68604764 Modul Ekonomi Islam Jilid 1 Edisi Revisi

Modul Ekonomi Islam Silver 1 (Edisi Revisi)

Penyusun : Ismail Saleh

( Manajemen 2008 )

Rizky Syahfandy

( Akuntansi 2008 )

Faqiatul Mariya Waharini

( Akuntansi 2008 )

Dosen Pembimbing : Siti Mutmainah

(Dosen FEB UNDIP)

Adityawarman

(Dosen FEB UNDIP)

Arif Pujiyono

(Dosen FEB UNDIP)

Cover : Indra Wahyu Pradana

( Akuntansi 2008 )

Penerbit : KSEI Mizan FEB UNDIP Sekretariat : Jln. Tlogo Sari no. 26 Kel. Bulusan Kec. Tembalang Selatan Blog ksei:www.kseiundip.blogspot.com, Blog kseirs: www.kseirsundip.wordpress.com FB: KSEIUNDIP, Twitter: @ksei, E-mail:kseimizan.feundip@gmailcom

Hak Cipta : Allah SWT

Kata Pengantar Presiden KSEI Mizan FEB UNDIP

Pertama-tama dan yang paling utama tak henti-hentinya marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia kenikmatan dan kebagaiaan kepada kita semua, terutama nikmat iman dan islam. Dengan kehendak-Nya, saat ini kita semua dapat menikmati sajian bacaan referensi ekonomi islam dalam bentuk buku ―Modul Ekonomi Islam Silver 1 (Edisi Revisi)‖. Kemudian tidak lupa, shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada tauladan umat manusia, pembawa cahaya ilahi, Nabi Besar Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir jaman.

Pada saat ini sudah mulai banyak buku-buku ekonomi islam yang diterbitkan. KSEI sebagai organisasi mahasiswa yang berfokus dalam pengkajian dan penelitian ekonomi islam merasa berkewajiban juga untuk berkontribusi secara riil dalam perkembangan ekonomi islam di Indonesia. Salah satu caranya adalah dengan membuat modul pembelajaran ekonomi islam. Modul ini merupakan edisi revisi pertama dari modul ekonomi islam terbitan tahun 2006. Modul ini sebenarnya lebih dikhususkan untuk buku pegangan teman-teman di KSEI Mizan FEB Undip dalam Halaqah Ekonomi Islam Silver 1. Namun tidak menutup kemungkinan juga untuk digunakan oleh kalangan diluar KSEI Mizan FEB Undip.

Dalam modul edisi revisi ini ada beberapa penambahan dan penghilangan bab. Bab yang ditambahnkan adalah Aqidah, syariah, dan akhlak dalam ekonomi islam, Akad dan Transaksi Dalam Ekonomi Islam, serta Identifikasi Transaksi Terlarang. Sedangkan bab yang dihilangkan adalah akuntasnis syariah yang menurut hemat kami lebih tepat dimasukkan pada materi modul ekonomi islam jilid 2 dan bab-bab yang menerangkan tentang berbagai macam akad kami ringkas menjadi satu dalam bab Akad dan Transaksi. Selain penambahan dan pengurangan bab, ada juga rangkuman, dan rubrik Do You Know ? yang kami adakan untuk semakin memudahkan dalam memahami teori serta praktek dari tiap bab.

Mudah-mudahan dengan membaca buku ini, teman-teman KSEI Mizan FEB Undip dapat semakin mudah dalam memahami ekonomi islam, dapat membantu dalam menyampaikan ekonomi islam ke masyarakat umum, dan yang paling penting dapat membantu dalam menerapkan kegiatan ekonomi islam di kehidupan sehari-hari.

Akhir kata, saya selaku Presiden KSEI Mizan FEB Undip periode 2010-2011 mengucapkan terima kasih kepada team revisi modul dan para dosen FEB UNDIP yang telah membantu dalam proses pembuatan modul ini. Selamat Membaca dan semoga bermanfaat.

Wassalamualaikum wr. Wb. Semarang, Agustus 2011

Presiden KSEI Mizan FEB Undip

Ismail Saleh

Daftar Isi

Hal 3 Kata Pengantar Presiden KSEI MIzan FEB Undip Hal 5 - 12 Aqidah, Syariah, dan Akhlak Dalam Ekonomi Islam Hal 13 - 27 Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Hal 28 - 33 Rancang Bangun Ekonomi Islam Hal 34 - 47 Kritik Islam Terhadap Sistem Ekonomi Kapitalis Hal 48 - 56 Harta dan Kepemilikan Dalam Islam Hal 57 - 63 Uang Dalam Ekonomi Islam Hal 64 - 80 Riba dan Bunga Hal 81 - 93 Akad dan Transaksi Dalam Ekonomi Islam Hal 94 - 99 Identifikasi Transaksi Terlarang Hal 100 Daftar Pustaka

BAB 1 AQIDAH, SYARIAH, DAN AKHLAK DALAM EKONOMI ISLAM

1. Pendahuluan

Saat membahas masalah ekonomi islam, ada dua domain yang harus dikaji secara mendalam. Domain pertama adalah yang berkaitan dengan Islam dan kedua adalah domain yang menjabarkan tentang ekonomi. Pada bab pertama ini, akan dibahas terlebih dahulu mengenai islam itu sendiri karena islam merupakan sumber dari ekonomi islam sehingga pembelajaran ekonomi Islam tidak dapat dilakukan secara parsial.

Islam secara umum dibagi menjadi 3 unsur pokok yaitu aqidah, syariah, dan akhlak (ikhsan). Dasarnya adalah hadits berikut ini : Pada suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) duduk-duduk bersama Rasulullah Saw. Lalu muncul di hadapan kami seorang yang berpakaian putih. Rambutnya hitam sekali dan tidak tampak tanda-tanda bekas perjalanan. Tidak seorangpun dari kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk menghadap Rasulullah Saw. Kedua kakinya menghempit kedua kaki Rasulullah, dari kedua telapak tangannya diletakkan di atas paha Rasulullah Saw, seraya berkata, “Ya Muhammad, beritahu aku tentang Islam.” Lalu Rasulullah Saw menjawab, “Islam ialah bersyahadat bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan mengerjakan haji apabila mampu.” Kemudian dia bertanya lagi, “Kini beritahu aku tentang iman.” Rasulullah Saw menjawab, “Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul- rasul- Nya, hari akhir dan beriman kepada Qodar baik dan buruknya.” Orang itu lantas berkata, “Benar. Kini beritahu aku tentang ihsan.” Rasulullah berkata, “Beribadah kepada Allah seolah-olah anda melihat-Nya walaupun anda tidak melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah melihat anda. Dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang Assa‟ah (azab kiamat).” Rasulullah menjawab, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.” Kemudian dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang tanda-tandanya.” Rasulullah menjawab, “Seorang budak wanita melahirkan nyonya besarnya. Orang-orang tanpa sandal, setengah telanjang, melarat dan penggembala unta masing-masing berlomba membangun gedung- gedung bertingkat.” Kemudian orang itu pergi menghilang dari pandangan mata. Lalu Rasulullah Saw bertanya kepada Umar, “Hai Umar, tahukah kamu siapa orang yang bertanya tadi?” Lalu aku (Umar) menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah Saw lantas berkata, “Itulah Jibril datang untuk mengajarkan agama kepada kalian.” (HR. Muslim).

