kecamatan lebih sedikit daripada laki-laki. Jika diamati masing-masing wilayah Kecamatan, maka terlihat bahwa Kecamatan Rakumpit memiliki rasio jenis kelamin tertinggi yaitu 105,44, diikuti Kecamatan Bukit Batu sebesar 105,12, sedangkan Rasio jenis kelamin terendah 102,93 terdapat di Kecamatan Pahandut.
3. Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio)
Rasio Ketergantungan digunakan untuk melihat hubungan antara perubahan struktur umur penduduk dengan ekonomi secara kasar. Rasio ini melihat seberapa besar beban tanggungan yang hampir dipikul oleh penduduk produktif terhadap penduduk yang tidak produktif.
Penduduk produktif secara ekonomi adalah mereka yang berada pada umur 15–64 tahun, yang dianggap memiliki potensi ekonomi.
(33)
33
Semakin rendah Dependency Ratio, maka semakin rendah pula beban kelompok umur produktif untuk menanggung penduduk usia tidak produktif atau belum produktif.
Rumus:
Rasio Beban Tanggungan = (Po-14 + P65+)/(P15-64) x 100
Po-14 = Penddk usia muda (0-14 th)
P65+ = Penddk usia lanjut (65 > th ) P15-64 = Pendddk usia produktif (15-64 th)
Tabel 11 : Rasio Ketergantungan dan Jumlah Penduduk Kota Palangka Raya menurut Umur Muda, Umur Produktif dan Umur Tua, Per Kecamatan Tahun 2015
P0-14 P65+ P15-64 Jumlah
Pahandut 26.285 2.201 53.002 81.488 53,75
Bukit Batu 4.075 314 7.188 11.577 61,06
Jekan Raya 36.291 4.623 100.439 141.353 40,74
Sabangau 5.651 379 10.733 16.763 56,18
Rakumpit 811 70 1.650 2.531 53,39
Kota Palangka Raya 73.113 7.587 173.012 253.712 46,64 Kecamatan Jumlah Penduduk RK
Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, diolah
Tabel 12 : Rasio Ketergantungan menurut Usia dan Kecamatan di Kota Palangka Raya Tahun 2015
RK Muda RK Tua RK Total
Pahandut 49,59 4,15 53,75
Bukit Batu 56,69 4,37 61,06
Jekan Raya 36,13 4,60 40,74
Sabangau 52,65 3,53 56,18
Rakumpit 49,15 4,24 53,39
Kota Palangka Raya 42,26 4,39 46,64
Kecamatan Rasio Ketergantungan (RK)
Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, diolah
Dari Tabel 11 nampak bahwa 173.012 jiwa atau 68,19 persen penduduk Kota Palangka Raya merupakan penduduk usia produktif (usia kerja) yang berpotensi sebagai modal pembangunan, sedangkan penduduk yang berpotensi sebagai beban yaitu penduduk yang belum produktif (0-14 tahun) sebesar 73.113 jiwa atau 28,82 persen dan
(34)
34
penduduk yang dianggap kurang produktif atau tidak produktif lagi (65 tahun ke atas) sebesar 7.587 jiwa atau 2,99 persen.
Memperhatikan komposisi penduduk menurut kelompok usia muda, usia produktif, dan usia tua yang demikian, diketahui rasio ketergantungan Kota Palangka Raya tahun 2015 sebesar 46,64 per 100 penduduk usia kerja, yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif (usia kerja) di Kota Palangka Raya mempunyai tanggungan sekitar 46-47 penduduk usia non produktif, 42,26 diantaranya berasal dari kelompok usia muda dan 4,39 lainnya berasal dari kelompok usia lanjut.
Secara umum rasio ketergantungan Kota Palangka Raya sudah sangat jauh di bawah rasio ketergantungan nasional. Kondisi ini sebenarnya menguntungkan bagi Kota Palangka Raya terutama untuk memperbesar tabungan rumah tangga, investasi sumber daya manusia dan peningkatan kesejahteraan. Namun demikian, juga menjadi tantangan bagi pemerintah Kota Palangka Raya untuk meningkatkan kesempatan kerja, kualitas penduduk dan terus berupaya mengurangi laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi tersebut. Apabila dilihat per kecamatan seperti pada Tabel 12, maka rasio ketergantungan total tertinggi ada di Kecamatan Bukit Batu sebesar 61,06 yang diikuti Kecamatan Sabangau sebesar 56,18, dan rasio ketergantungan total terendah di Kecamatan Jekan Raya sebesar 40,74. Sedangkan RK tua tertinggi ada di Kecamatan Jekan Raya yaitu sebesar 4,60 dan terendah di Kecamatan Sabangau sebesar 3,53. RK muda tertinggi ada di Kecamatan Bukit Batu sebesar 56.69dan terendah di Kecamatan Jekan Raya sebesar 36,13.
