Rasio Ketergantungan Dependency Ratio

32 Namun bayi laki-laki lebih rentan terhadap kematian dibanding bayi perempuan. Rasio jenis kelamin pada kelompok umur di atas 70 tahun juga menunjukkan penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan, ini menunjukkan bahwa teori yang mengatakan bahwa umur harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki adalah tidak benar, karena secara biologis umur harapan hidup perempuan lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Tabel 10 : Rasio Jenis Kelamin Berdasarkan Kecamatan di Kota Palangka Raya Tahun 2015 n jiwa n jiwa 1 2 3 4 5 6 Pahandut 41.332 31,94 40.156 32,30 102,93 Bukit Batu 5.933 4,59 5.644 4,54 105,12 Jekan Raya 72.244 55,84 69.109 55,59 104,54 Sabangau 8.579 6,63 8.184 6,58 104,83 Rakumpit 1.299 1,00 1.232 0,99 105,44 Total 129.387 100,00 124.325 100,00 104,07 Kecamatan Laki-Laki Perempuan RJK Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, diolah Jika dilihat menurut wilayah Kecamatan, dari Tabel 10 terlihat bahwa rasio jenis kelamin sex ratio disetiap Kecamatan di atas 100, hal ini berarti bahwa jumlah penduduk perempuan disetiap Kecamatan lebih sedikit daripada laki-laki. Jika diamati masing-masing wilayah Kecamatan, maka terlihat bahwa Kecamatan Rakumpit memiliki rasio jenis kelamin tertinggi yaitu 105,44, diikuti Kecamatan Bukit Batu sebesar 105,12, sedangkan Rasio jenis kelamin terendah 102,93 terdapat di Kecamatan Pahandut.

3. Rasio Ketergantungan Dependency Ratio

Rasio Ketergantungan digunakan untuk melihat hubungan antara perubahan struktur umur penduduk dengan ekonomi secara kasar. Rasio ini melihat seberapa besar beban tanggungan yang hampir dipikul oleh penduduk produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Penduduk produktif secara ekonomi adalah mereka yang berada pada umur 15 – 64 tahun, yang dianggap memiliki potensi ekonomi. 33 Semakin rendah Dependency Ratio, maka semakin rendah pula beban kelompok umur produktif untuk menanggung penduduk usia tidak produktif atau belum produktif. Rumus: Rasio Beban Tanggungan = P o-14 + P 65+ P 15-64 x 100 P o-14 = Penddk usia muda 0-14 th P 65+ = Penddk usia lanjut 65 th P 15-64 = Pendddk usia produktif 15-64 th Tabel 11 : Rasio Ketergantungan dan Jumlah Penduduk Kota Palangka Raya menurut Umur Muda, Umur Produktif dan Umur Tua, Per Kecamatan Tahun 2015 P0-14 P65+ P15-64 Jumlah Pahandut 26.285 2.201 53.002 81.488 53,75 Bukit Batu 4.075 314 7.188 11.577 61,06 Jekan Raya 36.291 4.623 100.439 141.353 40,74 Sabangau 5.651 379 10.733 16.763 56,18 Rakumpit 811 70 1.650 2.531 53,39 Kota Palangka Raya 73.113 7.587 173.012 253.712 46,64 Kecamatan Jumlah Penduduk RK Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, diolah Tabel 12 : Rasio Ketergantungan menurut Usia dan Kecamatan di Kota Palangka Raya Tahun 2015 RK Muda RK Tua RK Total Pahandut 49,59 4,15 53,75 Bukit Batu 56,69 4,37 61,06 Jekan Raya 36,13 4,60 40,74 Sabangau 52,65 3,53 56,18 Rakumpit 49,15 4,24 53,39 Kota Palangka Raya 42,26 4,39 46,64 Kecamatan Rasio Ketergantungan RK Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, diolah Dari Tabel 11 nampak bahwa 173.012 jiwa atau 68,19 persen penduduk Kota Palangka Raya merupakan penduduk usia produktif usia kerja yang berpotensi sebagai modal pembangunan, sedangkan penduduk yang berpotensi sebagai beban yaitu penduduk yang belum produktif 0-14 tahun sebesar 73.113 jiwa atau 28,82 persen dan 34 penduduk yang dianggap kurang produktif atau tidak