Untuk ketiga unsur tersebut dibahas lebih rinci dalam bab ini.

2. Aqidah

Aqidah secara etimologi dari asal kata ‘aqada – ya‘qidu yang bermakna mengikat sesuatu. Jika seseorang mengatakan (aku ber‘itiqad begini) artinya saya mengikat hati dan dhamir

terhadap hal tersebut. Dengan demikian kata aqidah secara terminologi bermakna : sesuatu yang diyakini seseorang, diimani dan dibenarkan dengan hatinya baik hak ataupun batil.

Sedangkan makna aqidah ditinjau dari pengertian syariat Islam adalah beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab dan rasul-rasul-Nya beriman kepada hari akhir dan taqdir (ketentuan) Allah yang baik maupun buruk. Allah

artinya: ”Wahai orang-orang yang beriman, berimanlah kamu kepada Allah, Rasul-Nya dan kitab

berfirman

yang

yang diturunkan kepda Rasul-Nya dan kitab yang diturunkan sebelum itu, dan barangsiapa yang kufur kepada Allah, dan malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir benar- benar ia telah sesat dengan kesetan yang jauh.” (QS. An-Nisa‟ 136)

Konsekuensi seseorang memeluk Islam adalah menjadikan aqidah Islam sebagai standar berpikir dan standar berperilaku, terikat pula seluruh perbuatannya dengan hukum syaraâ atau syariâat Islam (hukum Islam). Dia juga memahami Islam sebagai agama yang dapat memecahkan seluruh problem kehidupan sehingga mempunyai keyakinan Islam merupakan sistem kehidupan, sebagai sebuah mabda (ideologi) yang menjadi way of life. Dia memahami Allah SWT sebagai pencipta alam semesta dan segala isinya, mengetahui segala sesuatu yang menimpa manusia di dunia sehingga hanya Allah-lah yang dapat memberikan solusinya (termasuk masalah –masalah ekonomi) yakni Islam. Hanya dengan mengikuti kehendak Allah SWT, maka manusia dapat selamat hidup di dunia dan akhirat.

2.1 Tujuan Hidup di Dunia

Tujuan hidup seorang muslim di dunia ini adalah beribadah kepada Allah dengan semata-mata mengharap keridhoaan-Nya.

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah- Ku.(QS. Adz Dzariyat: 56). Pengertian ibadah di sini adalah menyangkut seluruh aspek perbuatan manusia dalam rangka menjalankan perintah Allah dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Jadi ibadah tidak terbatas hanya pada ibadah yang sifatnya individu seperti shalat, puasa, zakat, haji, tetapi juga meliputi perbuatan-perbuatan mengajak orang kembali kepada Islam, upaya menegakkan syariat Islam, jihad, menjalin hubungan sesama manusia dengan berdasarkan aturan-aturan Islam.

2.2 Masuk ke dalam Islam Secara Kaffah

Orang yang mengaku Islam, harus meyakini Islam sebagai satu-satunya jalan yang memecahkan seluruh masalah kehidupan. Namun hal ini hanya bisa terjadi jika orang tersebut masuk ke dalam Islam secara kaffah (menyeluruh).

Allah SWT memperingatkan kepada kita semua: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaithan.Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagi kalian.• (QS. Al Baqarah: 208).

Jadi masuk ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan) merupakan hal mutlak yang harus dilakukan sebagai bukti keimanan kita kepada Allah SWT. Ibnu Katsir menyatakan bahwa semua orang beriman diperintahkan untuk melaksanakan seluruh cabang iman dan hukum-hukum Islam. Kita semua harus masuk ke dalam syariat Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW dan tidak boleh mengabaikan syariat walau sedikitpun.

Menurut Buya Hamka, syariat Islam harus diterapkan dalam setiap individu, masyarakat dan negara dan jangan sampai kita meyakini bahwa ada satu peraturan yang lebih baik dari syariat Islam (lihat Tafsir Al Azhar Djuzu).

Firman Allah: Maka demi Rabb-mu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) hakim (pemutus) terhadap perkara yang mereka

perselisihkan (QS. An Nisa: 65). Menurut ayat ini seseorang belum dianggap beriman jika belum menjadikan syariat Islam yang dibawa Nabi sebagai sistem hukum atau peraturan dalam kehidupan yang diterapkan bagi manusia. Allah juga menegaskan bahwa hanya Allah- lah yang berhak membuat dan menetapkan hukum bukannya manusia seperti yang berlaku dalam demokrasi ataupun sistem ekonomi kapitalis. (Hak untuk) menetapkan hukum itu (hanyalah) hak Allah (QS. Al Anam: 57).

2.3 Islam Satu-satunya Jalan Kebenaran

Allah telah menetapkan Islam sebagai satu-satunya jalan yang harus ditempuh dalam kehidupan ini, sehingga jalan selain Islam merupakan jalannya syaithan. Jadi sistem ekonomi lain seperti sistem ekonomi kapitalis dan sosialis sangat tidak dianjurkan untuk diikuti karena sudah jelas bertentangan dengan Islam. Ekonomi Islam adalah suatu konsep yang diidekan oleh Allah SWT sedangkan sistem ekonomi konvensional berasal dari ide dan study empiris dari manusia yang tingkat kebenarannya masih bersifat relatif.

2.4 Tinggalkan Pembangkangan terhadap Allah

Melaksanakan perintah Allah di bidang ibadah ritual yang sifatnya individu saja dan meninggalkan syariat Islam lainnya, sama saja menentang perintah Allah. Padahal jika hal tersebut dilakukan akan membawa konsekuensi yang berat dari sisi aqidah. Perkara aqidah merupakan perkara yang harus diyakini sepenuhnya. Apabila keyakinan dalam diri manusia kurang sedikit saja maka itu berdampak pada kekufuran.

Meyakini bahwa Islam tidak memiliki sistem yang mengatur kehidupan bernegara, politik, ekonomi, sosial, budaya, uqubat (sanksi), merupakan keyakinan yang sangat keliru. Keyakinan seperti ini sama saja dengan menganggap Islam sebagai agama yang tidak sempurna. Pemikiran seperti ini merupakan pemikiran yang sekuler yang bertentangan dengan Islam. Padahal Allah telah jelas menyebutkan dalam QS. Al Maidah ayat 3: Hari ini telah aku sempurnakan bagi kalian dien (agama, sistem hidup) kalian, dan telah Aku sempurnakan atas kalian nikmat-Ku, dan Aku meridhoi Islam sebagai dien kalian .