Rasio ketergantungan total Kota Palangka Raya jika dirinci menurut jenis kelamin, nampak pada Tabel 13 dan Tabel 14, bahwa angka beban tanggungan laki-laki (47,69) lebih besar daripada perempuan (45,57). Demikian juga pada usia lanjut dan usia muda angka beban tanggungan laki-laki tetap lebih tinggi daripada perempuan.
(35)
35
Tabel 13 : Rasio Ketergantungan Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia Muda, Usia Tua dan Usia Produktif di Kota Palangka Raya Tahun 2015
P0-14 P65+ P15-64 Jumlah
Laki-laki 37.904 3.876 87.607 129.387 47,69 Perempuan 35.209 3.711 85.405 124.325 45,57
L + P 73.113 7.587 173.012 253.712 46,64
Jumlah Penduduk
RK Jenis Kelamin
Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, diolah
Tabel 14 : Rasio Ketergantungan Menurut Usia dan Jenis Kelamin di Kota Palangka Raya Tahun 2015
RK Muda RK Tua RK Total
(1) (2) (3) (4)
Laki-laki 43,27 4,42 47,69
Perempuan 41,23 4,35 45,57
L + P 42,26 4,39 46,64
Jenis Kelamin Rasio Ketergantungan
Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, diolah
Jika diperhatikan menurut jenis kelamin, jumlah penduduk usia produktif laki-laki (87.607 jiwa) lebih besar daripada penduduk usia produktif perempuan (85.405 jiwa). Demikin juga pada kelompok usia muda dan kelompok usia tua jumlah penduduk Laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan.
C. Komposisi Penduduk menurut Karakteristik Sosial
1. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan
Tingkat pendidikan merupakan salah satu ukuran untuk kualitas penduduk. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan semakin baik kualitas SDM di wilayah tersebut. Namun ukuran ini masih harus ditambah dengan etos kerja dan ketrampilan baik hard skill maupun soft skill. Beberapa pelaku usaha menyatakan bahwa yang dibutuhkan tidak saja ketrampilan tetapi juga kepribadian, karena keterampilan bisa ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan. Tamat sekolah didefinisikan sebagai jenjang pendidikan yang telah berhasil diselesaikan oleh
(36)
36
seseorang dengan dibuktikan adanya ijazah atau surat tanda tamat belajar, tetapi jika menggunakan ukuran menurut jenjang tertinggi merupakan jenjang atau kelas tertinggi yang pernah ditempuh oleh seseorang.
Pada tabel 15 tampak Data SIAK menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan relatif cukup tinggi. Hampir sepertiga penduduk Kota Palangka Raya (25,54 persen) tamat SLTA/Sederajat. Jika dilihat menurut jenis kelamin, persentase penduduk yang tamat SLTA untuk penduduk laki-laki (26,82 persen) lebih tinggi dibandingkan penduduk perempuan (24,21 persen). Permintaan pasar tenaga kerja yang mensyaratkan minimal pendidikan SLTA, menyebabkan penduduk berusaha untuk mencapai jenjang pendidikan tersebut untuk bisa masuk ke pasar kerja non pertanian. Sedangkan persentase penduduk yang tamat SLTP untuk perempuan (14,24 persen) hampir sama dengan persentase penduduk laki-laki (13,67 persen). Pada jenjang pendidikan dasar, proporsi penduduk yang tamat SD untuk penduduk perempuan (13,54 persen) Iebih tinggi daripada penduduk laki-Iaki (12,02 persen).
Tabel 15 : Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Kota Palangka Raya Tahun 2015
N (jiwa) % N (jiwa) % N (jiwa) %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Tidak/Belum Sekolah 26.471 20,46 24.857 19,99 51.328 20,23
Bel um Ta ma t SD/ Sedera ja t 18.660 14,42 18.040 14,51 36.700 14,47
Tamat SD/ Sederajat 15.557 12,02 16.836 13,54 32.393 12,77
SLTP/ Sederajat 17.683 13,67 17.702 14,24 35.385 13,95
SLTA/ Sederajat 34.699 26,82 30.093 24,21 64.792 25,54
Diploma I/II 1.177 0,91 2.221 1,79 3.398 1,34
Akademi/ Diploma III/SARMUD 2.338 1,81 2.986 2,40 5.324 2,10
Diploma IV/ Sastra I 11.209 8,66 10.595 8,52 21.804 8,59
Strata II 1.474 1,14 943 0,76 2.417 0,95
Strata III 119 0,09 52 0,04 171 0,07
Jumlah 129.387 100,00 124.325 100,00 253.712 100,00 Jenjang Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah
(37)
37
Namun ada hal yang cukup menarik, pada jenjang pendidikan setingkat Diploma I, II dan III/Sarjana Muda proporsi penduduk perempuan (4,19 persen) yang menamatkan jenjang tersebut jauh lebih besar dari penduduk laki-laki (2,72 persen). Hal ini menggambarkan bahwa ada lebih banyak penduduk perempuan di Kota Palangka Raya yang menyelesaikan jenjang pendidikannya hanya sampai setingkat Diploma I, II dan III/Sarjana Muda saja, sedangkan penduduk laki-laki lebih banyak yang meneruskan jenjang pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi lagi, terlihat dari jenjang pendidikan Diploma IV/Strata I ke atas proporsi penduduk laki-laki lebih besar dari penduduk perempuan. Kondisi juga menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan, semakin sedikit perempuan yang berhasil menamatkan pendidikannya. Hal ini sama dengan gambaran pendidikan nasional, dimana angka melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan perempuan lebih rendah dibanding laki-laki, terutama pada kelompok penduduk miskin.