produktif lagi 65 tahun ke atas sebesar 7.587 jiwa atau 2,99 persen. Memperhatikan komposisi penduduk menurut kelompok usia muda, usia produktif, dan usia tua yang demikian, diketahui rasio ketergantungan Kota Palangka Raya tahun 2015 sebesar 46,64 per 100 penduduk usia kerja, yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif usia kerja di Kota Palangka Raya mempunyai tanggungan sekitar 46-47 penduduk usia non produktif, 42,26 diantaranya berasal dari kelompok usia muda dan 4,39 lainnya berasal dari kelompok usia lanjut. Secara umum rasio ketergantungan Kota Palangka Raya sudah sangat jauh di bawah rasio ketergantungan nasional. Kondisi ini sebenarnya menguntungkan bagi Kota Palangka Raya terutama untuk memperbesar tabungan rumah tangga, investasi sumber daya manusia dan peningkatan kesejahteraan. Namun demikian, juga menjadi tantangan bagi pemerintah Kota Palangka Raya untuk meningkatkan kesempatan kerja, kualitas penduduk dan terus berupaya mengurangi laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi tersebut. Apabila dilihat per kecamatan seperti pada Tabel 12, maka rasio ketergantungan total tertinggi ada di Kecamatan Bukit Batu sebesar 61,06 yang diikuti Kecamatan Sabangau sebesar 56,18, dan rasio ketergantungan total terendah di Kecamatan Jekan Raya sebesar 40,74. Sedangkan RK tua tertinggi ada di Kecamatan Jekan Raya yaitu sebesar 4,60 dan terendah di Kecamatan Sabangau sebesar 3,53. RK muda tertinggi ada di Kecamatan Bukit Batu sebesar 56.69 dan terendah di Kecamatan Jekan Raya sebesar 36,13. Rasio ketergantungan total Kota Palangka Raya jika dirinci menurut jenis kelamin, nampak pada Tabel 13 dan Tabel 14, bahwa angka beban tanggungan laki-laki 47,69 lebih besar daripada perempuan 45,57. Demikian juga pada usia lanjut dan usia muda angka beban tanggungan laki-laki tetap lebih tinggi daripada perempuan. 35 Tabel 13 : Rasio Ketergantungan Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia Muda, Usia Tua dan Usia Produktif di Kota Palangka Raya Tahun 2015 P0-14 P65+ P15-64 Jumlah Laki-laki 37.904 3.876 87.607 129.387 47,69 Perempuan 35.209 3.711 85.405 124.325 45,57 L + P 73.113 7.587 173.012 253.712 46,64 Jumlah Penduduk RK Jenis Kelamin Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, diolah Tabel 14 : Rasio Ketergantungan Menurut Usia dan Jenis Kelamin di Kota Palangka Raya Tahun 2015 RK Muda RK Tua RK Total 1 2 3 4 Laki-laki 43,27 4,42 47,69 Perempuan 41,23 4,35 45,57 L + P 42,26 4,39 46,64 Jenis Kelamin Rasio Ketergantungan Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, diolah Jika diperhatikan menurut jenis kelamin, jumlah penduduk usia produktif laki-laki 87.607 jiwa lebih besar daripada penduduk usia produktif perempuan 85.405 jiwa. Demikin juga pada kelompok usia muda dan kelompok usia tua jumlah penduduk Laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan. C. Komposisi Penduduk menurut Karakteristik Sosial 1. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Tingkat pendidikan merupakan salah satu ukuran untuk kualitas penduduk. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan semakin baik kualitas SDM di wilayah tersebut. Namun ukuran ini masih harus ditambah dengan etos kerja dan ketrampilan baik hard skill maupun soft skill. Beberapa pelaku usaha menyatakan bahwa yang dibutuhkan tidak saja ketrampilan tetapi juga kepribadian, karena keterampilan bisa ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan. Tamat sekolah didefinisikan sebagai jenjang pendidikan yang telah berhasil diselesaikan oleh 36 seseorang dengan dibuktikan adanya ijazah atau surat tanda tamat belajar, tetapi jika menggunakan ukuran menurut jenjang tertinggi merupakan jenjang atau kelas tertinggi yang pernah ditempuh oleh seseorang. Pada tabel 15 tampak Data SIAK menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan relatif cukup tinggi. Hampir sepertiga penduduk Kota Palangka Raya 25,54 persen tamat SLTASederajat. Jika dilihat menurut jenis kelamin, persentase penduduk yang tamat SLTA untuk penduduk laki-laki 26,82 persen lebih tinggi dibandingkan penduduk perempuan 24,21 persen. Permintaan pasar tenaga kerja yang mensyaratkan minimal pendidikan SLTA, menyebabkan penduduk berusaha untuk mencapai jenjang pendidikan tersebut untuk bisa masuk ke pasar kerja non pertanian. Sedangkan persentase penduduk yang tamat SLTP untuk perempuan 14,24 persen hampir sama dengan persentase penduduk laki-laki 13,67 persen. Pada jenjang pendidikan dasar, proporsi penduduk yang tamat SD untuk penduduk perempuan 13,54 persen Iebih tinggi daripada penduduk laki-Iaki 12,02 persen. Tabel 15 : Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Kota Palangka Raya Tahun 2015 N jiwa N jiwa N jiwa 1 2 3 4 5 6 7 TidakBelum Sekolah 26.471 20,46 24.857 19,99 51.328 20,23 Bel um Ta ma t SD Sedera ja t 18.660 14,42 18.040 14,51 36.700 14,47 Tamat SD Sederajat 15.557 12,02 16.836 13,54 32.393 12,77 SLTP Sederajat 17.683 13,67 17.702 14,24 35.385 13,95 SLTA Sederajat 34.699 26,82 30.093 24,21 64.792 25,54 Diploma III 1.177 0,91 2.221 1,79 3.398 1,34 Akademi Diploma IIISARMUD 2.338 1,81 2.986 2,40 5.324 2,10 Diploma IV Sastra I 11.209 8,66 10.595 8,52 21.804 8,59 Strata II 1.474 1,14 943 0,76 2.417 0,95 Strata III 119 0,09 52 0,04 171 0,07 Jumlah 129.387 100,00 124.325 100,00 253.712 100,00 Jenjang Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, diolah 37 Namun ada hal yang cukup menarik, pada jenjang pendidikan setingkat Diploma I, II dan IIISarjana Muda proporsi penduduk perempuan 4,19 persen yang menamatkan jenjang tersebut jauh lebih besar dari penduduk laki-laki 2,72 persen. Hal ini menggambarkan bahwa ada lebih banyak penduduk perempuan di Kota Palangka Raya yang menyelesaikan jenjang pendidikannya hanya sampai setingkat Diploma I, II dan IIISarjana Muda saja, sedangkan penduduk laki-laki lebih banyak yang meneruskan jenjang pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi lagi, terlihat dari jenjang pendidikan Diploma IVStrata I ke atas proporsi penduduk laki-laki lebih besar dari penduduk perempuan. Kondisi juga menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan, semakin sedikit perempuan yang berhasil menamatkan pendidikannya. Hal ini sama dengan gambaran pendidikan nasional, dimana angka melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan perempuan lebih rendah dibanding laki-laki, terutama pada kelompok penduduk miskin. Pemerintah Kota Palangka Raya perlu memperhatikan kondisi di atas mengingat bahwa era globalisasi sebentar lagi akan berlangsung, ASEAN Free Trade Area AFTA akan segera berlaku pada bulan Desember 2015 ini, yang artinya pasar bebas setingkat ASEAN akan terbuka termasuk pasar tenaga kerjanya. Peningkatan pendidikan vocasional, akses ke pendidikan terutama untuk penduduk miskin, perlu dilakukan mengingat bahwa sebagian besar peluang kerja membutuhkan tenaga terdidik yang memiliki ketrampilan khusus.

2. Komposisi Penduduk Menurut Agama