Pembagian Akad
5. Pembagian Akad
Pembagian akad berdasarkan ada tidaknya keuntungan yang diambil dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Akad tabarru’ (kontrak transaksi untuk kebajikan)
Akad tabarru‟ adalah perjanjian atau kontrak yang tidak mencari keuntungan materiil. Akad ini digunakan untuk transaksi yang sifatnya tolong menolong tanpa mengharapkan adanya keuntungan materiil dari pihak-pihak yang melakukan perikatan. Akan tetapi dalam transaksi ini diperbolehkan untuk memungut biaya transaksi yang akan habis digunakan dalam pengelolaan transaksi tabarru‟ tersebut. Objek dari akad ini biasanya adalah sesuatu yang diberikan atau dipinjamkan, yakni sebagai berikut:
- Akad Qardh, Qard bermakna pinjaman sedang al-hasan berarti baik. Maka Qardul Hasan merupakan suatu akad perjanjian qard yang berorientasi sosial untuk membantu meringankan beban seseorang yang membutuhkan pertolongan. Qardul Hasan atau benevolent adalah suatu akad perjanjian pinjaman lunak diberikn atas dasar kewajiban sosial semata, dengan dasar taa‘wun (tolong - Akad Qardh, Qard bermakna pinjaman sedang al-hasan berarti baik. Maka Qardul Hasan merupakan suatu akad perjanjian qard yang berorientasi sosial untuk membantu meringankan beban seseorang yang membutuhkan pertolongan. Qardul Hasan atau benevolent adalah suatu akad perjanjian pinjaman lunak diberikn atas dasar kewajiban sosial semata, dengan dasar taa‘wun (tolong
1. pihak peminjam (muqtaridh)
2. pihak pemberi pinjaman (muqridh)
3. dana (qardh)
4. ijab qabul (sighat)
- Akad Rahn, Gadai (rahn) menurut pengertian terminologi (istilah) terdapat beberapa pendapat, diantaranya menurut Sayyid Sabiq, Rahn adalah menyandera sejumlah harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil kembali sebagai tebusan . Menurut Muhammad Syafi‘i Antonio, Rahn (Gadai) adalah menahan salah satu harta milik
sipeminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis, dengan demikian pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Rukun Ar-Rahn :
1. pihak penggadai (raahin)
2. pihak penerima gadai (murtahin)
3. objek gadai (marhun)
4. hutang (marhun bih)
5. ijab qabul (sighat)
- Akad Hawalah, Dalam enseklopedi Perbankan Syari‘ah Hawalah bisa disebut juga Hiwalah yang berarti intiqal
(perpindahan), pengalihan, atau perubahan sesuatu atau memikul sesuatu di atas pundak. Menurut istilah Hawalah diartikan sebagai pemindahan utang dari tanggungan penerima utang (ashil) kepada tannggugan yang bertanggujawab (mushal alih) dengan cara adanya penguat. Atau dengan kata lain adalah pemindahan hak atau kewajiban yang dilakukan seseorang (pihak pertama) yang sudah tidak sanggup lagi untuk membayarnya kepada pihak kedua yang memiliki kemampuan untuk mengambil alih atau untuk menuntut pembayaran utang dari/atau membayar utang kepada pihak ketiga. Rukun Hawalah :
1. pihak yang berutang (muhil)
2. pihak yang berpiutang (muhal)
3. pihak yang berutang dan berkewajiban membayar utang kepada muhal (muhal‟alaih)
4. utang muhil kepada muhal (muhal bih)
5. utang muhal alaih kepada muhil
6. ijab qabul (sighat)
- Akad Wakalah, Al-Wakalah menurut bahasa Arab dapat dipahami sebagai at-Tafwidh. Yang dimaksudkan adalah bentuk penyerahan, pendelagasian atau pemberian mandat dari seseorang kepada orang lain yang dipercayainya. Yang dimaksudkan dalam pembahasan ini wakalah yang merupakan salah salah satu jenis akad yakni pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal-hal yang diwakilkan.
