Keutamaan dan Kelemahan Aksara Arab

E. Keutamaan dan Kelemahan Aksara Arab

Proses pengaksaraan (penulisan dan pelafalan) bunyi-bunyi bahasa Arab ke dalam bahasa tulis dan permasalahan yang terjadi dalam tataran penggunaanya, dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh kemampuan sesungguhnya yang dimiliki oleh aksara Arab. Selama ini aksara Arab dinilai konsisten dan memiliki kemampuan yang baik, jika dilakukan perbandingan antara hubungan bunyi dan

aksaranya. 521 Keutamaan aksara Arab dapat dilihat dari kemampuan tiap-tiap simbolnya (huruf atau tanda diakritik), dengan berbagai karakter khusus dan

kaidah dalam menunjukkan bunyi (fonem) bahasa Arab, meskipun dapat

Keadaan seperti itu membutuhkan kemampuan penggunaan bahasa sesuai dengan faktor-faktor penentu tindak komunikasi, pemakai bahasa dituntut memiliki kompetensi komunikatif, yaitu kemampuan menggunakan bahasa yang berfungsi dalam situasi komunikasi sesungguhnya yang biasanya melibatkan satu orang atau lebih. Cakupan ini tidak terbatas pada linguistik saja, akan tetapi pengetahuan atas kapan, bagaimana, dan kepada siapa bentuk ujaran digunakan. Lihat, Habib, “Memahami Al-Qur’an berdasarkan Kaedah-kaedah Pragmatik.” Adabiyyat Vol. 6, No. II (Juli-Desember 2007): h. 198-199.

521 Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Aswât, h. 534.

Clive Holes, Modern Arabic: Structures, Functions and Varieties , h. 73.

menimbulkan kesulitan dalam penggunaanya apabila tidak diimbangi oleh suatu pemahaman. 522 Selain itu perlu diakui juga bahwa ada beberapa titik kelemahan pada aksara Arab, kelemahan ini terjadi dan dapat dilihat dari tulisan Arab yang sesungguhnya yang beredar luas di berbagai media.

1. Keutamaan Aksara Arab Aksara Arab memiliki beberapa keutamaan, yang dapat dijadikan bukti kemampuannya dalam merekam bunyi-bunyi bahasa Arab. Keutamaan itu dapat ditinjau, meskipun melalui aspek-aspek yang telah ditetapkan oleh para pakar dari

bidang Komunikasi. Aspek-aspek tersebut ialah: kesempurnaan, keharmonisan, dan kesederhanaan. 523 Ketiganya merupakan ukuran (tolok ukur) yang digunakan

untuk melihat dan menilai kemampuan suatu sistem aksara.

a. Kesempurnaan Secara jelas dapat dikatakan bahwa aksara Arab belum sempurna, apabila arti dari kesempurnaan itu adalah mampu untuk menuliskan semua bunyi baik segmental atau pun suprasegmental yang ada dalam bahasanya. Aksara Arab dapat digunakan untuk menuliskan semua bunyi segmentalnya (vokal dan

konsonan), melalui 29 huruf primer ( .. ﱁﺇ ،ﺩ ،ﺝ ،ﺕ ،ﺏ ،ﺀ ) dan tanda-tanda diakritik lain ( ﱁﺇ ، ُـ ، ِـ ، َـ ). Aksara ini juga sudah menggunakan beberapa

tanda baca (titik, koma, tanya, seru,...), dengan tujuan menambah kemampuannya dalam menuliskan unsur-unsur suprasegmental. Menurut ‘Alî M. al-Qâsimî, aksara Arab dapat digunakan untuk mengalihkan semua bunyi yang ada pada

bahasanya, kecuali satu yaitu al-nabr (tekanan). 524 Unsur ini –memang- belum dapat digambarkan pada bahasa tulis, namun letak dan posisinya sangat baku dan

dapat diketahui melalui kaidah-kaidah pembentukan kata Arab. 525 Posisi unsur ini tidak berubah-ubah pada sebagian besar kata dan kalimat Arab, sehingga seorang penutur yang memiliki kemampuan berbahasa Arab dengan baik dapat

523 Wâfî, Fiqh al-Lughah, h. 259. 524 al-Qâsimî, Ittijâhât Hadîtsah fi Ta’lîm al-‘Arabiyyah , h. 241.

al-Qâsimî, Ittijâhât Hadîtsah fi Ta’lîm al-‘Arabiyyah , h. 252. 525 Mukhtâr ‘Umar, Dirâsah al-Saut al-Lughawî, h. 257-260; M. Fahmi Hijâzî, Madkhal

‘ilâ ‘Ilm al-Lughah , h. 81-82.

