Larangan Riba Dalam Al Qur’an dan As Sunnah
3. Larangan Riba Dalam Al Qur’an dan As Sunnah
3.1 Larangan riba (bunga) menurut Alqur'an Sebagaimana khamar, riba tidak Allah haramkan sekaligus, melainkan melalui tahapisasi
yang hampir sama dengan tahapisasi pengharaman khamar yaitu sebagai berikut:
a. Tahap pertama dengan mematahkan paradigma manusia bahwa riba akan
melipatgandakan harta. Pada tahap pertama ini, Allah SWT hanya memberitahukan pada mereka, bahwa cara yang mereka gunakan untuk mengembangkan uang melalui riba sesungguhnya sama sekali tidak akan berlipat di mata Allah SWT. Bahkan dengan cara seperti itu, secara makro berakibat pada tidak tawazunnya sistem perekonomian yang berakibat pada penurunan nilai mata uang melalui inflasi. Dan hal ini justru akan merugikan mereka sendiri.
Pematahan paradigma mereka ini Allah gambarkan dalam QS. 30 : 39 ; ―Dan sesuatu tambahan (riba) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, mak riba itu tidak menambah pada sii Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai
keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)‖.
b. Tahap kedua : Memberitahukan bahwa riba diharamkan bagi umat terdahulu.
Setelah mematahkan paradigma tentang melipat gandakan uang sebagaimana di atas, Allah SWT lalu menginformasikan bahwa karena buruknya sistem ribawi ini, maka umat-umat terdahulu juga telah dilarang bagi mereka. Bahkan karena mereka tetap bersikeras memakan riba, maka Allah kategorikan mereka sebagai orang-orang kafir dan Allah janjikan kepada mereka azab yang pedih. Hal ini sebagaimana yang Allah SWT firmankan dalam QS 4 : 160 – 161 : ―Maka disebabkan kezaliman orang-orang yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi manusia dari jalan Allah. Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dialarang dari padanya, dan karena mereka harta dengan cara yang bathil. Kami telah menyediaka nuntuk orang- orang kafir diantara mereka itu siksa yang pedih‖.
c. Tahap ketiga : Gambaran bahwa riba secara sifatnya akan menjadi berlipat ganda.
Lalu pada tahapan yang ketiga, Allah SWT menerangkan bahwa riba secara sifat dan karakernya akan menjadi berlipat dan akan semakin besar, yang tentunya akan menyusahkan orang yang terlibat di dalamnya. Namun yang perlu digarisbawahi bahwa ayat ini sama sekali tidak menggambarkan bahwa riba yang dilarang adalah yang berlipat ganda, sedangkan yang tidak berlipat ganda tidak dilarang. Pemahaman seperti ini adalah pemahaman yang keliru dan sama sekali tidak dimaksudkan dalam
ayat ini. Allah SWT berifirman (QS. 3:130), ―Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.‖
d. Tahap keempat : Pengharaman segala macam dan bentuk riba.
Ini merupakan tahapan terakhir dari seluruh rangkaian periodisasi pengharaman riba. Dalam tahap ini, seluruh rangkaian aktivitas dan muamalah yang berkaitan dengan riba, baik langsung maupun tidak langsung, berlipat ganda maupun tidak berlipat ganda, besar maupun kecil, semuanya adalah terlarang dan termasuk dosa besar. Allah SWT berfirman dalam QS. 2 : 278 – 279 ; ―Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan seluruh sisa dari riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Alla hdan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka
bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya.‖
3.2 Larangan Menurut Hadits Untuk menunjukkan bagaimana Nabi Muhammad saw menjelaskan makna berbagai perintah
yagn terdapat dalam Al Qur'an menyangkut larangan terhadap pemungutan bunga. Kepada para sahabatnya, disini akan dipetik beberapa hadits nabi yang penting.
1. hadits berasal dari Aun Ibn Hanifah yang meriwayatkan dari ayahnya bahwa Rosululloh saw telah mengutuk baik kepada pembayar maupun pamakan riba.
2. Abdullah bin Mas'ud meriwayatkan bahwa Rosulullah saw mengutuk orang-orang yang menerima dan memberi raba, orang yang mencatat, dan menjadi saksi dan selanjutnya beliau mengatakan bahwa mereka semuanya sama (dalam malakukan dosa)
3. menurut Jabir, Rosulullah saw mengutuk orang-orang yang menerima dan membayar riba, orang yang mencatatnya penerimaan dan pembayaran riba serta orang-orang yang menjadi saksi.
4. Selanjutnya dalam sabdanya ketika menunaikan hajinya yang terakhir Rosulullah saw bersabd a ―segala bentuk riba adalah diharamkan, sesungguhnya modal yang kamu miliki adalah untukmu, kamu tidak akan dianiaya dan tidak akan menyaniaya. Allah telah menurunkan perintahnya bahwa riba diharamkan sama sekali. Saya bermula dengan (jumlah) bunga (yang dipijamkan kepada banyak orang) dari Abbas dan membatalkan semuanya‖. Selanjutnya beliau atas nama pamannya ―abbas‖ telah membatalkan seluruh total bunga terhadap pinjaman modal dari para peminjam.‖