Agama Islam mensyari‘atkan al-wakalah karena manusia membutuhkannya. Hal ini karena tidak setiap orang mempunyai kemampuan atau kesempatan untuk menyelesaikan urusannya sendiri,
terkadang suatu kesempatan seseorang perlu mendelegasikan suatu pekerjaan/urusan pribadinya terkadang suatu kesempatan seseorang perlu mendelegasikan suatu pekerjaan/urusan pribadinya
...Maka suruhlah salah seorang diantara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makakan yang lebih baik Dan bawalah sebagian makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan jangan sekali-kali menceritakan halmu kepada s iapapun”. Dalam ayat ini dilukiskan perginya salah seorang dari ash-habul kahfi yang bertindak untuk dan atas nama rekan-rekannya sebagai wakil mereka dalam memilih dan membeli makanan. Selain itu dalam ayat 55 urat Yusuf disebutkan yang terjemahannya : ―Dia (Yusuf) berkata ―Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir) karena aku sesungguhnya orang yang pandai menjaga dan berpengetahuan”.
Dalam konteks ini nabi Yusuf siap untuk menjadi wakil dan pengemban amanah menjaga. Federal Rserve ― negeri Mesir. Disamping ayat al- Qur‘an ada juga hadits Nabi Muhammad SAW riwayat Imam Malik terdapat dalam kitab Al-Muawaththa yang artinya : “Bahwasanya Rasulullah SAW mewakilkan kepada Abu Rafii dan seorang Anshar untuk
mewakilinya mengawini Maimunah binti Harits . Dalam kehidupan sehari-hari Rasulullah saw telah mewakilkan kepada orang lain untuk berbagai urusan, seperti membayar utang, penetapan had dan membayarnya, pengurusan unta, membagi kandang hewan dan lain-lain. Oleh karena itulah para ulama sepakat bahwa dalil kebolehan wakalah juga didasarkan dengan ijma ulama dan bahkan ada ulama yang sampai mensunnahkannya dengan alasan karena hal tersebut termasuk jenis ta‘awun atau bentuk tolong menolong atas dasar kebaikan. Aplikasi wakalah dalam konteks akad tabarru dalam perba nkan Syari‘ah berbentuk jasa pelayanan, dimana Bank Syari‘ah memberikan jasa wakalah, sebagai wakil dari nasabah sebagai
pemberi kuasa (muwakil) untuk melakukan sesuatu (taukil). Dalam hal ini Bank akan mendapatkan upah atau biaya administrasi atas jasanya tersebut. Sebagai contoh bank dapat menjadi wakil untuk melakukan pembayaran tagihan listrik atau telpon kepada perusahaan listrik atau perusahaan telpon.
Rukun Wakalah :
1. pihak pemberi kuasa (muwakkil)
2. pihak penerima kuasa (wakil)
3. objek yang dikuasakan (taukil)
4. ijab qabul (sighat)
- Akad Wadi‟ah, Wadi‟ah adalah titipan murni dari satu pihak ke pihak lainnya baik individu maupun badan hukum
yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si pemberi titipan menghendaki. Jenis wadi‘ah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a) Wadi‟ah yad al-amanah, adalah akad penitipan barang atau uang dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan menggunakan barang atau uang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan disebabkan oleh kelalaian si penerima titipan.
b) Wadi‟ah yad adh-dhamanah, adalah akad penitipan barang atau uang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik barang atau uang, dapat memanfaatkan titipan tersebut dan bertanggung jawab atas semua yang terjadi atas terhadap titipan tersebut. Semua manfaat yang diperoleh menjadi hak penerima titipan. Rukun Wadi‟ah :
1. barang atau uang yang dititipkan ( wadi‟ah)
2. pemilik barang atau uang ( muwaddi‟)
3. pihak yang menyimpan atau menerima titipan ( mustawda‟)
4. ijab qabul (sighat)
- Akad Kafalah, Pengertian kafalah menurut bahasa berati al-dhaman (jaminan), hamalah (beban) dan za‟amah (tanggungan). Sedangkan menurut istilah adalah akad pemberian jaminan yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak lain, dimana pemberi jaminan (kaafil) bertanggungjawab atas pembayaran kembali suatu utang yang menjadi hak penerima jaminan (makful). Dalam pengertian lain, kafalah juga berti mengalihkan tanggungjawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.