Allah menyebut orang yang tidak menjadikan Islam sebagai solusi atas seluruh aspek kehidupan dengan menjadikan sistem yang lain sebagai solusi, maka Allah menyebut orang tersebut sebagai orang yang kafir, zhalim, fasik. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang kafir. (QS. Al Maidah: 44).

3. Syariah

Syari‘at Islam adalah hukum-hukum (peraturan-peraturan) yang diturunkan Allah SWT untuk umat manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Aturan-aturan tersebut berupa Al-

Qur‘an dan Sunnah Nabi yang berwujud perkataan, perbuatan, dan ketetapan, atau pengesahan.

Syariah terdiri dari dua bagian besar. Pertama adalah ibadah mahdhah yang aturan dan pelaksanaannya secara rinci telah dijelaskan dalam Al Quran dan As Sunnah. Bagian kedua adalah muamallah, yang prinsip dasarnya telah diungkapkan dalam Al Quran dan As Sunnah. Sedangkan untuk implementasi dan pelaksanaanya diserahkan kepada ijtihad para ahli sesuai sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman.

Menurut Al- Ghazali: ―Tujuan dari Syariah adalah meningkatkan kesejahteraan seluruh manusia, yang terletak pada perlindungan keimanan (dien) mereka, manusia (nafs), akal mereka (aqal), keturunan mereka (nasl), dan kekayaan mereka (maal) .‖ Kelima hal di atas merupakan maqhasid syariah dan merupakan fokus dari semua upaya-upaya manusia termasuk kegiatan perekonomian.

Tujuan-tujuan syariat atau maqhasid syariah mengandung semua yang diperlukan manusia untuk merealisasikan falah dan hayatan thayyibah dalam batas-batas syariah. Imam Ghazali meletakkan iman pada urutan pertama karena dalam perspektif Islam iman adalah isi yang sangat penting bagi kebahagian manusia. Iman yang meletakkan hubungan-hubungan kemanusian pada fondasi yang benar dan memungkinkan umat manusia untuk berinteraksi satu sama lain dalam mencapai kebahagian bersama.

Keimanan seseorang cenderung mempengaruhi perilaku, gaya hidup, selera, preferensi manusia, sikap-sikap terhadap manusia, sumber daya, dan lingkungan. Selain itu, Keimanan seseorang cenderung mempengaruhi perilaku, gaya hidup, selera, preferensi manusia, sikap-sikap terhadap manusia, sumber daya, dan lingkungan. Selain itu,

Jiwa manusia, akal, dan keturunan berhubungan dengan manusia itu sendiri yang merupakan tujuan utama dari syariah yaitu kesejahteraan. Segala sesuatu yang diperlukan untuk memperkaya tiga tujuan tersebut adalah kebutuhan bagi semua umat manusia. Begitu pula bagi semua hal yang dapat menjamin kebutuhan primer, sekunder, dan tersier dari setiap umat manusia. Pemenuhan kebutuhan ini akan menjamin generasi sekarang dan yang akan datang dalam kedamaian, kenyamanan, sehat dan efisien serta mampu memberikan kontribusi baik bagi realisasi dan kelanggengan falah dan hayatan thayyibah.

Harta atau kekayaan berada dalam urutan terakhir karena harta bukanlah tujuan. Meskipun merupakan hal yang penting untuk merealisasikan kebahagian manusia, harta hanya berperan sebagai perantara. Harta tidak dapat mengantarkan pada tujuan-tujuan tersebut kecuali bila dialokasikan dan didistribusikan secara merata.

Seperti telah disebutkan, moral merupakan filter utama untuk menikmati kekayaan. Keimanan akan menimbulkan disiplin bagi manusia dalam hal mencari dan membelanjakan harta. Apabila harta atau kekayaan menjadi tujuan hidup, maka akan mengakibatkan ketidakmerataan, ketidakseimbangan, dan perusakan lingkungan. Pada akhirnya akan mengurangi kebahagian anggota masyarakat di masa sekarang maupun bagi generasi yang akan datang. Realisasi maqhasid menjadi mutlak bagi negara-negara muslim untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat baik di dunia maupun di akhirat.

Ekonomi Islam mempunyai maqhasid syariah, yang merupakan tujuan akhir dari sistem ekonomi Islam. Tujuan akhir adalah kesejahteraan yang melindungi keimanan (dien) mereka, manusia (nafs), akal mereka (aqal), keturunan mereka (nasl), dan kekayaan mereka (maal) . Maqhasid merupakan fokus dari segala kegiatan manusia, sehingga semua yang lakukan semata-mata uintuk merealisasikan maqhasid syariah.

4. Akhlak

4.1 Pengertian Akhlak

Menurut bahasa, akhlak berasal dari al-akhlaaku yaitu kata jama dari al-khuluqu yang berarti tabiat, kelakuan, perangai, tingkah laku, matuah, adat kebiasaan, bahkan bisa juga berarti agama itu sendiri. Sementara perkataan al-khalqu berarti kejadian, ciptaan, dan juga bermaksud kejadian yang indah dan baik.

Menurut istilah, akhlak berarti sifat yang tertanam di dalam diri yang dapat mengeluarkan sesuatu perbuatan dengan senang dan mudah tanpa pemikiran, penelitian dan paksaan.

Menurut Imam Ghazali akhlak adalah suatu keadaan yang tertanam di dalam jiwa yang menampilkan perbuatan-perbuatan dengan senang tanpa memerlukan pemikiran dan penelitian. Apabila perbuatan yang keluar itu baik dan terpuji menurut syara dan aqal, maka perbuatan itu dinamakan akhlak yang mulia. Sebaliknya apabila perbuatan yang buruk, maka dinamakan akhlak yang buruk.

Jadi, Suatu perbuatan baru dapat disebut sebagai cerminan akhlak, jika memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Diakukan berulang-ulang sehingga hamper menjadi suatu kebiasaan.

2. Timbul dengan sendirinya, tanpa pertimbangan yang lama dan dipikir-pikir terlebih dahulu.

4.2 Skop dan Ruang Lingkup Akhlak dalam Islam

Dalam hidup ini ada dua nilai yang menentukan perbuatan manusia yaitu nilai baik dan buruk (good and bad) serta benar dan salah (true and false). Penilaian ini berlaku dalam kehidupan manusia.

Apakah yang dimaksudkan dengan baik dan buruk, betul dan salah, benar dan palsu itu? Apakah alat pengukur yang menentukan sesuatu perbuatan itu baik atau buruk, betul atau salah, benar atau palsu? Persoalan-persoalan inilah yang akan dijawab oleh ilmu akhlak.

