pertumbuhan alga hijau dan alga coklat. Perubahan faktor fisik kimia misalnya penurunan atau kenaikan yang tinggi akan menurunkan keragaman jenis
Chlorophyta dan Phaeophyta sehingga perlu memperhatikan faktor fisik kimia perairan dalam menentukan keberadaan jenis yang dominan dalam suatu perairan.
Menurut Luning 1990, mengatakan bahwa keberadaan suatu jenis alga tertentu dipengaruhi oleh penetrasi cahaya matahari. Kelas Chlorophyceae lebih efisien
dal am memanfaatkan cahaya merah 650 μm sehingga melimpah di tempat yang
dangkal dimana penetrasi cahaya merah mencapai batas maksimum pada kedalaman tersebut., kelas Phaeophyceae mengandung pigmen fukosantin yang
menyerap cahaya hijau 500 μm -550 μm dan juga memiliki klorofil-c yang menyerap cahaya merah 630 μm-638 μm sehingga lebih cenderung melimpah di
kedalaman yang sedang. Menurut Atmadja 1999, menyatakan bahwa semakin tinggi nilai frekuensi
kehadiran suatu jenis, maka kemungkinan peranan jenis tersebut juga tinggi. Namun hal demikian tidak mampu membuktikan bahwa jenis tersebut benar
berperan penting dalam perairan, karena kemungkinan jenis tersebut hanya melimpah pada lokasi tertentu. Sehingga perlu memperhatikan kualitas dari
perairan pada lokasi penelitian.
4.4. Indeks Keragaman H’ dan Keseragaman E
Indeks keragaman H’ dan indeks keseragaman E yang diperoleh pada masing- masing stasiun penelitian, seperti terlihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Nilai Indeks Keragaman H’ dan Keseragaman E
Indeks STASIUN
1 2
3 H’
0,99 0,91
0,55 E
0,71 0,65
0,79
Keterangan: Stasiun 1 : Daerah Aktivitas nelayan
Stasiun 2 : Daerah Pemukiman masyarakat Stasiun 3 : Daerah Pertanian
Tabel 4.4. menunjukkan bahwa nilai indeks keragaman H’ dan indeks Keseragaman E alga hijau dan alga coklat pada ketiga stasiun penelitian. Nilai
indeks keragaman yang tertinggi terdapat pada pada stasiun 1 yaitu sebesar 0,99. Keragaman terendah terdapat pada stasiun 3 sebesar 0,55. Nilai E yang tertinggi
terdapat pada stasiun 3 sebesar 0,79 dan terendah terdapat pada stasiun 2 sebesar 0,65. Tingginya nilai indeks keragaman H’ jenis pada stasiun 1 ini disebabkan
selain kondisi fisik kimia perairan yang mendukung juga substrat dasar perairan pada stasiun ini berupa karang, batu, dan pasir sehingga Chlorophyceae dan
Phaeophyceae lebih mampu beradaptasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan oleh Atmadja 1999, bahwa keragaman
Chlorophyta alga hijau dan Phaeophyta alga coklat juga ditentukan oleh kemampuannya beradaptasi dengan substrat. Di tempat yang memiliki substrat
pecahan karang, batuan, dan karang mati lebih stabil dan akan mempunyai keragaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang memiliki substrat dasar
berupa pasir. Kondisi lingkungan seperti substrat dan kualitas air di tempat tumbuhnya, perlu dipelihara dan dijaga sehingga tidak mengalami kerusakan dan
bahkan kepunahan jenis. Tetapi berdasarkan rumus Menurut Fachrul 2007, Jika nilai H’ 1, keragaman jenis sedikit atau rendah, jika 1 H’ 3, keragaman jenis
sedang dan bila H’ 3 maka keragaman jenis tinggi. Jadi pada stasiun 1
keragaman Chlorophyceae dan Phaeophyceae sebesar 0,99 ini termasuk dalam kategori keragaman rendah. Sama halnya dengan nilai indeks keseragaman E
yang berkisar 0,65 sampai 0,79 berarti penyebaran individu merata. Apabila indeks keseragaman mendekati 0 maka semakin kecil keseragaman suatu populasi
dan penyebaran individu setiap jenis tidak sama, serta ada kecenderungan suatu jenis mendominasi pada populasi tersebut. Sebaliknya semakin mendekati nilai 1
maka populasi Chlorophyceae dan Phaeophyceae menunjukkan keseragaman jumlah individunya merata, sehingga dari ketiga stasiun penelitian dikategorikan
penyebaran individu merata. Menurut Fachrul 2007, Nilai indeks keseragaman E berkisar antara 0
– 1. Semakin kecil nilai E, semakin kecil pula keseragaman populasinya artinya
penyebaran individu tiap jenis sama. Bila mendekati 0, ada satu jenis yang mendominasi. Nilai E mendekati 1 sebaran individu tiap jenis merata. Menurut
Barus 2004, suatu komunitas dikatakan mempunyai keragaman jenis yang tinggi apabila terdapat banyak jenis dengan jumlah individu masing-masing jenis yang
relatif merata. Dengan kata lain bahwa apabila suatu komunitas hanya terdiri dari sedikit jenis dengan jumlah individu yang tidak merata, maka komunitas tersebut
mempunyai keragaman yang rendah. Dapat disimpulkan bahwa nilai indeks keragaman sangat dipengaruhi oleh faktor jumlah jenis, jumlah individu dan
penyebaran individu pada masing-masing jenis.
4.5. Indeks Similaritas IS