Pemerintah Kota Palangka Raya perlu memperhatikan kondisi di atas mengingat bahwa era globalisasi sebentar lagi akan berlangsung, ASEAN Free Trade Area (AFTA) akan segera berlaku pada bulan Desember 2015 ini, yang artinya pasar bebas setingkat ASEAN akan terbuka termasuk pasar tenaga kerjanya. Peningkatan pendidikan vocasional, akses ke pendidikan terutama untuk penduduk miskin, perlu dilakukan mengingat bahwa sebagian besar peluang kerja membutuhkan tenaga terdidik yang memiliki ketrampilan khusus.
2. Komposisi Penduduk Menurut Agama
Penduduk Kota Palangka Raya sebagian besar menganut agama Islam yaitu sebanyak 177.723 jiwa atau 70,049 persen dari keseluruhan peduduknya, diikuti oleh penganut agama Kristen 66,929 jiwa (26,380 persen), penganut agama Katholik 4.770 jiwa (1,880 persen), penganut agama Hindu 3.618 jiwa (1,426 persen), penganut agama Budha 415
(38)
38
jiwa (0,164 persen), Aliran Kepercayaan 247 jiwa (0,047 persen), dan penganut Khonghuchu 10 jiwa (0,004 persen).
Tabel 16 : Persentase Penduduk Menurut Agama di Kota Palangka Raya Tahun 2015
n % n % n % n % n % n % n %
Pahandut 66.163 26,078 13.847 5,458 741 0,292 487 0,192 180 0,071 0 0,000 70 0,028 81.488
Bukit Batu 8.103 3,194 3.006 1,185 105 0,041 331 0,130 6 0,002 7 0,003 20 0,008 11.578
Jekan Raya 88.823 35,009 45.850 18,072 3.866 1,524 2.446 0,964 225 0,089 3 0,001 150 0,059 141.363
Sabangau 13.724 5,409 2.793 1,101 58 0,023 177 0,070 4 0,002 0 0 7 0,003 16.763
Rakumpit 910 0,359 1.433 0,565 0 0,000 177 0,070 0 0 0 0 0 0,000 2.520
Jumlah 177.723 70,049 66.929 26,380 4.770 1,880 3.618 1,426 415 0,164 10 0,004 247 0,097 253.712 Kecamatan
Agama
Islam Kristen Katholik Hindu Budha Khonghuchu Aliran Kepercayaan
Jumlah
Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, diolah
Penganut agama Islam terbesar berada di Kecamatan Jekan Raya yaitu sebanyak 88,823 jiwa atau 35,009 persen dari keseluruhan penduduk Kota Palangka Raya, diikuti Kecamatan Pahandut sebanyak 66.163 jiwa (18,15 persen), Kecamatan Sabangau 13.724 jiwa (5,049 persen), dan Kecamatan Bukit Batu 8,103 jiwa (3,194 persen), sedangkan sebaran agama Islam terkecil berada di Kecamatan Rakumpit yaitu 910 jiwa (0,359 persen). Penganut agama kedua terbesar setelah Islam yang tersebar disetiap kecamatan adalah agama Kristen, di Kecamatan Jekan Raya sebanyak 45.850 jiwa (18,072 persen), Kecamatan Pahandut yaitu 13.847 jiwa (5,458 persen) dan Bukit Batu yaitu 3.006 jiwa (1,185 persen), sedangkan Kecamatan Rakumpit merupakan wilayah dengan penganut agama Kristen terbesar dibandingkan dengan penganut agama lain yaitu sebanyak 1.433 jiwa (64.082 persen) dari jumlah penduduk kecamatan tersebut, diikuti agama Islam, dan Agama Hindu.