Setiap manusia memiliki tujuan hidup yang berbeda. Ada yang bertujuan mencari harta, kekuasaan, kemasyuran, maupun ilmu pengetahuan dan ada pula golongan yang memandang remeh terhadap kehidupan tersebut. Sebaliknya, ada pula yang bersifat zuhud di dunia, memadai dengan kehidupan yang sederhana, lebih menumpukan pada peningkatan rohaniyyah serta lebih mementingkan persoalan akhirat.

Perbedaan pandangan menyebabkan timbulnya beberapa aliran di dalam memahami akhlak. Semua pandangan ini apabila diteliti dengan saksama, tidak dapat dijadikan sebagai tujuan terakhir atau tertinggi yang seharusnya dicapai oleh manusia. Oleh sebab itu, di balik pandangan atau perbedaan tersebut seharusnya ada satu tujuan hakiki yang wajib dituntut oleh manusia.

Persoalan yang menjadi skop perbahasan ilmu akhlak, yaitu ilmu yang menerangkan tentang baik dan buruk, dan juga menerangkan sesuatu yang sepatutnya dilakukan oleh seseorang dalam perjalanan hidupnya di dunia ini. Ilmu tersebut mencoba menerangkan tujuan yang seharusnya dimiliki oleh semua manusia dan juga menggariskan jalan-jalan yang seharusnya dilalui dalam hidup ini.

Jadi fungsi akhlak adalah mengkaji dan meneliti aspek perilaku dan perbuatan manusia. Akhlak menilai dari segi baik atau buruknya perbuatan, perbuatan yang patut dan yang tidak patut dilakukan oleh seseorang.

Segala tindakan manusia yang dilakukan secara sadar dan dengan ikhtiar, serta adanya hubungan dengan Allah, sesama manusia, alam sekitar, dan dengan diri sendiri mengandung nilai akhlak. Selain itu, tindakan manusia yang sifatnya pribadi maupun bersifat social juga mengandung nilai akhlak

Jadi bidang akhlak itu hanya meliputi perilaku, perbuatan, dan tindakan manusia yang dilakukan dalam kondisi sebagai berikut:

a. Dilakukan dengan sedar dan niat.

b. Dilakukan dengan ikhtiar sendiri.

c. Melakukannya dengan sengaja, tidak dalam keadaan lupa atau bersalah.

4.3 Perbedaan antara Akhlak dan Moral

Akhlak sering disamakan dengan kesusilaan atau sopan santun. Bahkan agar kedengarannya lebih modern atau mendunia, akhlak sering diganti dengan kata moral atau etika. Penggantian itu sah-sah saja dilakukan, asalkan harus diketahui dan dipahami perbedaan istilah-istilah tersebut.

Menurut istilah, moral berasal dari bahasa latin moralis atau mores yaitu bentuk jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan, perbuatan, budi pekerti dan perangai. Dalam Dictionary of Education disebutkan bahwa moral adalah suatu istilah yang digunakan untuk menetukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk.

Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti kebiasaan. Dalam Ensiklopedi Pendidikan diterangkan bahwa etika adalah filsafat tentang nilai, kesusilaan tentang baik dan buruk. Kecuali mempelajari nilai-nilai, etika merupakan pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri.

Sebagai cabang filsafat yang mempelajari tingkah laku manusia untuk menentukan nialia perbuatan baik atau buruk, ukuran yang dipergunakannya adalah akal pikiran. Akal lah yang menentukan apakah perbuatan manusia itu baik atau buruk. Kalau moral dan etika Sebagai cabang filsafat yang mempelajari tingkah laku manusia untuk menentukan nialia perbuatan baik atau buruk, ukuran yang dipergunakannya adalah akal pikiran. Akal lah yang menentukan apakah perbuatan manusia itu baik atau buruk. Kalau moral dan etika

Akhlak Islami berbeda dengan moral dan etika. Perbedaannya dapat dilihat terutama dari sumber untuk menentukan yang baik mana yang buruk. Yang baik menurut akhlak adalah segala sesuatu yang berguna, yang sesuai dengan nilai dan norma agama, nilai dan norma yang terdapat dalam masyarakat, serta bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.Yang buruk adalah segala sesuatu yang tidak berguna, tidak sesuai dengan nilai dan norma agama, nilai dan norma masyarakat, dan merugikan masyarakat dan diri sendiri. Dalam Islam yang menentukan baik atau buruk suatu sikap, perilaku, atau perbuatan manusia di dalam agama islam adalah Al Qur ‘an dan As sunnah. Sedangkan yang menetukan perbuatan baik atau buruk dalam moral dan etika adalah adat istiadat dan pikiran manusia dalam masyarakat, pada suatu tempat, dan di suatu masa.

Dipandang dari sumbernya, akhlak Islami bersifat tetap dan berlaku untuk selama- lamanya, sedangkan moral dan etika berlaku selama masa tertentu di suatu tempat tertentu. Jadi akhlak Islam bersifat mutlak sedangkan moral dan etika bersifat relatif. Perbedaan pengertian ini harus dipahami agar dapat membedakan sifat dan isi akhlak, moral dan etika.

4.4 Akhlak Yang Agung

Bagi seorang Muslim, akhlak yang terbaik adalah seperti yang terdapat pada diri Nabi Muhammad SAW karena sifat yang terdapat pada beliau adalah sifat-sifat yang terpuji dan merupakan uswatun hasanah (tauladan) terbaik bagi seluruh kaum Muslimin. Allah SAW memuji akhlak Nabi Muhammad SAW di dalam Al-Quran: Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berakhlak agung. (Al-Qalam:4)

Dasar akhlak Islamiyyah terkandung di dalam risalah yang dibawa oleh Rasulullah. Risalah itu bersumberkan Al-Quran dan As-Sunnah yang dimanifestasikan oleh perbuatan dan cara hidup Rasulullah. Perilaku dan cara hidup Rasulullah itu menjadi tauladan untuk kesempurnaan hidup manusia baik jasmani maupun rohani.

Untuk mencapai tahap kesempurnaan pribadi yang mulia itu, Allah telah membekali manusia dengan naluri dan akal fikiran serta berbagai ilmu pengetahuan. Oleh karena kelemahan akal dan keterbatasan dalam menjangkau aspek alam, baik alam realiti maupun alam ghaib, Allah menurunkan Al Qur‘an sebagai hidayah mutlak untuk digunakan manusia dalam membina kehidupan dan tamadun serasi dengan nilai-nilai akhlak yang mulia. Di sinilah letaknya peranan risalah yang dibawa melalui Rasulullah yaitu untuk membentuk satu dasar akhlak yang mulia dan bersifat mutlak untuk keperluan seluruh manusia.