mengetahui keberadaan unsur tekanan pada setiap kata, kalimat, atau ujaran bahasa Arab. Unsur ini -dalam bahasa Arab- tidak digunakan untuk membedakan makna (sebagai fonem), meskipun ada perubahan-perubahan posisi ketika digunakan untuk maksud-maksud tertentu seperti: al-ta’kîd (emphasis), al- mufâraqah (contrast), atau al-tarkîz (intensity). 526 Berbeda halnya dengan bahasa Inggris, unsur tekanan digunakan untuk membedakan makna, seperti: kata (import, increase, record, dan lain-lain) dapat memiliki dua makna dengan perbedaan letak tekanan. Kata-kata tersebut dapat befungsi sebagai kata benda apabila tekanan terdapat pada awal kata, dan dapat berarti kata kerja apabila tekanan diletakkan pada bagian akhir kata. 527 Sementara bahasa Arab

menganggap makna umum suatu ujaran adalah sama, meskipun ada perbedaan- perbedaan pelafalan ketika digunakan untuk maksud-maksud di atas. Perbedaan tersebut –dalam bahasa Arab- disebut dengan aksen, yaitu cara-cara pelafalan sehingga maksud penutur dapat dengan cepat dipahami oleh pendengar.

Syarat untuk meraih aspek kesempurnaan sangat sulit, setidaknya aksara Arab mendekati aspek ini. Aksara Arab dapat menuliskan semua bunyi bahasanya, walaupun ada beberapa titik kelemahan. Kelemahan itu lebih sedikit jumlahnya apabila dibandingkan dengan aksara lain.

b. Keharmonisan Keharmonisan sebuah aksara bahasa terletak pada dua hal, yaitu: (1) setiap fonem (satuan bunyi) ditulis dengan satu simbol. (2) satu simbol tidak boleh digunakan untuk menuliskan lebih dari satu bunyi. Dalam hal ini, aksara Arab belum mampu meraih aspek ini, karena tidak dapat memenuhi kedua syarat tersebut.

Aksara Arab tidak dapat memenuhi syarat pertama, meskipun hampir setiap bunyi dalam bahasa Arab ditulis dengan satu simbol. Bunyi-bunyi tersebut dapat dituliskan dengan baik oleh aksara Arab, walaupun setiap bunyi memiliki

Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Aswât, h. 515-518. 527 Mukhtâr ‘Umar, Dirâsah al-Saut al-Lughawî, h. 223; Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Aswât, h.

varian-varian ketika berada pada konteks kata atau kalimat, contohnya: ( ﺏﺎﺛ ﻥﺇ ), ( ﻝﺎﻗ ﻥﺇ ), dan ( ﺖﻜﺳ ﻥﺇ ). Akan tetapi ada dua bunyi bahasa Arab yang ditulis

dengan menggunakan dua simbol, yaitu: untuk fathah tawîlah dan bunyi tâ’.

Fathah tawîlah dilambangkan dengan ( ﻯ - ﺍ ), sementara untuk konsonan tâ’

ﺓ 528 - ﺕ ). Sebenarnya kedua simbol pada masing-masing

digunakan dua simbol (

kata tersebut sangat diperlukan, karena setiap simbol tidak hanya digunakan untuk melambangkan bunyi saja, tetapi digunakan juga untuk fungsi gramatikal

(sintaksis dan morfologi). 529 Kedua simbol yang dimiliki oleh dua bunyi di atas telah dibahas sebelumnya, sehingga tidak perlu pembahasan yang lebih lanjut

berkenaan dengan hal tersebut. Syarat ini juga tidak dimiliki oleh bahasa-bahasa lainnya, termasuk bahasa

Inggris dan bahasa Indonesia. Beberapa bunyi dalam Bahasa Inggris, seperti: [K] dan [S] masing-masing ditulis dengan beberapa huruf, seperti: (k) kill, (c) cat, (q) queen, dan (ch) pada character. 530 Bahasa Indonesia sendiri, tidak dapat memenuhi syarat pertama ini, karena pada susunan abjadnya terdapat beberapa

bunyi yang ditulis dengan gabungan dua simbol (diagraf) 531 , seperti: (kh) khusus, (ng) ngilu, (ny) banyak, dan (sy) pada asyik. 532 Aksara kedua bahasa ini –seperti

halnya aksara Arab- belum mampu menerapkan syarat pertama pada sistem aksaranya, bahkan jumlah ketidak sesuaian yang ada pada keduanya lebih banyak dari aksara Arab.

Aksara Arab juga belum mampu untuk memenuhi syarat kedua, karena

ada dua huruf ( ﻱ ،ﻭ ) yang masing-masing digunakan untuk dua bunyi yang

berbeda satu sama lainnya. Keduanya dapat digunakan untuk dua bunyi yang

529 Nâyif Ma’rûf, Khasâis al-‘Arabiyyah wa Tarâiq Tadrîsihâ, h. 153. Sintaksis adalah pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau dengan

satuan-satuan yang lebih besar, atau antara satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa. satuan terkecil dalam bidang ini adalah kata; Morfologi ialah bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya, bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian- bagiannya adalah morfem. Kridalaksana, Kamus Linguistik, h. 199 dan 142. 530

Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Aswât, h. 599; Abd al-Mun’im M. al-Najjâr, al-Hurûf wa al- Aswât: fi Dau’ al-Dirâsât al-S autiyyah al-Hadîtsah, h. 28. 531 Diagraf adalah kombinasi dua huruf untuk menggambarkan satu bunyi atau satu fonem. Lihat, Kridalaksana, Kamus Linguistik, h. 44. 532 Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia , h. 18.

berbeda, yaitu: bunyi konsonan ( 533 ﺖﻴﺑ - ﺪﻟﻭ ), dan bunyi vokal ( ﻱﺩﺎﳍﺍ - ﺭﻮﺳ ),

sehingga para ahli bahasa menamakan keduanya semi-vokal. Dalam hal ini, bahasa Indonesia lebih unggul dari bahasa Arab, karena setiap huruf dan simbolnya melambangkan satu fonem.