Kota Palangka Raya merupakan kota yang didominasi oleh agama Islam dan Kristen, hal ini mungkin dipengaruhi oleh sejarah Kesultanan Banjar dan misionaris Kristen yang masuk ke Kalimantan Tengah pada abad ke-19. Sekali pun sebenarnya agama/kepercayaan leluhur orang
(39)
39
Dayak adalah Kaharingan atau sekarang dikenal dengan nama Hindu Kaharingan.
3. Komposisi Penduduk Menurut Status Perkawinan
Informasi tentang struktur perkawinan penduduk pada waktu tertentu berguna bagi para penentu kebijakan dan pelaksana program kependudukan. Terutama dalam hal pembangunan keluarga, kelahiran dan upaya-upaya peningkatan kualitas keluarga. Dari informasi penduduk berstatus kawin, Umur Perkawinan Pertama, lama kawin akan berguna untuk mengestimasi angka kelahiran yang akan terjadi.
Tabel 17 : Distribusi Penduduk menurut Status Kawin, Jenis Kelamin, dan Kecamatan Kota Palangka Raya Tahun 2015
N % N % N % N % N %
Laki-Laki (L)
PAHANDUT 23.777 57,53 17.054 41,26 219 0,53 282 0,68 41.332 100,00
BUKIT BATU 3.347 56,41 2.509 42,29 29 0,49 48 0,81 5.933 100,00
JEKAN RAYA 39.638 54,87 31.489 43,59 444 0,61 673 0,93 72.244 100,00
SABANGAU 4.876 56,84 3.610 42,08 26 0,30 67 0,78 8.579 100,00
RAKUMPIT 679 52,27 608 46,81 5 0,38 7 0,54 1.299 100,00 Kota P. Raya 72.317 55,89 55.270 42,72 723 0,56 1.077 0,83 129.387 100,00 Perem puan (P)
PAHANDUT 20.194 50,29 17.574 43,76 545 1,36 1.843 4,59 40.156 100,00
BUKIT BATU 2.895 51,29 2.555 45,27 38 0,67 156 2,76 5.644 100,00
JEKAN RAYA 32.960 47,69 32.049 46,37 1.018 1,47 3.082 4,46 69.109 100,00
SABANGAU 4.141 50,60 3.689 45,08 102 1,25 252 3,08 8.184 100,00
RAKUMPIT 581 47,16 612 49,68 7 0,57 32 2,60 1.232 100,00 Kota P. Raya 60.771 48,88 56.479 45,43 1.710 1,38 5.365 4,32 124.325 100,00 L+P
PAHANDUT 43.971 53,96 34.628 42,49 764 0,94 2.125 2,61 81.488 100,00
BUKIT BATU 6.242 53,92 5.064 43,74 67 0,58 204 1,76 11.577 100,00
JEKAN RAYA 72.598 51,36 63.538 44,95 1.462 1,03 3.755 2,66 141.353 100,00
SABANGAU 9.017 53,79 7.299 43,54 128 0,76 319 1,90 16.763 100,00
RAKUMPIT 1.260 49,78 1.220 48,20 12 0,47 39 1,54 2.531 100,00 Kota P. Raya 133.088 52,46 111.749 44,05 2.433 0,96 6.442 2,54 253.712 100,00 Jenis Kelamin
STATUS KAWIN
Jumlah Persen Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati
Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, diolah
Umur perkawinan pertama misalnya berkaitan dengan lamanya seseorang perempuan beresiko untuk hamil dan melahirkan. Perkawinan umur dini juga akan berakibat pada besarnya angka Perceraian, ketidaksiapan orang tua untuk pengasuhan anak serta
(40)
40
kurang matangnya perempuan menjalankan tugas dan fungsinya dalam rumah tangga.
Tabel 17 menyajikan komposisi penduduk Kota Palangka Raya menurut status kawin dan jenis kelamin per Kecamatan. Tabel tersebut menunjukkan bahwa penduduk Kota Palangka Raya didominasi oleh penduduk berstatus belum kawin yakni 52,46 persen. Hal ini terlihat baik untuk penduduk laki-laki maupun perempuan. Penduduk laki-laki berstatus belum kawin (55,89 persen) lebih tinggi dibandingkan perempuan (48,88 persen), karena biasanya laki-laki masih meneruskan pendidikan atau baru mulai bekerja, sehingga menunda perkawinan. Begitu juga laki-laki yang dikonstruksikan sebagai kepala keluarga yang harus membiayai kebutuhan keluarga, mempunyai keinginan mapan secara ekonomi sebelum memasuki kehidupan rumah tangga.
Proporsi penduduk laki-laki yang berstatus kawin (42,72 persen) lebih sedikit dibandingkan perempuan (45,43 persen). Hal ini sebagaimana telah dijelaskan di atas, penduduk laki-laki cenderung lebih menunda perkawinannya untuk alasan ekonomi dan pendidikan, mengingat posisinya sebagai kepala keluarga.