Dasar disyari‘atkan kafalah Firman Allah dalam surat Yusuf ayat 72: yang terjemahannya adalah : ― Kami kehilangan alat takar dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makan an seberat beban unta, dan aku jamin itu “ Dalam tersebut kata Za‟im yang berarti penjamin, dalam kaitan cerita nabi Yusuf AS ini gharim atau orang yang bertanggung jawab atas pembayaran. Rukun Kafalah :
1. pihak penjamin (kaafil)
2. pihak yang dijamin (makful)
3. objek penjaminan (makful alaih)
4. ijab qabul (sighat)
- Akad Wakaf, Wakaf adalah jika salah satu pihak memberikan suatu objek yang berbentuk uang atau barang tanpa disertai dengan kewajiban untuk mengembalikannya.
5.2 Akad tijarah (kontrak untuk transaksi yang berorientasi laba) Tujuan dari transaksi ini adalah untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan melalui kegiatan-kegiatan ekonomi. Institusi yang melaksanakan kegiatan ini bisa institusi swasta murni atau pemerintah yang berciri swas ta. Sifat dasar transaksi dan kontrak ini didalam ekonomi syari‘ah dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu :
a. Transaksi/kontrak yang secara alamiah mengandung kepastian Transaksi/kontrak ini adalah suatu jenis transaksi/kontrak dalam usaha yang memiliki kepastian keuntungan dan pendapatannya baik dari segi jumlah dan waktu penyerahannya. Ada dua hal penting yang terlibat didalam transaksi ini, yaitu :
1. Objek pertukaran Objek ini terdiri dari dua macam yaitu sebagai berikut - „Ayn (harta nyata), berupa barang dan jasa seperti tanah, bangunan, mobil, peralatan, jasa parkir, jasa karyawan, dan sebagainya. - Dayn (harta keuangan), berupa harta yang memiliki nilai finansial seperti uang dan surat berharga.
2. Waktu pertukaran Waktu pertukaran juga terdiri dari dua macam, yaitu : - Naqdan (penyerahan segera), adalah situasi pertukaran yang waktu penyerahannya dilakukan secara tunai atau pada saat sekarang (present) - Ghairu Naqdan (penyerahan ditangguhkan), adalah situasi pertukaran dimana waktu pertukarannya dilakukan dimasa akan datang atau ditangguhkan (deferred).
Jenis-jenis transaksi yang mengandung kepastian dalam perekonomian islam meliputi sebagai berikut :
1. Akad bai‟ (akad jual beli)
Bai‟ adalah transaksi pertukaran antara „ayn dengan dayn. Dalam transaksi ini penjual telah memasukkan unsur laba ke harga jualnya dan secara syariat tidak harus memberitahukan kepada
pebeli tentang besarnya laba tersebut. Rukun Bai‟ :
1. penjual (bai‟)
2. pembeli (musytari‟)
3. barang/objek (mabi‟)
4. harga (tsaman)
5. ijab qabul (sighat) Bai‟ secara umum terbagi menjadi tiga jenis, yaitu :
- Bai‟ al-murahabah Adalah jual beli dimana si penjual menyatakan dengan terbuka kepada si pembeli mengenai tingkat keuntungan yang diambilnya. Pada transaksi ini, penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi terjadi sedangkan pembayarannya dapat dilakukan secara tunai, ditangguhkan atau dicicil.
- Bai‘ Muajjal Adalah transaksi jual beli dimana barang diserahkan di awal periode, sedangkan uang dapat diserahkan pada periode selanjutnya. Pembayaran ini dapat dilakukan secara cicilan selama periode utang, disebut taqsith atau dapat juga dilakukan sekaligus (lump-sum) di akhir periode disebut muajjal.
- Bai‟ as-salam Adalah transaksi jual beli suatu barang tertentu dimana harga jualnya terdiri dari harga pokok barang ditambah keuntungan yang telah disepakati, waktu penyerahan barang dilakukan dimasa akan datang (ditangguhkan) sedangkan pembayarannya dilakukan dimuka (secara tunai).
- Bai‟ al-istishna‟ Adalah akad salam yang pembayaran atas barangnya dilakukan secara cicilan dalama periode pembiayaan. Isthisna adalah bentuk lawan dari tasqsith.
