Perkembangan Pemikiran Ekonomi Pasca Khulafaurrasyidin

3.3 Perkembangan Pemikiran Ekonomi Pasca Khulafaurrasyidin

Siddiqi menguraikan sejarah pemikiran ekonomi Islam dalam tiga fase, yaitu: fase dasar- dasar ekonomi Islam, fase kemajuan dan fase stagnasi:

a. Fase Dasar-Dasar Ekonomi Islam

Fase pertama merupakan fase abad pertama hingga kelima Hijriyah (abad ke-11 Masehi). Pemikiran ekonomi dirintis oleh para fuqaha, sufi dan filosof. Pemikiran fuqaha terfokus pada manfaat (maslahah) yang dianjurkan dan kerugian (mafsadah) bila melaksanakan sesuatu yang dilarang agama, bersifat normatif berwawasan positif dan cenderung mikroekonomi. Kontribusi para sufi terletak pada keajegannya dalam mendorong kemitraan yang saling menguntungkan, tidak rakus dalam memanfaatkan kesempatan yang diberikan Allah SWT dan secara tetap menolak penempatan tuntutan kekayaan dunia yang terlalu tinggi, bersifat normatif berwawasan positif dan cenderung mikroekonomi. Fokus pembahasan filosof tertuju pada konsep kebahagiaan (sa‟adah) dalam arti luas, pendekatannya global dan rasional serta metodologinya syarat dengan analisis ekonomi positif dan cenderung makroekonomi. Beberapa tokoh fase pertama diantaranya :

1. Zaid bin Ali (wafat pada 80 H/738 M), fokus pemikirannya adalah keabsahan jual beli secara tangguh dengan harga yang lebih tinggi daripada jual beli secara tunai.

2. Abu Hanifah(wafat pada 150 H/767 M), fokus pemikirannya adalah Jual beli salam dan pembelaan hak-hak ekonomi kaum lemah

3. Abu Yusuf (wafat pada 182 H/ 798 M), fokus pemikirannya adalah Keuangan public serta pembentukan dan pengendalian harga Abu Yusuf adalah seorang mufti pada kekholifahan Harun Ar Rasyid dan merupakan ekonom pertama yang menulis secara khusus tentang kebijakan dalam kitabnya yaitu Al Khoroj yang menjelaskan tanggung jawab ekonomi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Buku ini ditulis berdasarkan permintaan kholifah untuk digunakan sebagai panduan manual perpajakan. Abu Yusuf sangat menentang adanya pajak atas tanah pertanian dan menyarankan diganti dengan zakat pertanian yang dikaitkan dengan jumlah hasil panennya. Abu Yusuf membuat rincian bagaimana membiayai pembangunan jembatan, bendungan dan irigasi. Dan selain itu Abu Yusuf juga mengemukakan hubungan antara peningkatan dan menurunan produksi dengan perubahan harga. Pada saat itu beredar pemahaman bahwa bila tersedia sedikit barang maka harga akan akan mahal dan sebaliknya. Sedangkan Abu Yusuf menyatakan bahwa tidak 3. Abu Yusuf (wafat pada 182 H/ 798 M), fokus pemikirannya adalah Keuangan public serta pembentukan dan pengendalian harga Abu Yusuf adalah seorang mufti pada kekholifahan Harun Ar Rasyid dan merupakan ekonom pertama yang menulis secara khusus tentang kebijakan dalam kitabnya yaitu Al Khoroj yang menjelaskan tanggung jawab ekonomi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Buku ini ditulis berdasarkan permintaan kholifah untuk digunakan sebagai panduan manual perpajakan. Abu Yusuf sangat menentang adanya pajak atas tanah pertanian dan menyarankan diganti dengan zakat pertanian yang dikaitkan dengan jumlah hasil panennya. Abu Yusuf membuat rincian bagaimana membiayai pembangunan jembatan, bendungan dan irigasi. Dan selain itu Abu Yusuf juga mengemukakan hubungan antara peningkatan dan menurunan produksi dengan perubahan harga. Pada saat itu beredar pemahaman bahwa bila tersedia sedikit barang maka harga akan akan mahal dan sebaliknya. Sedangkan Abu Yusuf menyatakan bahwa tidak

4. Asy-Syaibani (wafat pada 189 H/804 M) fokus pemikirannya adalah pada konsep kerja, perilaku konsumen dan produsen, spesialisai dan distribusi pekerjaan.

5. Ibn Miskawaih (wafat pada 421 H/1030 M), fokus pemikiran pada konsep uang.

b. Fase Kedua (Kemajuan)

Fase kedua dimulai pada abad ke-11 sampai dengan ke-15 Masehi. Fase kedua dikenal sebagai fase yang cemerlang karena meninggalkan warisan intelektual yang sangat kaya. Realitas politik ditandai oleh dua hal, yakni:

a. Disintegrasi pusat kekuasaan Dinasti Abbasiyah dan terbaginya kerajaan ke dalam beberapa kekuatan regional yang mayoritas didasarkan pada kekuatan daripada kehendak rakyat.

b. Merebaknya korupsi di kalangan para penguasa diiringi dengan dekadensi moral di kalangan masyarakat yang mengakibatkan terjadinya ketimpangan yang semakin lebar antara si kaya dengan si miskin.

Beberapa tokoh fase kedua diantaranya: