Jenis Chlorophyta alga hijau dan Phaeophyta alga coklat

Menurut Kristanto 2002, BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan- bahan buangan di dalam air. Jika konsumsi oksigen tinggi, yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut dalam air, maka berarti kandungan bahan buangan yang membutuhkan oksigen adalah tinggi. Menurut Agusnar 2007, bahan-bahan buangan yang memerlukan oksigen terutama terdiri dari bahan-bahan organik dan mungkin beberapa bahan anorganik. Polutan semacam ini berasal dari berbagai sumber seperti kotoran hewan maupun manusia, tanaman-tanaman mati atau sampah organik, bahan-bahan buangan industri dan sebagainya.

4.1.8. Kejenuhan Oksigen

Nilai kejenuhan oksigen tertinggi dari hasil penelitian terdapat pada stasiun 3 sebesar 82,461 dan terendah pada stasiun 2 sebesar 79,681. Tingginya nilai kejenuhan oksigen pada stasiun 3 ini dipengaruhi oleh tingginya nilai DO pada stasiun tersebut sedangkan pada stasiun 2 nilai kejenuhan oksigennya rendah yang dikarenakan oleh suhu yang tinggi pada stasiun tersebut. Menurut Barus 2004, Untuk dapat mengukur tingkat kejenuhan oksigen suatu perairan, maka disamping mengukur konsentrasi oksigen dalam mgL, diperlukan pengukuran temperatur dari ekosistem air tersebut, kehadiran senyawa organik akan menyebabkan terjadinya proses penguraian yang dilakukan oleh mikroorganisme dan berlangsung secara aerob, artinya membutuhkan oksigen. Peranan temperatur sangat penting untuk diamati terutama dalam kaitannya untuk menilai kandungan oksigen dalam suatu perairan yang diukur. Kualitas dari suatu perairan dapat dikatakan cukup bersih dan terbebas dari senyawa organik disebabkan karena pada perairan tersebut tidak terjadi defisit oksigen.

4.2. Jenis Chlorophyta alga hijau dan Phaeophyta alga coklat

yang didapat pada Lokasi Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 3 stasiun penelitian ditemukan 2 jenis alga hijau dan 2 jenis alga coklat, yang termasuk ke dalam 2 kelas, 4 ordo, 4 famili, dan 4 genus seperti pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Klasifikasi Chlorophyta alga hijau dan Phaeophyta alga coklat yang ditemukan pada Setiap Stasiun Kelas Ordo Famili Genus Jenis Chlorophyceae Caulerpales Cladophorales Udoteaceae Cladophoraceae Halimeda Chaetomorpha 1. H. Macroloba 2. C. crassa Phaeophyceae Dictyotales Fucales Dictyotaceae Sargassaceae Padina Turbinaria 3. Padina sp. 4. Turbinaria sp. Keterangan: Stasiun 1 : Daerah Aktivitas nelayan Stasiun 2 : Daerah Pemukiman masyarakat Stasiun 3 : Daerah Pertanian Tabel 4.2. menunjukkan bahwa Chlorophyta dan Phaeophyta yang ditemukan adalah dari kelas Chlorophyceae dan Phaeophyceae masing-masing sebanyak 2 ordo, 2 famili, 2 genus, dan 2 jenis yang memiliki karakteristik sebagai berikut: a. H. Macroloba Jenis ini memiliki thallus seperti segmen bentuk silinder, percabangan thallus dichotomus yakni bercabang dua terus-menerus, berwarna hijau. Hidupnya menempel pada substrat batu, dan karang seperti terlihat pada Gambar 4.1. berikut Gambar 4.1. H. Macroloba Pengamatan langsung b. C. crassa Jenis ini memiliki thallus silindris menyerupai rambut dan tidak bercabang, membentuk gumpalan seperti benang kusut, berwarna hijau, membentuk koloni, sebagian besar tumbuh menempel pada makroalga lain epifit namun ada juga yang ditemukan tumbuh pada substrat seperti kayu, batu, maupun karang seperti terlihat pada Gambar 4.2. berikut: Gambar 4.2. C. crassa Pengamatan langsung c. Padina sp. Jenis ini memiliki thallus berbentuk seperti kipas, berwarna coklat kekuning- kuningan dan kadang memutih karena mengandung kapur. Tumbuh menempel pada batu di daerah rataan terumbu seperti terlihat pada Gambar 4.3. berikut: Gambar 4.3. Padina sp. Pengamatan langsung d. Turbinaria sp. Jenis ini memiliki thallus berupa lembaran dimana helaian thallus berbentuk bulat yang pinggirnya bergerigi, kasar, dan terdapat berkas percabangan. Berwarna coklat, dan hidup menempel pada batu-batuan dan karang seperti terlihat pada Gambar 4.4. berikut: Gambar 4.4. Turbinaria sp. Pengamatan langsung

4.3. Nilai Kerapatan Indm