Kedua syarat tersebut sangat sulit untuk dipenuhi oleh semua aksara, karena dapat dipastikan bahwa bunyi berkembang dengan pesat, sementara aksara tetap sebagaimana waktu pertama pembentukkannya. Hal semacam ini melahirkan permasalahan dalam hubungan antara bunyi dengan aksara, di mana aksara tidak akan pernah mampu untuk mengimbangi perkembangan bunyi-bunyi bahasa.

c. Kesederhanaan Aspek kesederhanaan bukan hanya berarti mudah (tidak sulit) untuk digunakan, tetapi juga mudah untuk dipahami. Aspek ini sebenarnya digunakan untuk menilai dua sistem aksara yang sama-sama digunakan untuk menuliskan satuan bunyi satu bahasa, seperti: simbol (38), apabila dibandingkan dengan

(XXXVIII) untuk satuan angka yang sama. 534 Dari sini dapat disimpulkan bahwa aksara yang sederhana itu adalah aksara yang hanya memiliki sedikit simbol tetapi

mampu merekam semua bunyi bahasanya, sekaligus pula mudah dimengerti. Aspek ini juga berkaitan erat dengan dua aspek sebelumnya (kesempurnaan dan keharmonisan), dalam arti kesederhanaan suatu aksara harus dapat mencakup syarat-syarat yang ditentukan kedua aspek tersebut.

Aspek kesederhanaan dalam aksara Arab menurut ‘Alî M. al-Qâsimî, terlihat jelas pada jumlah huruf dalam abjad Arab apabila dibandingkan dengan

bunyi-bunyinya. 535 Jumlah huruf abjad Arab –menurut ‘Abbâs ‘Aqqâd- lebih sedikit dari abjad bahasa-bahasa lain, meskipun makhraj bunyinya terbentang

luas. Bunyi-bunyi tersebut akan bertambah banyak, jika pengaruh dari bahasa dialek dimasukkan ke dalamnya. 536 Bahasa Inggris mungkin memiliki abjad lebih

534 Nâyif Ma’rûf, Khasâis al-‘Arabiyyah wa Tarâiq Tadrîsihâ, h. 153. al-Qâsimî, Ittijâhât Hadîtsah fi Ta’lîm al-‘Arabiyyah , h. 243-244.

536 al-Qâsimî, Ittijâhât Hadîtsah fi Ta’lîm al-‘Arabiyyah , h. 253. Nâyif Ma’rûf, Khasâis al-‘Arabiyyah wa Tarâiq Tadrîsihâ, h. 47.

sedikit dari bahasa Arab, namun aksara tersebut belum dapat mencerminkan bunyi bahasanya, 537 contohnya: huruf (C), dan (S). Huruf (C) dilafalkan [k] pada car, [s] pada center, [sy] pada pacient, sementara (S) dapat dilafalkan [s] pada sun, [sy] pada sure, [z] pada please, atau [j] pleasure. Hal ini menunjukkan bahwa aksara lain juga mengalami kesulitan untuk meraih aspek yang ketiga ini. Pada hakikatnya aksara Arab dapat digunakan untuk menuliskan bunyi bahasanya, karena segala kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi telah dijelaskan dengan kaidah-kaidah yang baku.

Keutamaan aksara Arab tidak hanya dapat dilihat dari fungsinya sebagai pelambang bunyi, atau melalui tiga aspek yang telah dibahas di atas. Ada

beberapa keutamaan lain yang dimiliki oleh aksara ini. Simbol huruf-huruf Arab semuanya diambil dari huruf pertama bunyi namanya, contohnya: huruf pertama dari bunyi alif adalah ( ﺍ ), huruf pertama nama bâ’ ( ﺏ ), atau huruf pertama nama jîm adalah ( ﺝ ), dan lain-lain. Hal seperti ini pernah diangkat oleh Ibn Jinnî, menurutnya apabila disebut jîm maka awalnya adalah huruf ( ﺝ ), dâl maka awalnya adalah ( 538 ﺩ

Lain halnya dengan bahasa Inggris, simbol-simbol hurufnya tidak mewakili huruf pertama dari bunyi namanya (sebutan), seperti: (ei, bi:, si:, eks, way dan seterusnya). Begitu juga dengan bahasa Indonesia, contohnya: (el, em, ef, en, dan lainnya).

), begitu seterusnya.