2. Ijarah dan Ijarah Muntahiyah bitamliik Ijarah adalah transaksi sewa menyewa suatu aset. Selain itu juga dapat didefinisikan sebagai akad pemindahan hak guna atau manfaat atas barang dan jasa melalui upah sewa tanpa diikuti oleh pemindahan hak kepemilikan atas barang dan jasa tersebut. Ijarah Muntahiyah bitamliik adalah transaksi ijarah yang diikuti dengan proses perpindahan hak
kepemilikan atas barang tersebut. Proses perpindahan dalam transaksi ini dapat dilakukan dengan cara Hibah atau janji untuk menjual. Transaksi ini merupakan pengembangan dari transaksi ijarah.
b. Transaksi/kontrak yang secara alamiah mengandung ketidakpastian Kontrak atas transaksi yang secara alamiah mengandung ketidakpastian merupakan bagian dari akad tijarah, yaitu akad transaksi yang bertujuan mencari keuntungan. Transaksi ini merupakan campuran antara objek „ayn dan dayn atau perkongsian antara dua belah pihak atau lebih (asy- syirkah ). Secara umu m ada dua jenis syirkah dalam ekonomi syari‘ah, yaitu sebagai berikut :
1. Musyarakah Dalam akad muamalah yang bersifat bagi hasil ini terdiri al musyarokah, al mudhorobah, dan al musaqoh. Yang paling banyak digunakan oleh perbankan islam untuk pembiayaan usaha produktif adalah al musyarokah dan al mudhorobah. Sedangkan al muzara'ah dan al musaqoh biasanya digunakan untuk pertanian oleh bank islam. Al musyarokah adalah suatu akad dimana terjadi kesepakatan antara dua orang atau lebih untuk saling menyertakan modalnya dalam suatu usaha. Dan mereka saling berbagi keuntungan 1. Musyarakah Dalam akad muamalah yang bersifat bagi hasil ini terdiri al musyarokah, al mudhorobah, dan al musaqoh. Yang paling banyak digunakan oleh perbankan islam untuk pembiayaan usaha produktif adalah al musyarokah dan al mudhorobah. Sedangkan al muzara'ah dan al musaqoh biasanya digunakan untuk pertanian oleh bank islam. Al musyarokah adalah suatu akad dimana terjadi kesepakatan antara dua orang atau lebih untuk saling menyertakan modalnya dalam suatu usaha. Dan mereka saling berbagi keuntungan
Landasan Syariah dari akad ini adalah:
a. Alqur'an Surat an nisa 12
―.. maka mereka berserikat pada sepertiga..‖ Surat as shaad ayat 24
―dan sesungguhnya kebanyakan dari orang – orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat kepada sebagian yang lain kecuali orang – orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh.‖
b. Al hadits dari Abu Hurairah Rosulullah saw bersabda ―sesungguhnya Allah swt berfirman, Aku pihak
ketiga dari dua orang yang berserikat salama salah satunya tidak menghianati lainnya‖. (HR Abu Dawud No 2936 dalam kitab Al Bayu, dan Hakim)
c. Ijma' Ibnu Qudamah dalam kitabnya Al Mughni, telah berkata, kaum muslimin telah berkonsensus terhadap legitimasi musyarokah secara global walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa element darinya.
Rukun akad ini adalah :
1. Pihak yang berserikat
2. Modal
3. Aqad / ijab Kabul
4. Nisbah keuntungan
Jenis-Jenis Al Musyarokah
1. Al musyarokah kepemilikan jenis musyarokah ini terjadi karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya, yang menyebabkan terjadinya pembagian atas aset terhadap dua orang atau lebih.