Proporsi penduduk dengan status cerai hidup dan cerai mati lebih tinggi pada perempuan (5,70 persen) dibandingkan laki-laki (1,39 persen). Hal ini disebabkan laki-laki yang bercerai baik karena perceraian maupun karena ditinggal meninggal istri lebih cepat melakukan perkawinan kembali dibandingkan perempuan. Perempuan Iebih banyak pertimbangan untuk menikah kembali terutama apabila perempuan tersebut mandiri secara ekonomi.
Menarik untuk diperhatikan pada status cerai hidup, bahwa proporsi penduduk berstatus cerai hidup lebih besar pada perempuan (1,38 persen) daripada laki-laki (0,56 persen). Kemandirian perempuan secara ekonomi serta peningkatan kesadaran tentang hak-hak perempuan
(41)
41
dalam rumah tangga, seringkali menjadi penyebab keberanian perempuan menggugat cerai.
4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kecacatan
Informasi tentang banyaknya penduduk penyandang cacat dan jenis kecacatannya sangat diperlukan dalam memberikan program pelayanan publik yang ramah penyandang cacat. Selama ini perhatian pemerintah dianggap kurang dan masih banyak perlakuan diskriminatif dalam pelayanan publik kepada kelompok ini. Berbagai kantor pelayanan publik belum ramah penyandang cacat terutama cacat fisik, bahkan untuk pelayanan administrasi kependudukan. Informasi jumlah penyandang cacat terutama cacat fisik dapat digunakan untuk dasar perencanaan pembangunan berbagai fasilitas umum yang ramah penyandang cacat, pelayanan fasilitas pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja dan lain sebagainya, data SIAK mencakup data tentang penyandang cacat ini.
Tabel 18 : Jumlah Penyandang Cacat Menurut Jenis Kecacatan dan Kecamatan di Kota Palangka Raya Tahun 2015
Pahandut Bukit Batu Jekan Raya Sebangau Rakumpit
Cacat Fisik 87 23 127 8 5 250
Cacat Netra/Buta 4 2 5 1 0 12
Cacat Rungu/ wicara 18 12 24 7 2 63
Cacat Mental/ Jiwa 37 2 63 1 1 104
Cacat Fisik dan Mental 8 4 12 2 2 28
Cacat lainnya 7 1 6 0 0 14
Jumlah 161 44 237 19 10 471
Kecamatan
Jenis Kecacatan Jumlah
Sumber : Data Server Disdukcapil Hasil Pendaftaran, Tahun 2015, diolah
Pada Tabel 18, terlihat bahwa jumlah penduduk penyandang cacat di Kota Palangka Raya tidak terlalu besar yaitu 471 jiwa, jika dibandingkan dengan jumlah seluruh penduduk Kota Palangka Raya yaitu 257.712 jiwa (0,18 persen) – angka ini mungkin belum menggambarkan keadaan sebenarnya, mengingat pada masyarakat kita ada kecenderungan untuk malu melaporkan anggota keluarganya yang mengalami cacat fisik maupun mental, karena hal ini masih sering dianggap sebagai aib. Meskipun proporsinya kecil,
(42)
42
penduduk penyandang cacat tetap harus menjadi perhatian Pemerintah Kota Palangka Raya untuk tetap memberikan pelayanan sosial bagi mereka seperti pendidikan, kesehatan, fasilitas layanan umum lainnya. Penyandang cacat terbesar berada di Kecamatan Jekan Raya yaitu 237 orang, diikuti Kecamatan Pahandut yaitu 161 orang, dan terkecil berada di Kecamatan Rakumpit yaitu 10 orang. Dilihat dari jenis kecacatan, jumlah terbesar adalah penyandang cacat fisik yaitu 250 orang, diikuti penyandang cacat mental/jiwa sebesar 104 orang, dan terkecil adalah penyandang cacat Netra/Buta yaitu 12 orang. Jika dikaitkan dengan jenis kelamin, maka penyandang cacat terbesar adalah penduduk berjenis kelamin laki-laki yaitu 383 orang dengan jenis kecacatan adalah cacat fisik yaitu sebesar 207 orang, diikuti cacat mental/jiwa yaitu 81 orang. Hal yang sama juga terjadi pada penyandang cacat perempuan yaitu sebesar 88 orang adalah penyandang cacat fisik dan 23 orang penyandang cacat mental/jiwa.
D. Keluarga
Keluarga merupakan unit masyarakat terkecil dalam kehidupan. Data keluarga menjadi penting untuk menyusun berbagai program pembangunan seperti peningkatan ekonomi, penghasilan dan penanganan kemiskinan dan lain sebagainya. Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat merupakan tempat pertama dan utama dalam tumbuh kembang anak, baik dari sisi fisik, pembentukan karakter dan pengembangan intelektual. Oleh sebab itu perencanaan keluarga menjadi penting, tidak hanya jumlah anggota keluarga tetapi juga kualitasnya.