Keutamaan lain yang ada pada aksara Arab adalah tiap huruf-huruf yang tertulis, dilafalkan sesuai dengan urutannya, seperti: ( ﺐﺘﹶﻛ ) dibaca ka ta ba. Sama halnya dengan bahasa Indonesia, contoh: (serta) dibaca ser-ta, (ingat) dibaca i-

ngat. 539 Aksara Arab mampu melambangkan bunyi-bunyi yang hanya ada pada

bahasanya, seperti: bunyi ( 540 ... ﱁﺇ ،ﺀﺎﻄﻟﺍ ،ﺀﺎﳊﺍ ،ﻑﺎﻘﻟﺍ ،ﲔﻌﻟﺍ ،ﺀﺎﻈﻟﺍ ،ﺩﺎﻀﻟﺍ

). Bunyi- bunyi ini bisa jadi ada persamaannya pada bahasa lain, namun belum dapat dilambangkan dengan jelas dalam bentuk satu simbol. Hal ini mungkin yang dapat

538 Nâyif Ma’rûf, Khasâis al-‘Arabiyyah wa Tarâiq Tadrîsihâ, h. 49. Abd al-Mun’im M. al-Najjâr, al-Hurûf wa al-Aswât: fi Dau’ al-Dirâsât al-S autiyyah

al-Hadîtsah, h. 27-28. 539 Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia , h. 10. 540 Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Lughah al-‘Âm: al-As wât, h. 155, 132; Abd al-Mun’im M. al-

Najjâr, al-Hurûf wa al-Aswât: fi Dau’ al-Dirâsât al-S autiyyah al-Hadîtsah, h. 27.

membuktikan bahwa aksara Arab sesungguhnya memiliki kemampuan yang baik dalam menjalankan fungsinya sebagai pelambang bunyi bahasa Arab.

Huruf-huruf Arab juga –hampir semuanya- dilafalkan, kecuali pada

beberapa kata seperti: ( 541 ... ﱁﺇ ، ﺍﻮﺟﺮﺧ ، ﻭﺮﻤﻋ ،ﻦﲪﺮﻟﺍ ،ﷲﺍ ،ﻚﺌﻟﻭﺃ

). Kata-kata ini merupakan bagian dari karekter (ciri) khusus, dan dapat dikatakan sebagai keutamaan dari aksara Arab. Hal itu, mengingat adanya alasan yang dapat diterima dari penggunaannya pada sebagian kata. Meskipun di sisi lain dapat menimbulkan kesulitan, akan tetapi penggunaannya pun hanya pada beberapa kata saja dan telah dijelaskan dengan baik melalui kaidah imlâ’. Karakter khusus yang merupakan ciri dari aksara Arab, antara lain: (1) huruf-huruf yang ditulis dalam

kata, namun tidak ada pelafalannya seperti: ( ... ﱁﺇ ، ﺔﺋﺎﻣ ، ﺍﻮﺟﺮﺧ ، ﻚﺌﻟﻭﺃ ). (2) sebaliknya, bunyinya dilafalkan walaupun tidak ada simbolnya, contohnya: ( ﻦﲪﺮﻟﺍ ... ﱁﺇ ،ﺍﺬﻫ ، ﻚﻟﺫ ، ﺀﻻﺆﻫ ، ). (3) tanda ( ﻝﺃ ) baik syamsiyah atau qamariyah. (4) penulisan kaidah hamzah ( ﺃ ،ﺅ ،ﺉ ،ﺀ ). (5) penulisan bunyi dengan dua simbol berbeda, seperti: bunyi tâ’ ( 542 ﺓ ،ﺕ

) dan bunyi alif ( ﻯ ،ﺍ ), dan lainnya. Karakter

khusus ini dapat melahirkan permasalahan, jika tidak diimbangi dengan pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang tata cara dan aturan penggunaannya (qawâid al-Imlâ’).

Selain hal-hal di atas, keutamaan lain pada aksara ini adalah penggunaan

tanda-tanda vokal ( 543 ﻱ ، ﻭ ، ﺍ ، ُـ ، ِـ ، َـ

) sebagai tanda i’râb. I’râb merupakan salah satu keistimewaan bahasa Arab, dan berfungsi sebagai kaidah- kaidah yang menentukan urutan kata, fungsi-fungsinya, dan juga menentukan

syakl akhir kata pada suatu kalimat. 544 Dalam hal ini, i’râb berperan besar dalam menentukan jabatan kata dalam kalimat yang dapat diketahui melalui tanda pada

akhir suatu kata, apakah dammah, fathah, kasrah, atau ciri lainnya, contohnya:

M. Rajjâb al-Najjâr, al-Kitâbah al-‘Arabiyyah: Mahârâtuhâ wa Funûnuhâ , h. 104-105. 542 Lihat, ‘Abd al-Salâm M. Hârûn, Qawâid al-Imlâ’, h. 5-71; M. Rajjâb al-Najjâr, al-

Kitâbah al-‘Arabiyyah: Mahârâtuhâ wa Funûnuhâ , h. 110-105; Fakhr al-Dîn, Turuq al-Tadrîs al- Khâssah bi al-Lughah al-‘Arabiyyah , h. 108-117. 543

Tamâm Hassân, al-Lughah al-‘Arabiyyah: Ma’nâhâ wa Mabnâhâ , h. 72. 544 Rusydî A. Tu’aymah, Ta’lîm al-‘Arabiyyah li Ghayr al-Nât iqîn bihâ, h. 36; Samîr

Yûnus dan Sa’ad al-Rasyîdî, al-Tadrîs al-‘Âm wa Tadrîs al-Lughah al-‘Arabiyyah , h. 120.