5. Do You Know ? Kejayaan Ekonomi Pada Masa Khilafah Islamiyah

Oleh : KH. M. Shiddiq al-Jawi

Pada kesempatan ini akan disajikan "potret" dicatat dengan baik menggunakan tinta emas kejayaan ekonomi pada masa Khilafah dalam lembaran sejarah. Islamiyah yang telah lalu. Salah satu fragmen Namun sebelumnya perlu ditandaskan, bahwa sejarah yang gemilang perlu diketahui, yaitu keberhasilan ekonomi Islam itu tidak muncul pada masa Khalifah Umar bin Khaththab (13- secara kebetulan atau tanpa syarat, melainkan

23 H/634-644 M). Tujuannya agar kita lebih ada syarat mutlaknya. Ekonomi Islam hanya menyadari

Islam akan mungkin berhasil jika diterapkan dalam sesungguhnya bukan konsep baru sama sekali masyarakat Islam yang menerapkan Islam apalagi utopia, melainkan sebuah konsep secara menyeluruh (kaffah), baik di bidang praktis yang prestasi dan kesuksesannya telah ekonomi itu sendiri maupun di bidang-bidang

bahwa

ekonomi

lainnya seperti politik, sosial, pendidikan, lainnya seperti politik, sosial, pendidikan,

pemilah-milahan ajaran tahun ketiga, Muadz mengirimkan semua sebagaimana dogma sekularisme yang kufur, hasil zakat yang dipungutnya, yang juga di mana sebagian sistem Islam diamalkan dan dikembalikan Umar. Muadz berkata,"Saya sebagian lainnya dibuang ke tong sampah tidak menjumpai seorang pun yang berhak peradaban.

menerima bagian zakat yang saya pungut." Maka jika ekonomi Islam diterapkan secara (Al-Qaradhawi, 1995) sepotong-sepotong dalam masyarakat yang Meski rakyatnya sejahtera, Umar tetap hidup menganut konsep ekonomi kafir dari sederhana. Umar mendapatkan tunjangan penjajah, yakni kapitalisme, ia tidak mungkin ( ta‟widh) dari Baitul Mal sebesar 16.000 efektif. Allah SWT memerintahkan kita untuk dirham (setara Rp 200 juta) per tahun, atau menghormati persyaratan mutlak ini, yakni hanya sekitar Rp 17 juta per bulan penerapan Islam secara komprehensif, sesuai (Muhammad, 2002). Ini berkebalikan dengan firman Allah SWT :

sistem kapitalisme-demokrasi sekarang, yang "Hai orang-orang yang beriman, masuklah membolehkan penguasa berfoya-foya -- kamu

secara dengan uang rakyat-- padahal pada waktu keseluruhannya..." (QS Al-Baqarah [2] : yang sama banyak sekali rakyat yang melarat 208 )

ke dalam

Islam

dan bahkan sekarat.

Masa Khalifah Umar bin Khaththab

Subhanallah! Betapa indahnya kisah di atas. Pada era pemerintahan Khalifah Umar bin Bayangkan, dalam beberapa tahun saja, Khaththab selama 10 tahun, di berbagai sistem ekonomi Islam yang adil telah berhasil wilayah (propinsi) yang menerapkan islam meraih keberhasilan yang fantastis. Dan dengan baik, kaum muslimin menikmati jangan salah, keadilan ini tidak hanya berlaku kemakmuran

dan kesejahteraan. untuk rakyat yang muslim, tapi juga untuk Kesejehteraan merata ke segenap penjuru.

yang non-muslim. Sebab keadilan adalah Buktinya, tidak ditemukan seorang miskin untuk semua, tak ada diskriminasi atas dasar pun oleh Muadz bin Jabal di wilayah Yaman. agama. Suatu saat Umar sedang dalam Muadz adalah staf Rasulullah SAW yang perjalanan menuju

Damaskus. Umar diutus untuk memungut zakat di Yaman. berpapasan dengan orang Nashrani yang Pada masa Khalifah Abu Bakar dan Umar, menderita penyakit kaki gajah. Keadaannya Muadz terus bertugas di sana. Abu Ubaid teramat menyedihkan. Umar pun kemudian menuturkan dalam kitabnya Al-Amwal hal. memerintahkan

pegawainya untuk 596, bahwa Muadz pada masa Umar pernah memberinya dana yang diambil dari hasil mengirimkan hasil zakat yang dipungutnya di pengumpulan shadaqah dan juga makanan Yaman kepada Umar di Madinah, karena yang diambil dari perbekalan para Muadz tidak menjumpai orang yang berhak pegawainya

(Karim, 2001). menerima zakat di Yaman. Namun, Umar Sumber:http://khilafah1924.org/index.php?op mengembalikannya. Ketika kemudian Muadz tion=com_content&task=view&id=340&Item mengirimkan sepertiga hasil zakat itu, Umar id=47 kembali menolaknya dan berkata, "Saya tidak mengutusmu sebagai kolektor upeti, tetapi saya mengutusmu untuk memungut zakat dari orang-orang kaya di sana dan membagikannya kepada kaum miskin dari kalangan mereka juga." Muadz menjawab,"Kalau saya menjumpai orang miskin di sana, tentu saya tidak akan

mengirimkan apa pun kepadamu."

6. Rangkuman

Secara umum, ajaran islam memiliki tiga komponen pokok, yaitu aqidah, syariah, dan akhlak. Aqidah berkaitan dengan keyakinan, keimanan, dan paradigma berpikir yang akan menentukan visi dan misi hidup untuk senantiasa berbuat dan bertindak sejalan dengan ketentuan Allah SWT dalam semua dimensi kehidupan. Syariah berkaitan dengan implementasi dan pelaksanaan ajaran islam dalam rangka menata kekuatan hubungan dengan Allah SWT secara vertical dan penguatan hubungan sesama manusia secara horizontal. Syariah terdiri dari dua bagian besar, yaitu ibadah mahdhah, yang

atran elaksanaannya secara rinci telah dijelaskan dalam Al Quran dan As Sunnah, serta muamallah, yang prinsip dasarnya diungkapkan dalam Al Quran dan As Sunnah, sedangkan implementasi dan pelaksanaanya diserahkan kepada ijtihad para ahli sesuai sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman. Kegiatan ekonomi adalah bagian dari muamallah. Sedangkan akhlak adalah hasil perpaduan antara aqidah dan syariah di atas dalam bentuk perilaku yang indah yang dapat sinikmati oleh siapapun juga. Akhlak inilah yang melahirkan rahmatan lil alamin. Ketiga Unsur ajaran islam diatas merupakan sebuah kesatuan yang tidak terpisahkan. Dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan, ibarat sebatang pohon yang terdiri dari akar, batang tubuh dan daun serta buah. Islam tidak mengenal pemisahan antara satu bagian dengan bagian lainnya. Karena itu, ekonomi islam tidak dapat dipisahkan dari aqidah, syariah, dan akhlak islam. Ia bukanlah semata-mata transaksi bisnis yang bebas dari unsur aqidah, syariah dan akhlak islam. Ia adalah sebuah system dan ilmu yang dibangun di atas unsure pokok ajaran islam.

7. Pertanyaan

1. Islam, Sosialisme, dan Kapitalisme adalah sebuah ideology. Apa arti dari ideology ?

2. Apa sajakah pengaruh ideology bagi kehidupan individu dan bagi kehidupan bermasyarakat serta bernegara ? tunjukkan perbedaan pengaruhnya !

3. Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di Dunia namun masih banyak praktek-praktek keseharian masyarakat yang tidak sesuai dengan syariat islam. Mengapa fenomena tersebut bisa terjadi ?

4. Apakah ideology pancasila sudah sesuai dengan syariat islam ? jelaskan !

5. Apakah ideology islam suatu saat nanti dapat diterapkan secara menyeluruh di negeri ini ? jelaskan !

BAB 2 SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM

1. Pendahuluan

Islamic econimic is not capitalism minus interest. Islamic economic is not sosialism minus free enterprise. But islamic economic should stand on its own feets. Ekonomi Islam itu punya landasan yang jelas dan bukti –bukti sejarah yang kuat. Peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar pemikiran ekonomi islam terjadi pada saat masa keemasannya. Pada saat yang bersamaan dunia barat sedang mengalami krisis ilmu ekonomi sehingga berlangsung 500 tahun dan disebut the Dark Ages atau masa kegelapan. Namun masa tersebut tidak diakui oleh peradaban barat.

Patut diketahui bahwa pemikiran – pemikiran tentang ekonomi Islam muncul sebelum bapak ilmu ekonomi Adam Smith membuat buku yang berjudul The wealth of nations. Bahkan dalam bukunya tersebut ia mengakui bahwa perekonomian yang paling maju adalah perekonomian bangsa Arab, yaitu perekonomian yang dipimpin oleh Muhammed and His Immediiate Successcor atau lebih lebih tepat nya Rosulloh SAW dan Khulafaur Rosyidin. Dan perlu diketahui pula bahwa dalam menulis bukunya itu Adam Smith banyak merujuk pada kitab Al Amwal karangan Abu Ubayd. The Wealth of Nation itu sendiri asalnya dari kata – kata Al Amwal yang artinya kesejahteraan. Waktu penulisan buku itu adalah tahun 1776 pada saat ini Adam Smith sedang menjadi atase perdagangan yang melaksanakan tugasnya di perancis di mana banyak beredar buku – buku terjemahan karya Ronom Muslim.

Hal di atas adalah salah satu bukti bahwa keberadaan ekonomi Islam lebih dahulu ada daripada ekonomi konvensional. Selain itu ada bukti-bukti yang kuat antara lain ditemukannya sebuah tulisan dari sebuah buku di perpustakaan Hardvard University yang menceritakan bahwa pada tahun 774 M, Raja Offa yang berkuasa di Inggris ketika itu mencetak koin emas yang merupakan jiplakan dari dinar Islam. Dalam jiplakan tersebut dibubuhi tulisan arab berupa syahadat dan salinan ayat Al quran tentang kerasulan Muhammad saw, tetapi disisi lain koin emas tersebut juga dibubuhi salib dan Offa Bex. Hal ini menunujukkan bahwa dinar Islam saat itu merupakan mata uang terkenal di dunia. Selain itu perekonomian umat Islam jauh lebih maju dibandingkan dengan perekonmian di Eropa saat itu dan juga menunujukkan bahwa perdagangan internasional yang dilakukan para pedagang Islam menjangkau sampai ke Eropa Utara.

Bukti lain adalah adanya praktik-praktik ekonomi pada zaman Rosululloh dan Khulafaur Rosyidin. Kebijakan moneter dan fiskal sudah dijalankan pada masa itu dan tentu saja berdasarkan nilai-nilai keislaman. Selain itu adanya praktik perbankan pada zaman abbasiyah walaupun masih dilakukan secara perorangan. Praktik ekonomi Islam mulai berkembang pada zaman Muawiyah II (661-680 M), pada masa itu sudah dikenal adanya sakk (cek) sebagai media pembayaran. Bahkan peranan bankir telah meliputi tiga aspek yakni menerima deposit, menyalurkan dan mentransfer uang.

2. Mutiara Ilmu itu Perlahan Mulai Kembali

Para ekonom muslim mengetahui bahwa mereka banyak membaca dan dipengaruhi tulisan-tulisan Aristoteles sebagai filsuf yang banyak menulis masalah ekonomi. Namun mereka tetap menjadikan Al Qur'an dan hadits sebagai rujukan utama dalam menulis teori- teori ekonomi.

Pencurian ilmu oleh pemikir-pemikir barat dimulai dari Santa Thomas. Pemikirannya banyak yang bertentangan dengan dogma – dogma gereja sehingga para sejarawan menduga Thomas mencuri ide-ide dari para ekonom Islam. Pada abad 11 dan 12 sejumlah pemikir barat seperti Constantine the African, Adelard of Bath melakukan perjalanan ke Timur Pencurian ilmu oleh pemikir-pemikir barat dimulai dari Santa Thomas. Pemikirannya banyak yang bertentangan dengan dogma – dogma gereja sehingga para sejarawan menduga Thomas mencuri ide-ide dari para ekonom Islam. Pada abad 11 dan 12 sejumlah pemikir barat seperti Constantine the African, Adelard of Bath melakukan perjalanan ke Timur

3. Pemikiran-Pemikiran Ekonom Klasik

Pemikiran Ekonomi Islam diawali sejak Muhammad SAW ditunjuk sebagai seorang Rosul. Rosululoh SAW mengeluarkan sejumlah kebijakan yang menyangkut berbagai hal yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan, yaitu tentang hukum (fiqih), politik (siyasah), dan perniagaan atau ekonomi (muamalah). Masalah-masalah ekonomi umat menjadi perhatian Rosululloh SAW karena merupakan pilar penyangga keimanan yang harus diperhatikan. Selanjutnya, kebijakan-kebijakan Rosululloh SAW menjadi pedoman para Khalifah dalam memutuskan masalah-masalah ekonomi. Al- Qur‘an dan Al-Hadist digunakan sebagai dasar teori ekonomi oleh para khalifah dan para pengikutnya dalam menata kehidupan ekonomi negara. Perkembangan pemikiran-pemikiran pada masa-masa tersebut adalah sebagai berikut :

3.1 Perekonomian di Masa Rosululloh SAW (571-632 M)

Rosululloh diberi amanat untuk mengemban dakwah Islam pada umur 40 tahun. Pada masa Rosululloh SAW, tidak ada tentara formal. Semua muslim yang mampu boleh jadi tentara. Mereka tidak mendapatkan gaji tetap, tetapi mereka diperbolehkan mendapatkan bagian dari harta rampasan perang. Rampasan tersebut meliputi senjata, kuda, unta, domba, dan barang-barang bergerak lainnya yang didapatkan dari perang. Situasi berubah setealah turunnya QS Al-Anfal ayat 41 : ―Ketahuilah sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Alloh, Rosul, Kerabat Rosul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan Ibnu sabil, jika kamu beriman kepada Alloh dan kepada yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Alloh Maha Kuasa atas segala sesuatu .”