1. Jumlah Keluarga dan Rata-Rata Jumlah Anggota Keluarga
Keluarga dibentuk dari sekelompok orang yang terikat dan mempunyai hubungan kekerabatan karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain sebagainya. Unit keluarga menjadi hal penting untuk berbagai intervensi seperti penanganan kemiskinan, keluarga berencana, kesehatan dan lain sebagainya. Keluarga terbagi menjadi
(1)
79
NO KECAMATAN
JUMLAH PENDUDUK YANG
TELAH MENIKAH
PUNYA AKTA PERKAWINAN
PERSEN (%)
BELUM PUNYA AKTA PERKAWINAN
PERSEN (%)
1 PAHANDUT 37.517 33.831 90,18 3.686 9,82
2 BUKIT BATU 5.335 5.058 94,81 277 5,19
3 JEKAN RAYA 68.755 53.548 77,88 15.207 22,12
4 SABANGAU 7.746 7.138 92,15 608 7,85
5 RAKUMPIT 1.271 1.220 95,99 51 4,01
120.624 100.795 83,56 19.829 16,44
JUMLAH
Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri dan Data Server Pelayanan Disdukcapil Kota Palangka Raya, Tahun 2015, diolah
Jika diperhatikan berdasarkan wilayah maka persentase tertinggi penduduk berstatus kawin yang memiliki akta perkawinan adalah Kecamatan Rakumpit yaitu 95,99 persen, Kecamatan Bukit Batu 94,81 persen, Kecamatan Sabangau 92.15 persen, Kecamatan Pahandut 90,18 persen, dan yang terendah di Kecamatan Jekan Raya yaitu 77,88 persen.
Perlu menjadi catatan bahwa masih ada 19.829 atau 16,44 persen penduduk berstatus kawin yang tidak diketahui memiliki atau belum memiliki akta perkawinan, salah satu penyebabnya adalah sering kurang lengkapnya pengisian formulir biodata penduduk.
3. Akta Perceraian
Akta cerai merupakan dokumen kependudukan yang wajib dimiliki oleh penduduk yang berstatus cerai hidup. Tabel 57 menggambarkan jumlah dan persentase penduduk berstatus cerai hidup yang memiliki akta cerai di Kota Palangka Raya.
Tabel 48 : Jumlah dan Persentase Kepemilikan Akta Perceraian di Kota Palangka Raya Tahun 2015
(2)
80
Sumber : KUA dan Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, diolah
Tabel 48 menggambarkan jumlah dan persentase penduduk berstatus cerai hidup dan kepemilikan akta cerai di kota Palangka Raya. Terlihat bahwa persentase penduduk berstatus cerai hidup yang tercatat memiliki akta perceraian sebesar 1.055 jiwa atau 29,44 persen dan yang tidak memiliki akta perceraian sebesar 2.206 jiwa atau 70,56 persen. Jika dilihat menurut wilayah, maka persentase penduduk berstatus cerai hidup dan memiliki akta perceraian tertinggi berada di Kecamatan Bukit Batu yaitu 32,53 persen sedangkan yang terendah di Kecamatan Sabangau yaitu 18,72 persen. Besarnya penduduk cerai hidup yang tidak memiliki akta perceraian diduga penduduk berstatus cerai hidup dan tidak mencatatkan perceraiannya. Hal ini perlu menjadi perhatian Pemerintah Kota Palangka Raya dalam merencanakan suatu program kegiatan seperti penyuluhan akan pentingnya akta perceraian.
Bila dilihat menurut jenis kelamin diketahui bahwa penduduk cerai hidup yang memiliki akta perceraian didominasi oleh jenis kelamin laki-laki. Dari 1.177 penduduk laki-laki yang berstatus cerai hidup terdapat 531 jiwa yang memiliki akta perceraian (45,11 persen), dan dari 2.406 jiwa penduduk perempuan yang berstatus cerai hidup hanya terdapat 524 jiwa yang memiliki akta perceraian (21,78 persen).