( 545 ﻩﺎﺑﺃ ﺪﻴﻌﺳ ﻡﺮﻛﺃ ), dan ( ﻩﻮﺑﺃ ﺍﺪﻴﻌﺳ ﺮﻜﺷﻭ ). Melihat betapa pentingnya fungsi ini,

maka sudah seharusnya tanda vokal (tanda diakritik) ditulis dan digunakan dengan jelas pada semua tulisan bahasa Arab. Sebuah kalimat ujaran bahasa Arab akan sulit untuk dibaca tanpa adanya tanda dan huruf ini, sehingga makna yang dimaksud tidak mungkin dipahami oleh seorang pembaca.

Keutamaan huruf-huruf Arab dapat pula dilihat dari perannya selama ini, terutama untuk masyarakat Muslim. Huruf-huruf Arab memainkan peran yang

begitu besar dari mulai masa Nabi Muhammad saw., dalam penulisan Alquran. 546 Penggunaan aksara ini dalam penulisan Alquran, secara tidak langsung

membuatnya dipelajari oleh umat Islam. Oleh sebab itu aksara ini tersebar ke penjuru wilayah Islam, seiring dengan perkembangan agama itu sendiri. 547

Beberapa bukti menyatakan, bahwa aksara ini juga pernah digunakan oleh beberapa bahasa non-Arab, seperti: Kurdi, Persia, Urdu, sampai Melayu yang dikenal dengan sebutan tulisan Jawi. 548 Alquran memberikan pengaruh yang begitu besar terhadap perkembangan aksara ini, sehingga semua umat Islam menerima dan memakainya dalam kebutuhan sehari-hari. Huruf-huruf primer aksara Arab juga memiliki bentuk geometris, yang membuatnya mudah untuk ditulis dengan cepat dan dapat dirangkaikan dengan unsur-unsur seni. Kaligrafi dan berbagai jenisnya, merupakan bukti dari peran penting aksara Arab. Seniman- seniman Islam mampu mengubah aksara ini menjadi suatu hiasan yang sangat indah untuk masjid, istana, dan tempat-tempat lainnya. 549 Keindahan kaligrafi Arab sebenarnya membawa pengaruh yang begitu besar bagi penyebaran aksara Arab ke seluruh wilayah Islam. Sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa

546 Abû al-Fath ‘Utsmân ibn Jinnî, al-Khasâis (Beirut: ‘Âlam al-Kutub, 2006), h. 68. Salah Mahjûb al-Tanqârî, “Tatstsur al-Lughah al-Malâyûwiyyah bi al-Lughah al-

‘Arabiyyah: Qirâah fi al-Asbâb wa al-Natâij.” Proseding makalah Seminar Internasional “Enhanching the level of Arabic and its role in Dealing with the Challenge of Globalization ”, Kenari Hotel Makassar, 8-10 September 2005, h. 8.

547 Subhi al-Sâlih, Dirâsât fi Fiqh al-Lughah , Cet. XI (Beirut: Dâr al-‘Ilm li al-Malâyîn, 1986), h. 357. 548

Sejarah Abjad Arab, http://www.wikipedia.com . 549 Mahmûd ‘Arafah Mahmûd dkk., Dirâsât fi al-Hadârah al-‘Arabiyyah al-Islâmiyyah

(Kuwait: Maktabah Ibn Katsîr, 1997), h. 268-276.

keutamaan aksara Arab bukan hanya terdapat pada fungsinya saja sebagai simbol bunyi, namun harus dilihat dari perannya yang begitu besar. Sementara permasalahan-permasalahan yang ditimbulkannya, tidak mengurangi keutamaan aksara ini. Aksara Arab sebagai suatu sistem tulis juga telah dilengkapi dengan kaidah-kaidah yang mengatur penggunaannya, sehingga penggunaannya lebih maksimal jika diimbangi dengan pemahaman terhadap kaidah-kaidahnya.