Rosululloh SAW biasanya membagi seperlima (khums) dari rampasan perang tersebut menjadi tiga bagian, bagian pertama untuk beliau dan keluarganya, bagian kedua untuk kerabatnya dan bagian ketiga untuk anak yatim piatu, orang yang sedang membutuhkan dan orang yang sedang dalam perjalanan. Empat perlima bagian yang lain dibagikan kepada prajurit yang ikut perang. Dalam kasus tertentu beberapa orang yang tidak ikut serta dalam perang juga mendapat bagian. Sedangkan untuk penunggang kuda mendapat dua bagian yaitu untuk dirinya sendiri dan kudanya.

Pada masa Rosululloh SAW, beliau mengadopsi praktik yang lebih manusiawi terhadap tanah pertanian yang telah ditaklukkan sebagai fay‟ atau tanah dengan kepemilikan umum. Tanah-tanah ini dibiarkan dimiliki oleh pemilikinya dan penanamnya. Hal tersebut sangat berbeda dengan praktik kekaisaran Romawi dan Persia yang memisah-misahkan tanah ini dari pemiliknya dan membagikannya kepada elit militer dan para prajurit. Semua tanah yang dihadiahkan kepada Rosululloh SAW (iqta‟) relatif lebih kecil jumlahnya dan terdiri dari Pada masa Rosululloh SAW, beliau mengadopsi praktik yang lebih manusiawi terhadap tanah pertanian yang telah ditaklukkan sebagai fay‟ atau tanah dengan kepemilikan umum. Tanah-tanah ini dibiarkan dimiliki oleh pemilikinya dan penanamnya. Hal tersebut sangat berbeda dengan praktik kekaisaran Romawi dan Persia yang memisah-misahkan tanah ini dari pemiliknya dan membagikannya kepada elit militer dan para prajurit. Semua tanah yang dihadiahkan kepada Rosululloh SAW (iqta‟) relatif lebih kecil jumlahnya dan terdiri dari

Pada tahun kedua setelah hijrah, shodaqoh ini kemudian dengan Zakat Fitrah yang dibayarkan setiap kali setahun sekali pada bulan ramadhan. Besarya satu sha kurma, gandum, tepung keju, atau kisimis, setengah sha gandum untuk setiap muslim, budak atau orang bebas, laki-laki atau perempuan, muda atau tua dan dibayar sebelum Shalat Idul Fitri.

Zakat diwajibkan pada tahun ke-9 hijrah, sementara shodaqoh fitrah pada tahun ke-2 hijrah. Akan tetapi ahli hadist memandang zakat telah diwajibkan sebelum tahun ke-9 hijrah ketika Maulana Abdul Hasa berkata zakat diwajibkan setelah hijrah dan kurun waktu lima tahun setelahnya. Sebelum diwajibkan, zakat bersifat sukarela dan belum ada peraturan khusus atau ketentuan hukum.

a Sumber Pendapatan Primer

Pendapatan utama negara pada masa Rosululloh SAW adalah zakat (memiliki karakteristik yang sama dengan pajak, tetapi secara dasar berorientasi pada agama) dan ushr (iuran untuk tanah produksi). Keduanya berbeda dengan pajak dan tidak diperlakukan seperti pajak. Zakat dan ushr merupakan kewajiban agama dan termasuk salah satu pilar Islam. Pengeluaran untuk keduanya sudah diuraikan secara jelas dalam Surat At-Taubah (9) ayat 60 : “ Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orag fakir, orang-orang miskin, pengurus- pengurus zakat, para mu‟allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakannya) budak orang-orang yang berhutang, untuk jalan Alloh dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Alloh dan Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

Pada masa Rosululloh SAW, zakat dikenakan pada hal-hal berikut :

1. Benda logam yang terbuat dari emas seperti koin, perkakas, ornamen atau dalam bentuk lainnya

2. Benda logam yang terbuat dari perak, seperti koin, perkakas, ornamen atau dalam bentuk lainnya,

3. Binatang ternak unta, sapi, domba, kambing

4. Berbagai jenis barang dagangan termasuk budak dan hewan

5. Hasil pertanian termasuk buah-buahan

6. Luqta, harta benda yang ditinggalkan mush

7. Barang temuan

b Sumber Pendapatan Sekunder

Diantara sumber-sumber pendapat sekunder yang memberikan hasil adalah :

1. Uang tebusan untuk para tawanan perang

2. Pinjaman-pinjaman setelah menaklukkan kota Mekkah untuk pembayaran uang pembebasan kaum muslimin dari Judhayma atau sebelum pertempuran Hawazin 30.000 dirham (20.000 dirham menurut Bukhari) dari Abdullah bin Rabia dan meminjam beberapa pakaian dan hewan-hewan tunggangan dari Sufyan bin Umaiyah.

3. Khusmus atau Rikaz harta karun temuan pada periode sebelum Islam

4. Amwal fadhla, berasal dari harta benda kaum muslimin yang meninggal tanpa ahli waris atau berasal dari barang-barang orang muslim yang meninggalkan negerinya

5. Wakaf, harta benda yang diindikasikan kepada umat Islam yang disebabkan Alloh dan pendapatannya akan didepositokan ke Baitul Maal,

6. Nawaib, pajak yang jumlahnya cukup besar yang dibebankan pada kaum muslimin yang kaya dalam rangka menutupi pengeluaran negara selama masa darurat dan ini pernah terjadi pada masa Perang Tabuk,

7. Zakat fitrah, zakat yang ditarik di bulan suci Ramadhan, dan dibagi sebelum sholat Ied,

8. Bentuk dan shodaqoh lainnya seperti kurban dan Kuffarat adalah dende atas kesalahan yang dilakukan seorang muslim pada acara keagamaan, seperti berburu pada musim haji.

Pencatatan seluruh penerimaan negara pada masa Rosululloh SAW tidak ada, karena beberapa alasan :

1. Jumlah orang Islam yang bisa membaca, menulis dan mengenal aritmatika sedikit

2. Sebagian besar bukti pembayaran dibuat dalam bentuk yang sederhana baik yang didistribusikan maupun yang diterima

3. Sebagian besar dari zakat hanya didistribusikan secara lokal

4. Bukti-bukti penerimaan dari berbagai daerah yang berbeda tidak umum digunakan

5. Pada kebanyakan kasus, ghanimah (harta yang didapatkan dari kemenangan perang) digunakan dan didistribusikan setelah terjadi peperangan tertentu. Catatan mengenai pengeluaran secara rinci pada masa Rosululloh SAW juga tidak tersedia, tetapi tidak bisa diambil kesimpulan bahwa sistem keuangan yang ada tidak dijalankan sebagaimana semestinya. Dalam kebanyakan kasus pencatatan diserahkan pada pengumpul zakat dan setiap orang pada umunya terlatih dalam masalah pengumpulan zakat. Setiap perhitungan yang ada disimpan dan diperiksa sendiri oleh Rosululloh SAW. Beliau juga memberikan nasihat kepada pengumpulan zakat mengenai hadiah yang ia terima. Rosul SAW berperan sebagai eksekuitf, legislatif, dan yudikatif, namun beliau tidak segan bertanya kepada sahabat dan bertukar pikiran dengan orang-orang beriman dalam urusan mereka.