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
PAHANDUT 143 143 286 191 677 868 405 891 1.296 35,31 16,05 22,07
BUKIT BATU 27 27 54 35 49 84 77 89 166 35,06 30,34 32,53
JEKAN RAYA 334 327 661 218 853 1.071 610 1.244 1.854 54,75 26,29 35,65
SABANGAU 22 22 44 35 125 160 73 162 235 30,14 13,58 18,72
RAKUMPIT 5 5 10 7 16 23 12 20 32 41,67 25,00 31,25
JUMLAH 531 524 1.055 486 1.720 2.206 1.177 2.406 3.583 45,11 21,78 29,44
% KEPEMILIKAN KECAMATAN
KEPEMILIKAN AKTA PERCERAIAN JUMLAH PENDUDUK
BERSTATUS CERAI HIDUP
(3)
81
BAB VII
PENUTUP
Penyelenggaraan pendaftaran dan pencatatan sipil penduduk
menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) sudah dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Palangka Raya sejak tahun 2010, melalui Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 3 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan. Setelah berjalan lebih kurang enam tahunan hingga saat ini (tahun 2016), ternyata masih terdapat berbagai permasalahan yang dihadapi oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Palangka Raya dalam pelaksanaan SIAK tersebut. Diantaranya permasalahan yang cukup mendesak saat ini adalah regenerasi peralatan yang sudah berumur lebih dari lima tahunan tersebut. Akhir-akhir ini sering dihadapi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan peralatan yang mulai rusak/error, sehingga mengakibatkan sering terjadinya gagal rekam, pengiriman data yang lambat atau gagal, aplikasi error, serta berbagai kendala lain yang mengakibatkan pelayanan kepada masyarakat sering terganggu. Kondisi ini diperparah lagi dengan tidak tersedianya pusat pelayanan (service center) di tiap ibu kota provinsi, sehingga setiap perbaikan peralatan harus dibawa sendiri ke Jakarta dan tidak boleh dikirim melalui jasa pengiriman/ekspedisi. Ke depan perlu dipikirkan untuk menyediakan pusat layanan perbaikan yang lebih dekat (misalnya di setiap ibukota provinsi) sehingga setiap penanganan masalah kerusakan peralatan dapat berjalan lebih cepat, hemat waktu dan biaya.
Kendala lain adalah ketersediaan blangko dan perangkat pencetakan (printer, tinta, film, cleaning kit) yang jumlah dan kemampuannya masih kurang/terbatas, terutama ketersediaan blangko KTP-el yang sering diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan daerah, sehingga tidak mampu menampung beban kerja yang cukup tinggi untuk mencetak KTP-el, yang berakibat pada lambatnya proses pencetakan KTP-el. Perlu diketahui bahwa khusus blangko KTP-el hanya boleh diadakan/disediakan oleh Pemerintah Pusat, dan
(4)
82
didistribusikan ke daerah sesuai permintaan/kebutuhan daerah. Proses distribusi ini yang sering menjadi kendala, sering kali daerah mendapat jatah blangko yang tidak sesuai dengan kebutuhan riilnya, dengan alasan terbatasnya jumlah blangko yang tersedia. Ke depan proses distribusi ini perlu diperbaiki lebih baik lagi sehingga bisa lebih mudah, cepat dan efisien serta tersedia sesuai kebutuhan riil daerah.
Bila dilihat dari sisi kuantitasnya, beberapa permasalahan kependudukan yang dihadapi oleh Kota Palangka Raya diantaranya adalah pola persebaran penduduk yang tidak merata, sebagian besar penduduk Kota Palangka Raya terkonsentrasi hanya di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Jekan Raya dan Kecamatan Pahandut. Terkonsentrasinya penduduk pada dua kecamatan tersebut selain karena faktor sejarah juga mengikuti pola perkembangan kota, dimana pusat-pusat pemerintahan dan perekonomian dibangun pada dua kecamatan tersebut. Persebaran dan kepadatan penduduk per wilayah di Kota Palangka Raya perlu mulai diperhatikan, terutama dalam perencanaan penyebaran penduduk baik itu secara geografis maupun administrasi pemerintahan, agar persebaran penduduk dapat serasi, selaras dan seimbang dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Angka pertumbuhan penduduk Kota Palangka Raya cukup tinggi yaitu 2,76 persen, di atas rata-rata laju pertumbuhan penduduk pronvisi (2,26 persen) dan laju pertumbuhan penduduk nasional yang di bawah 2 persen. Angka pertumbuhan penduduk Kota Palangka Raya yang cukup tinggi ini diperkirakan selain faktor alami (kelahiran dan kematian) juga pengaruhi oleh faktor migrasi berupa urbanisasi sebagaimana fenomena yang terjadi pada kota-kota yang baru berkembang, ditambah lagi dengan laju pertumbuhan ekonomi Kota Palangka Raya yang terus tumbuh dari tahun ke tahun dengan rata-rata 7,18 persen pada tahun 2015, mengalami kenaikan dari laju pertumbuhan ekonomi tahun 2014 yang sebesar 6,97 persen, walau pun mengalami penurunan dari laju pertumbuhan tiga tahun sebelumnya (2011-2013), dimana tertinggi pada tahun 2013 sebesar 7,57 persen.