2. Kelemahan Aksara Arab Sebagai suatu sistem yang digunakan untuk menulis bunyi-bunyi bahasa, aksara Arab tidak terlepas dari unsur kelemahan. Unsur ini disebabkan oleh

adanya kesulitan-kesulitan pada bagian-bagian tertentu dalam tataran penggunaannya, jika dibandingkan dengan aksara lain. 550 Hal semacam ini tidak

dapat dipungkiri lagi, dan juga terjadi pada semua aksara yang ada. Kelemahan- kelemahan tersebut justru dapat dijadikan pijakan untuk pengembangan dan perbaikan pada bidang-bidang lain, seperti: dunia pendidikan. Sehingga, tidak menimbulkan kesalahan dalam penggunaan aksara ini. Letak kelemahan aksara Arab dapat dilihat pada beberapa aspek, antara lain:

a. Huruf aksara Arab memiliki beberapa macam bentuk perubahan Hampir semua huruf Arab memiliki beberapa bentuk yang berubah-ubah

sesuai dengan posisi masing-masing huruf pada suatu kata, 551 kecuali huruf vokal pendek (fathah, kasrah, dan dammah). Sebagai contoh: huruf ‘ain memiliki

bentuk ( ـﻋ ) apabila di awal kata, ( ـﻌـ ) di antara dua huruf, dan ( ﻊـ ) atau ( ﻉﺍ ) untuk akhir kata. Aneka bentuk ini sebenarnya dimiliki oleh aksara bahasa lain, namun tidak sebanyak bentuk perubahan pada huruf Arab. Huruf-huruf Latin yang digunakan oleh bahasa Inggris dan bahasa Indonesia hanya memiliki dua perubahan, yaitu: huruf besar (A) dan huruf kecil (a). 552 Penggunaan masing-

551 al-Qâsimî, Ittijâhât Hadîtsah fi Ta’lîm al-‘Arabiyyah , h. 245-246. Wâfî, Fiqh al-Lughah , h. 260; David Cowan, An Introduction to Modern Literary

Arabic, h. 1-2. 552 Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia , h. 37; Lamuddin Finoza,

Komposisi Bahasa Indonesia , h. 18.

masing bentuk tersebut telah diatur oleh ejaan kedua bahasa, hal seperti ini jauh lebih mudah jika dibandingkan dengan ragam bentuk yang banyak.

Perubahan setiap huruf Arab ini menambah banyak perbendaharaan huruf pada abjad Arab baik kuantitas atau pun kualitasnya, karena masing-masing huruf memiliki tiga atau empat macam bentuk. 553 Belum lagi huruf hamzah yang memiliki bentuk berbeda-beda pada setiap posisinya, alif dan tâ’ yang dapat

ditulis dengan dua huruf ( ﻯ ﺍ، ) dan ( ﺓ ، ﺕ ). Bentuk-bentuk huruf ini –tak dapat

dipungkiri lagi- merupakan suatu kesulitan dalam penggunaanya, dan dapat menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam aspek kebahasaan.

b. Bentuk-bentuk huruf Arab memiliki karakter yang berbeda Menurut al-Qâsimî, setiap bentuk huruf Arab memiliki karakter yang berbeda-beda. Bentuk ‘ain ( ـﻋ ) awal kata dan dapat dihubungkan dengan huruf sesudahnya, ( ـﻌـ ) dapat dihubungkan dengan sebelum dan sesudahnya, ( ﻊـ ) untuk akhir dan dapat dihubungkan sebelumnya, dan ( ﻉ ) untuk akhir dan tidak

dapat dihubungkan dengan sebelumnya. 554 Sangat jauh jika dibandingkan dengan bahasa Indonesia seperti yang disebutkan di atas.

Dari perbandingan di atas, tidaklah salah apabila banyak kalangan -dari para ahli- yang menyerukan untuk memperbaiki, bahkan sebagian ada yang berusaha untuk mengganti aksara Arab dengan aksara Latin. Seruan untuk perbaikan itu diarahkan kepada penulisan huruf Arab secara terpisah dan hanya satu bentuk, sama seperti huruf-huruf Latin. 555 Hal itu dapat dimaklumi, karena karakter setiap bentuk huruf ini menambah banyak tingkat kesulitan, terutama dalam tataran penggunaanya.

c. Adanya kesamaan bentuk dari beberapa huruf Arab Aksara Arab memiliki kelemahan dalam bentuk huruf-hurufnya, hal itu apabila dibanding dengan aksara Latin. Beberapa huruf primer aksara Arab –

554 al-Qâsimî, Ittijâhât Hadîtsah fi Ta’lîm al-‘Arabiyyah , h. 244-245. al-Qâsimî, Ittijâhât Hadîtsah fi Ta’lîm al-‘Arabiyyah , h. 245. 555 Wâfî, Fiqh al-Lughah, h. 268; al-Qâsimî, Ittijâhât Hadîtsah fi Ta’lîm al-‘Arabiyyah , h.

menurut Nâyif M. Ma’rûf- memiliki bentuk yang sama, seperti: ( ،ـﻧ ،ـﺛ ،ـﺗ ،ـﺑ ـﻳ ), ( ﺥ ،ﺡ ،ﺝ ), ( ), dan ( ). 556 ﺫ ،ﺩ ﺯ ،ﺭ Perbedaannya hanya terletak pada

penggunaan titik, jumlah titik, atau tanpa titik, sehingga peran tanda titik sangat penting bagi huruf-huruf Arab.

