Indeks Similaritas IS Kerapatan Relatif , Frekuensi Relatif , Penutupan Relatif ,

mempunyai keragaman yang rendah. Dapat disimpulkan bahwa nilai indeks keragaman sangat dipengaruhi oleh faktor jumlah jenis, jumlah individu dan penyebaran individu pada masing-masing jenis.

4.5. Indeks Similaritas IS

Nilai indeks similaritas pada setiap stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Nilai Indeks Similaritas IS pada Setiap Stasiun IS Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 1 - 100 66 Stasiun 2 - - 66 Stasiun 3 - - - Keterangan: Stasiun 1 : Daerah Aktivitas nelayan Stasiun 2 : Daerah Pemukiman masyarakat Stasiun 3 : Daerah Pertanian Tabel 4.5. menunjukkan nilai indeks similaritas yang cukup bervariasi. Perbandingan Stasiun 1 dan 2 memiliki indeks similaritas sebesar 100 , stasiun 1 dan 3 sebesar 66 , dan stasiun 2 dan 3 sebesar 66 dari data tersebut diketahui bahwa nilai indeks similaritas tertinggi terdapat pada perbandingan antara stasiun 1 dan 2 yaitu 100 yang temasuk dalam kategori sangat mirip sementara indeks similaritas antara stasiun 1 dan 3 serta 2 dan 3 sama yaitu sebesar 66 . Hal ini disebabkan kondisi ekologis perairan seperti intensitas cahaya, penetrasi cahaya, pH, dan salinitas berbeda. Adanya aktivitas masyarakat juga juga memberi pengaruh terhadap kemiripan jenis pada tiap tiap lokasi penelitian. Pada stasiun 3 hanya sedikit spesies yang muncul dibandingkan dengan stasiun 1. Hal ini disebabkan sebagian besar limbah sisa pertanian yang masuk ke perairan mengganggu pertumbuhan dan keberadaan alga. Menurut Krebs 1985, indeks similaritas digunakan untuk mengetahui seberapa besar kesamaan Chlorophyta dan Phaeophyta yang hidup di beberapa tempat yang berbeda. Apabila semakin besar indeks similaritasnya, maka jenis Chlorophyta dan Phaeophyta yang sama pada stasiun yang berbeda semakin banyak. Selanjutnya dijelaskan bahwa kesamaan makroalga antara dua lokasi yang dibandingkan sangat dipengaruhi oleh kondisi faktor fisik-kimia dan biologi lingkungan yang terdapat pada daerah tersebut.

4.6. Kerapatan Relatif , Frekuensi Relatif , Penutupan Relatif ,

dan Indeks Nilai Penting INP Nilai Kerapatan Relatif, Frekuensi Relatif, Penutupan Relatif dan Indeks Nilai Penting pada setiap stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Nilai Kerapatan Relatif , Frekuensi Relatif , Penutupan Relatif , dan Indeks Nilai Penting INP No Taksa Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 KR FR PR INP KR FR PR INP KR FR PR INP I A. 1 B. Chlorophyceae Udoteaceae H. macroloba Cladophoraceae 61,98 35,71 74,90 172,60 66,94 35,71 84,24 186,90 - - - - 2 II C. C. crassa Phaeophyceae Dictyotaceae 20,44 21,43 9,57 51,44 15,21 21,43 6,19 42,82 74,43 50 69,60 194,03 3 D. Padina sp. Sargassaceae 14,29 28,57 9,28 52,13 15,37 35,71 7,54 58,63 25,57 50 30,40 105,97 4 Turbinaria sp. 3,30 14,29 6,25 23,83 2,48 7,14 2,03 11,65 - - - - Total 100 100 100 300 100 100 100 300 100 100 100 300 Keterangan: Stasiun 1 : Daerah Aktivitas nelayan Stasiun 2 : Daerah Pemukiman masyarakat Stasiun 3 : Daerah Pertanian Tabel 4.6. menunjukkan bahwa nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif, penutupan relatif, dan INP yang tertinggi terdapat pada stasiun 3 dari jenis Chaetomorpha crassa dari kelas Chlorophyceae dengan nilai KR adalah 74,43 , FR adalah 50, PR adalah 69,60 , dan INP adalah 194,03 sementara yang terendah terdapat pada stasiun 2 dari jenis Turbinaria sp. dari kelas Phaeophyceae dengan nilai KR adalah 2,48 , FR adalah 7,14 , PR adalah 2,03 , dan INP adalah 11,65 . Hal ini menunjukkan bahwa respon dari tiap jenis berbeda-beda terhadap perubahan kondisi fisik kimia perairan sehingga jenis yang memiliki kisaran toleransi luas akan lebih mendominasi. Adanya aktivitas masyarakat seperti mencari ikan dan memberhentikan kapal pada perairan juga akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan makroalga dan bahkan mengakibatkan kerusakan pada thallus yang pada akhirnya akan mati. Selain itu substrat juga merupakan faktor utama dalam menentukan keberadaan jenis dimana perairan yang memiliki substrat berupa karang dan batuan lebih cocok untuk kelangsungan hidup alga hijau dan alga coklat karena holfastnya dapat menempel dengan sangat kuat pada substrat tersebut. Menurut Yudasmara 2008, habitat kelas Chlorophyceae ini yang lebih banyak hidup di dekat daratan atau dengan kedalaman yang rendah sehingga memperoleh intensitas cahaya matahari yang lebih banyak untuk proses fotosintesis, dibandingkan dengan kelas Phaeophyceae yang lebih banyak ditemukan di perairan yang lebih dalam yang sudah tentu intensitas matahari juga ikut berkurang.

4.7. Analisis Korelasi Pearson Komputerisasi Ver. 16.00