(5)
83
Dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan kelompok umurnya, menunjukkan bahwa penduduk Kota Palangka Raya sebagian besar merupakan penduduk usia produktif (usia kerja) yaitu pada kelompok umur antara 15-64 tahun yaitu 68,19 persen, dengan jumlah angkatan kerja sebesar 126.369 orang atau 49,81 persen. Hal ini sangat menguntungkan sebagai modal pembangunan, namun dengan tingginya jumlah usia produktif tersebut juga akan berimplikasi pada penyediaan lapangan kerja yang harus cukup pula. Peluang kerja sangat tergantung pada tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki, yang bila dilihat dari tingkat pendidikannya, sebagian besar penduduk usia produktif di Kota Palangka Raya masih berupa lulusan SLTA/sederajat ke bawah. Untuk itu, ke depan akses ke pendidikan terutama untuk masyarakat miskin perlu lebih tingkatkan lagi.
Secara umum rasio ketergantungan penduduk Kota Palangka Raya sudah cukup jauh di bawah rasio ketergantungan penduduk nasional yang sebesar 51,31. Rasio ketergantungan Kota Palangka Raya tahun 2015 sebesar 46,64 per 100 penduduk usia kerja, yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif (usia kerja) di Kota Palangka Raya mempunyai tanggungan sekitar 46-47 penduduk usia non produktif, 42,26 diantaranya berasal dari kelompok usia muda dan 4,39 lainnya berasal dari kelompok usia lanjut. Kondisi ini sebenarnya menguntungkan bagi Kota Palangka Raya terutama untuk memperbesar tabungan rumah tangga, investasi sumber daya manusia dan peningkatan kesejahteraan. Namun demikian, juga menjadi tantangan bagi pemerintah Kota Palangka Raya untuk meningkatkan kesempatan kerja, kualitas penduduk dan mampu mengurangi laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi tersebut.
Dari sisi kualitas penduduk,salah satu indikator untuk melihat keberhasilan
pembangunan daerah terutama di bidang kesehatan adalah Angka Harapan Hidup (AHH). Tahun 2015 AHH penduduk kota Palangka Raya bertambah menjadi 72,97 tahun, masih di atas angka harapan hidup nasional 70,1 dan angka harapan hidup Provinsi Kalimantan Tengah 69,39.
Dari sisi pendidikan, angka melek huruf (AMH) di Kota Palangka Raya adalah sebesar 99,34 persen, yang artinya sudah 99, 34 persen penduduk Kota
(6)
84
Palangka Raya usia 10 tahun ke atas yang sudah bisa baca tulis. Angka ini jauh lebih baik dari AMH nasional yang hanya 95,22 persen dan AMH Provinsi Kalimantan Tengah 98,88 persen (Susenas 2009-2015, BPS RI).
Tingkat kepemilikan dokumen kependudukan di Kota Palangka Raya masih rendah, khususnya kepemilikan dokumen kependudukan seperti Akta Akta Kelahiran/Kematian dan Perkawinan/Perceraian, yang seharusnya wajib dimiliki oleh setiap penduduk Indonesia. Hal ini dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat pemahaman masyarakat akan arti penting dari kepemilikan dokumen tersebut, ditambah lagi adanya stigma negatif yang sering berkembang di masyarakat (akibat adanya praktek percaloan) bahwa untuk mengurus dokumen-dokumen tersebut sulit dan butuh biaya yang cukup banyak. Pada tahun 2015 target nasional kepemilikan Akta Kelahiran anak usia 0-18 tahun adalah sebesar 75%, sedangkan capaian cakupan Akta Kelahiran yang dicapai oleh Kota Palangka Raya masih di bawah angka di atas yaitu hanya sebesar 50,60 persen.
Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan yang mewajibkan penduduk untuk memiliki KTP-el, di Kota Palangka Raya, sampai dengan akhir tahun 2015, dari 120.624 jiwa penduduk wajib KTP, hanya 74.489 jiwa penduduk yang sudah melakukan perekaman KTP-el (61,75 persen). Untuk menggenjot tingkat kepemilikan KTP-el ini, pemerintah Kota Palangka Raya harus lebih giat lagi melakukan program jemput bola ini sekaligus melakukan sosialisasi akan pentingnya kepemilikan dokumen kependudukan bagi masyarakat. Salah satu solusi untuk lebih mengefektifkan program pelayanan jemput bola ini adalah dengan menyediakan pelayanan mobil keliling (telah dianggarkan pada Tahun Anggaran 2016 sebesar 1,4 milyar), sebagaimana yang telah dilakukan oleh Kepolisian dan Samsat melalui Bus Pelayanan SIM dan PKB kelilingnya. Hal lain yang juga mungkin bisa dilakukan adalah dengan membuka unit pelayanan berbagai tempat yang mudah dijangkau seperti pusat-pusat perbelanjaan, pusat keramaian, dll, khusus pada hari-hari tertentu .