Hal semacam ini –sebenarnya- jauh lebih baik, dari pada waktu pertama kali aksara ini digunakan. Tulisan-tulisan Arab klasik tidak menggunakan tanda titik, sehingga tidak ada perbedaan antara huruf-huruf yang memiliki bentuk sama. Menurut –M. M. al-‘Azmî-, sebenarnya ada bukti kukuh yang menunjukkan bahwa konsep tanda titik ini bukan sesuatu yang baru untuk orang Arab, namun

apa filosofi dibalik semuanya sehingga tidak digunakan dalam mushaf-mushaf klasik. 557 Hal semacam ini dapat dijawab dengan sistem dan pembelajaran

kemahiran membaca Alquran pada waktu itu dilakukan dengan metode talqîn atau membaca langsung di depan seorang guru yang mendengarkan setiap bacaan muridnya, oleh sebab itu segala kesalahan yang terjadi dapat dibetulkan secara langsung oleh guru tersebut.

d. Tulisan Arab secara umum tidak menggunakan syakl (tanda diakritik)

Kelemahan aksara Arab dibandingkan dengan aksara lain terletak pada penggunaan beberapa tanda-tanda diakritik untuk melambangkan bunyi-bunyi bahasanya. Jumlah tanda tersebut cukup banyak, seperti: (fathah, kasrah, dan dammah) untuk vokal pendek, (syaddah) untuk tanda dua konsonan, (tanwîn) untuk nomina tidak definitif, dan (sukûn) untuk bunyi konsonan. 558 Padahal secara garis besar, tanda-tanda ini hanya digunakan pada Alquran dan buku-buku pelajaran tingkat dasar saja. Sementara tulisan Arab secara umum tidak dilengkapi tanda diakritikal.

Tulisan Arab –biasanya- tidak dilengkapi tanda diakritik, meskipun fungsinya sangat penting dalam suatu ujaran bahasa Arab. 559 Kebiasaan ini sering

557 Nâyif Ma’rûf, Khasâis al-‘Arabiyyah wa Tarâiq Tadrîsihâ, h. 153. 558 al-‘Azmî, Sejarah Teks Alquran dari Wahyu sampai Kompilasi , h. 151.

Arabic Alphabet dan Abjad Arab, http://www.wikipedia.com ; Arabic alphabet, pronunciation and language, 559 http://www.ethnologue.com/ ; Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab , h. 174.

terjadi pada aksara-aksara yang masuk dalam rumpun bahasa Semit. 560 Penyebabnya adalah bunyi konsonan –dalam pandangan mereka- yang menjadi

pembentuk kata dan membedakan maknanya, sehingga aksara Semit lebih memperhatikan bunyi tersebut. 561 Hal ini mempengaruhi pada sistem-sistem

aksara yang masuk dalam rumpun bahasa Semit seperti: aksara Arab, meskipun bunyi vokal dan konsonan –dalam bahasa Arab- sama-sama dapat membedakan makna.

Tanda diakritik dalam tulisan Arab berfungsi sebagai lafal yang sesungguhnya, tanpa tanda ini sebuah kata Arab tidak dapat dibunyikan, contoh:

( ﺐﺘﻛ ) dapat dibaca ( ... ﱁﺇ ،ﺐِﺘﹸﻛ ،ﺐﺘﹶﻛ ،ﺐﺘﹶﻛ ). Selain sebagai penanda bunyi kata,

beberapa tanda diakritikal (fathah, kasrah, dammah, dan tanwîn) digunakan pula

sebagai tanda i’râb, seperti: ( 562 ... ﱁﺇ ، ِﺫﺎﺘﺳﻷﺎﺑ ﺕﺭﺮﻣ ، ﹶﺫﺎﺘﺳﻷﺍ ﺖﻳﺃﺭ ، ﹸﺫﺎﺘﺳﻷﺍ ﺐﻫﺫ

). Unsur tekanan juga dapat ditentukan dengan adanya bunyi vokal bahasa Arab, sehingga penulisannya sangat penting agar tidak terjadi kesulitan-kesulitan dalam membaca dan memahami ujaran bahasa Arab.

e. Pembentukkan huruf-huruf Arab sangat sulit Huruf-huruf Arab dengan bentuk geometrisnya menimbulkan dua hal, keindahan dan kesulitan. Keindahan huruf-huruf ini terlihat pada saat dipadukan dengan hiasan-hiasan lain, sehingga dapat menghasilkan unsur seni yang dikenal dengan kaligrafi. Sementara tingkat kesulitan huruf-huruf Arab terjadi pada saat pembentukkannya, jika dibandingkan dengan huruf-huruf Latin.

Semit (semitic) dalam arti bahasa adalah bahasa yang masuk dalam rumpun bahasa Semit, yang diambil dari nama Sâm ibn Nûh. Sedangkan dalam arti aksara adalah istilah yang digunakan untuk aksara-aksara yang masuk rumpun Semit, seperti: aksara Arab dan aksara Ibrani. Lihat, al-Khûlî, A Dictionary of Theoritical Linguistics , h. 253.

561 al-Qâsimî, Ittijâhât Hadîtsah fi Ta’lîm al-‘Arabiyyah , h. 245; Wâfî, Fiqh al-Lughah, h. 258.