2. Musyarokah Akad Jenis Musyarokah ini merupakan kesepakatan antara dua orang atau lebih bahwa setiap orang memberikan dananya, dan terjadi kesepakatan pula dalam berbagi keuntungan serta kerugian yang mungkin terjadi dalam perjalanan usaha. Al Musyarokah akad ini dibagi atas :
a. Syirkah Al 'Inan Yaitu merupakan kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dana dan berpartisipasi dalam kerja. Dan saling berbagi keuntungan dan kerugian yang dapat. Akan tetapi porsi masing-masing pihak baik dalam dana maupun kerja / bagi hasil tidak harus sama dan identik sesuai dengan kesepakatan mereka.
b. Syirkah Mufawadah yaitu merupakan kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan porsi dana dan berpartisipasi. Ini hampir sama dengan Syirkah Al 'Inan, namun syirkah jenis ini mempunyai syarat utama yaitu kesamaan dana yang diberikan, kerja, tanggung jawab dan beban utang dibagi oleh masing-masing pihak.
c. Syirkah A'maal syirkah jenis ini adalah kontrak kerjasama dua orang seprofesi untuk menerima pekerjaan dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu. Misalnya kerjasama dua orang arsitek untuk mengerjakan sebuah proyek. Jenis ini kadang-kadang disebut Musyarokah Abdan atau Sanaa'i
d. Syirkah Wujuh
Syirkah Wujuh merupakan kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan pretise baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjualnya secara tunai. Mereka berbagi dalam keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang disediakan oleh tiap mitra. Jenis ini tidak memerlukan modal karena pembelian secara kredit berdasarkan pada jaminan tersebut. Karenanya, kontrak ini pun lazim disebut sebagai musyarokah piutang.
e. Syirkah Mudhorobah beberapa ulama' membahas mudharabah secara tersendiri dan memecahkannya dari bab syirkah. Oleh karenanya syirkah al mudhorobah ini dibahas dalam bagian lain.
Aplikasi akad ini dalam dunia perbankan adalah :
a. Pembiayaan Proyek Dalam aplikasi perbankan suatu proyek. Al musyarokah ini digunakan untuk membiayai suatu proyek. Dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana. Setelah proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati.
b. Modal Ventura Pada lembaga keuangan khusus dibolehkan melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan, al musyarokah diterapkan dalam skema modal ventura. Penanam modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan setelah itu bank melakukan divestasi atau menjual bagian sahamnya baik secara langsung maupun bertahap.
Manfaat dan resiko akad ini dalam dunia perbankan adalah :
a. manfaat
1. Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat.
2. Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan / hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread.
3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow / arus kas usaha nasabah
4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan.
5. Prinsip bagi hasil dalam musyarokah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap, dimiana bank akan menagih nasabah suatu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.
b. Risiko
1. Side Streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebutkan dalam kontrak
2. Lalai dan kesalahan yang disengaja
3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabah tidak jujur.
2. Al Mudhorobah Mudhorobah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya. Secara teknis shahibul maal 100% dana dan pihak lain menjadi pengelola. Mereka berbagi kekuntungan berdasarkan kesepakatan. Bila terjadi kerugian maka shohibul maal rugi dalam modal, dan pengelola rugi dalam tenaga waktu dan lainnya yang dicurahkan dalam menjalankan usaha tersebut.
Landasan syariah akad ini adalah :
a. Al Qur'an
Dalam surat Al Muzzamil ayat 20 ―... dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah swt‖
Dalam surat Al Jumuah ayat 10 ―Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah swt..‖
Dalam surat Al Baqoroh ayat 198 ―Tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia Tuhanmu..‖
b. Al Hadits Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Mutholibjika memberikan dana kemitra usahanya secara mudhorobah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut
kepada Rosulullah saw dan Rosulullah saw pun membolehkannya‖ (HR Thabrani) dari sh alih bin shuhaib ra bahwa Rosulullah saw bersabda ―tiga hal yang di dalamnya terdapat
keberatan: jual beli secara tangguh, muqorodhoh (mudhorobah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual 9HR Ibnu Majah n0 2280 kitab At Tijaroh)
c. Ijma‘ Imam Zuilai telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsesus terhadap legitimasi pengelohan harta yatim secara mudhorobah. Kesepakatan para sahabat ini sejalan dengan spirit hadits yang dikutib abu Zubaid.