3.2 Perekonomian Di Masa Khulafaurrasyidin

a Abu Bakar As-Sidiq (51 SH – 13 H / 537 – 634 M)

Sebelum menjadi khalifah Abu Bakar tinggal di pinggiran kota Madinah. Setelah 6 bulan, Abu Bakar pindah ke Madinah dan bersamaan dengan itu sebuah Baitul Mal dibangun. Sejak menjadi khalifah, kebutuhan keluarganya diurus oleh kekayaan dari Baitul Mal ini. Menurut beberapa keterangan beliau diperbolehkan mengambil dua setengah atau dua tiga perempat dirham setiap harinya dari Baitul Mal dengan beberapa waktu. Ternyata tunjangan tersebut kurang mencukupi sehingga ditetapkan 2000 atau 2500 dirham dan menurut keterangan 6000 dirham per tahun.

Khalifah Abu Bakar sangat memperhatikan keakuratan perhitungan zakat. Beliau juga mengambil langkah-langkah yang tegas untuk mengumpulkan zakat dari semua umat Islam termasuk Badui yang kembali memperlihatkan tanda-tanda pembangkangan sepeninggal Rosululloh SAW.

b Umar bin Khattab (40SH – 23H / 584 – 644 M)

Khalifah Umar sangat memperhatikan sektor ekonomi untuk menunjang perekonomian negerinya. Pada masa kekhalifahan Umar banyak dibangun saluran irigasi, waduk, tangki kanal, dan pintu air serbaguna untuk mendistribusikan air di ladang pertanian. Hukum perdagangan juga mengalami penyempurnaan untuk menciptakan perekonomi secara sehat. Umar mengurangi beban pajak untuk beberapa barang, pajak perdagangan nabati dan kurma Syiria sebesar 50%. Hal ini untuk memperlancar arus pemasukan bahan makanan ke kota. Pada saat yang sama juga dibangun pasar agar tercipta perdagangan dengan persaingan yang bebas. Serta adanya pengawasan terhadap penekanan harga. Beliau juga sangat tegas dalm menangani masalah zakat. Zakat dijadikan ukuran fiskal utama dalam rangka memecahkan masalah ekonomi secara umum. Umar menetapkan zakat atas harta dan yang membangkang akan didenda sebesar 50% dari kekayaannya.

Pada masa beliau dibangun Institusi Administrasi dan Baitul Mal yang reguler dan permanen di Ibu Kota, yang kemudian berkembang dan didirikan pula Baitul Mal cabang di ibu kota propinsi. Baitul Mal secara tidak langsung berfungsi sebagai pelaksana kebijakan fiskal negara Islam. Harta Baitul Mal dipergunakan mulai untuk menyediakan makanan bagi para janda, anak-anak yatim, serta anak-anak terlantar, membiaya penguburan orang-orang miskin, membayarkan utang orang-orang yang bangkrut, membayar uang diyat untuk kasus- kasus tertentu, sampai pinjaman tanpa bunga untuk tujuan komersial. Bersamaan dengan reorganisasi Baitul Mal, Umar mendirikan Diwan Islam yang disebut Al-Divan. Al- Divan adalah kantor yang mengurusi pembayaran tunjangan-tunjangan angkatan perang dan pensiun serta tujangan lainnya secara reguler dan tepat. Khalifah Umar juga membentuk komite yang terdiri dari Nassab ternama untuk membuat laporan sensus penduduk Madinah sesuai dengan tingkat kepentingan dan kelasnya. Khalifah Umar menetapkan beberapa peraturan sebagai berikut:

1. Wilayah Irak yang ditaklukan menjadi muslim, sedangkan bagian yang berada dibawah perjanjian damai tetap dimiliki oleh pemilik sebelumnya dan kepemilikannya tersebut dapat dalihkan

pemilik-pemilik tanah negara taklukan),dibebankan pada semua tanah yang termasuk kategori pertama, meskipun pemilik tersebut kemudian memeluk Islam dengan demikian tanah seperti itu tidak daat dikonversi menjadi tanah ushr

2. Kharaj (pajak

sepanjang mereka memberikharaj dan jizyah (pajak yang dikenakan bagi penduduk non muslim sebagai jaminan perlindungan oleh negara)

3. Bekas pemilik

4. Sisa tanah yang tidak ditempati atau ditanami (tanah mati) atau tanah yang diklaim kembali bila ditanami oleh muslim diperlakukan sebagai tanah ushr.

5. Di Sawad, kharaj dibebankan sebesar saaau dirham atau satu rafiz (satu ukuran lokal) gandum dan barley (sejenis gandum) dengan ngapan tanah tersebut dapat dilalui air. Harga yang lebih tinggi dikenakan kepada ratbah(rempah atau cengkih) dan perkebunan,

6. Di Mesir, menurut sebuah perjanjian Amar, dibebankan dua dinar, bahkan hingga tiga irdabb gandum, dua qist untuk setiap minyak, cuka, dan madu dan rancangan ini telah disetujui Khalifah

7. Perjanjian Damaskus ( Syiria ) menetapkan pembayaran tunai, pembagian tanah dengan muslim. Beban per kepala sebesar satu dinar dan beban satujarib ( unit berat ) yang diproduksi per jarib (ukuran) tanah.

c Ustman bin Affan ( 47 SH – 35H / 577 – 656 M )

Khalifah Ustman mengikuti kebijakan yang ditetapkan oleh Umar. Pada enam tahun pertama, Balkh, Kabul, Ghazni Kerman, dan Sistan ditaklukan. Kemudian tindakan efektif dilakukan untuk pengembangan sumber daya alam. Aliran air digali, jalan dibangun, pohon- pohon ditanam untuk diambil buah dan hasilnya dan kebijakan di bidang keamanan perdagangan dilaksanakan dengan pembentukan organisasi kepolisian tetap.

Usman mengurangi jumlah zakat dari pensiun. Tabri menyebutkan ketika khalifah Ustman menaikkan pensiun sebesar seratus dirham, tetapi tidak ada rinciannya.Beliau menambahkan santunan dengan pakaian. Selain itu ia memperkenalkan kebiasaan membagikan makanan di masjid untuk orang-orang miskin dan musafir.