Rukun dari akad ini adalah :
a. Pemodal (shohibul maal)
b. Pengelola (mudhorib)
c. Modal
d. Nisbah Keuntungan
e. Aqad / Ijab Kabul
Jenis – jenis Akad Al Mudharabah adalah :
a. Mudhorobah Muthlaqoh Mudhorobah jenis ini merupakan bentuk kerjasama yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, daerah bisnis, dan lain sebagainya. Dimana pengelola bebas menginvestasi dana tersebut kemana saja. b.Mudhorobah Nuqoyyadah Mudhorabah Muqoyyadah atau sering disebut dengan restricted mudhorobah atau specified mudhorobah. Hal ini karena mudhorobah jenis ini merupakan bentuk kerjasama yang dilakukan pembatasan atas jenis usaha, waktu, atau tempat usaha serta pembatasan lainnya yang diinginkan oleh shohibul maal.
Aplikasi akad ini dalam dunia perbankan adalah: Dalam aplikasi dalam dunia perbankan, terdapat bermacam aplikasi. Bila kita melihatnya dari sisi penghimpunan dana antara lain:
1. Tabungan berjangka
2. Deposito berjangka dan bila dilihat dari sisi pembiayaan antara lain:
1. Pembiayaan modal kerja
2. Investasi khusus
Manfaat dan resiko akad ini adalah : Manfaat
1. Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat.
2. Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan / hasil usaha, sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread.
3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow nasabah
4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan.
5. Prinsip bagi hasil dalam musyarokah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap, dimana bank akan menagih nasabah suatu jumlah berapapun keuntungan yang dihasilkan bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi. Risiko
1. Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut kontrak.
2. Lalai dan kesalahan yang disengaja.
3. Panyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabah tidak jujur.
3. Muzaro‘ah Al muzaro'ah adalah bentuk kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, dimana pemilik pertanian memberikan lahan kepada si peggarap untuk ditanami dan diperlihara dengan imbalan bagian tertentu dari hasil penen. Al muzaro'ah seringkali diidentikkan dengan mukhorobah. Diantara keduanya terdapat perbedaan: muzaro'ah : benih dari pemilik lahan mukhorobah : benih dari penggarap
Landasan syariah akad ini adalah :
a. Al hadits Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rosulullah pernah memberikan tanah khaibar kepada penduduknya untuk digarap dengan imbalan hasil buah-buahan dan tanaman Diriwayatkan oleh bukhari dari Jabir yang mengatakan bahwa, bangsa arab senantiasa mengolah tanahnya secara muzaro'ah dengan rasio 1/3 : 2/3, ¼ : ¾, ½ : ½, maka rosulullah pun bersabda
―hendaklah menanam atau menyerahkan untuk digarap, barangsiapa tidak melakukan salah satu dari keduanya tahanlah tanahnya.
b. Ijma' Bukhari mengatakan bahwa telah berkata Abu Ja'far, ―Tidak ada satu rumah pun di Madinah
kecuali penghuninya mengolah tanah secara muzaro'ah dengan pembagian hasil ¼ dan 1/3. Hal ini telah dilakukan oleh Sayyidina Ali, Saad bin Abi Waqosh, Ibnu Mas'ud, Umar bin Abdul Aziz, Qasim, Urwah, keluarga Abu Bakar dan Keluarga Ali.
Rukun akad ini adalah :
1. Pemilik lahan
2. Penggarap
3. Lahan
4. Nisbah keuntungan
5. Aqad / ijab kabul
4. Al Musaqoh Al Musaqoh merupakan bentuk yang paling sederhana dari muzaro'ah dimana si penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.
Landasan syariah akad ini adalah :
a. Al hadits Ibnu Umar berkata bahwa Rosulullah saw pernah memberikan tanah dan tanaman kurma di Khaibar kepada Yahudi Khaibar untuk dipelihara dengan mempergunakan peralatan dan dana mereka. Sebagai imbalan mereka memperoleh persentase tertentu dari hasil panen.
b. Ijma' Telah berkata au Ja'far Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abu Ibnu Thalib ra bahwa
Rosulullah saw telah menjadikan penduduk khaibar sebagai penggarap dan pemelihara atas dasar bagi hasil. Hal ini dilanjutkan oleh Abu Bakar, Umar, Ali, serta keluarga - keluarga mereka sampai hari ini dengan rasio 1/3, ¼. Semua telah dilakukan Khulafaur Rosyidin pada zaman pemerintahannya dan semua pihak telah mengetahuinya, tetapi tidak ada seorangpun menyanggahnya. Berarti ini adalah suatu ijma' sukuti (konsensus) dari umat.