562 Pada bahasa berfleksi, setiap kategori kata umumnya memiliki bentuk yang harus disesuaikan dengan fungsi gramatikal. Kesesuaian ini biasanya berhubungan dengan kala, aspek,

modus, diatesis, persona, jender, dan kasus. Penyesuaian bentuk pada kategori verba disebut konjungsi, sedangkan pada nomina dan adjektiva disebut deklinasi. Adanya dua sistem ini menjadikan bahasa Arab sarat dengan penanda-penanda gramatika. Lihat, Miftahul Khairah, “Urgensi Penanda dalam Bahasa Arab.” Arabiyyat Vol. 4, No. I (Maret 2005): h. 45.

Pembentukkan huruf Arab sangat sulit, apabila dibandingkan dengan pembentukkan huruf Latin. Pembentukkan hampir semua huruf Latin hanya memerlukan garis (I) dan setengah lingkaran (c), contohnya: (a, b, c, d, o, p, dan

seterusnya). 563 Sementara huruf-huruf Arab dibentuk tidak sesederhana huruf Latin, misalnya: huruf (ا) dibentuk dengan garis panjang, huruf ( ﺩ ) dengan sudut

tajam, huruf ( ـﺻ ) dengan bentuk telur, belum lagi ditambah dengan titik –titik yang membedakan huruf, dan lain-lainnya. Perbandingan ini dapat memberi kesimpulan berkenaan dengan aksara Arab, yaitu adanya kesulitan-kesulitan dalam menuliskan huruf-huruf Arab.

Kelemahan aksara Arab tidak terbatas pada beberapa faktor yang telah dibahas di atas saja. Ada unsur suprasegmental yaitu tekanan, yang belum ada

simbolnya dalam aksara ini. Sehingga untuk memahami kata mana yang penting (menjadi penekanan) oleh penutur, seseorang tidak dapat berpegang pada simbol- simbol yang ada dalam tulisan Arab. Untuk dapat memahaminya, harus terlebih dahulu menguasai kaidah Nahwu dan Sharf. Dalam hal ini, komunikasi yang terjadi secara lisan lebih baik dibanding dengan komunikasi melalui bahasa tulis. 564 Seorang pendengar dapat mengerti dengan cepat, karena langsung dapat mendengar sekaligus melihat mimik wajah penutur. Untuk unsur intonasi, aksara Arab telah dilengkapi dengan beberapa tanda baca, sehingga dapat diketahui letak

dan jenisnya pada kata-kata tertentu. 565 Dengan begitu dapat diketahui makna kata-kata tertentu yang diinginkan penutur, meskipun makna pada beberapa kata

yang lain masih belum dapat diketahui dengan tanda-tanda baca saja. Kelemahan- kelemahan ini terjadi akibat perbedaan antara bahasa tulis dan bahasa lisan yang digunakan bangsa Arab. Bahasa tulis dibuat dengan berpegang pada bahasa Fushâ, sementara bahasa lisan cenderung ke arah penggunaan ‘Âmiyah. 566 Hal ini berbeda dengan bahasa Inggris, di mana ada kesamaan antara bahasa tulis dengan bahasa lisan.

564 al-Qâsimî, Ittijâhât Hadîtsah fi Ta’lîm al-‘Arabiyyah , h. 246. 565 Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia , h. 5.

Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Aswât, h. 241-242. 566 Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Lughah al-‘Âm: al-As wât, h. 225-226; Wâfî, Fiqh al-Lughah, h.

Kelemahan aksara Arab di atas telah menimbulkan dan menuai berbagai usulan dari banyak kalangan, yang dapat dikategorikan menjadi dua bagian: 567 Pertama, penggunaan syakl. Kedua, perubahan bentuk huruf. Usulan pertama meliputi: penggunaan syakl pada kata-kata yang yang sulit dilafalkan dan juga akhir kata sebagai tanda i’râb, semua tulisan Arab harus dilengkapi dengan syakl, dan penulisan syakl pada struktur kata setelah huruf konsonan seperti: (kataba) dengan huruf Arab, yang diusulkan oleh banyak kalangan termasuk al-Jalîl A. Lutfî al-Sayyid Bâsyâ. Hal ini juga diusulkan oleh Kamâl Badrî Ibrâhîm yang ditulis dalam bukunya, ‘Ilm al-Lughah al-Mubarmaj . 568 Sementara usulan-usulan bagian kedua mencakup: (1) penggunaan huruf Latin sebagai tulisan bahasa Arab,

usulan ini dikemukakan oleh ‘Abd al-‘Azîz Fahmî Bâsyâ yang ditulis dalam bukunya yang berjudul “al-Hurûf al-Lâtîniyyah li al-Rasm al-‘Arbî ”. (2) setiap huruf harus memiliki empat bentuk berbeda, bentuk khusus (fathah, kasrah, dammah, dan sukûn), seperti aksara Habsyî. Dan (3) peniadaan i’râb dan digantikan dengan taskîn pada semua akhir kata-kata Arab, sehingga kesenjangan antara bahasa tulis dan bahasa lisan dapat dihilangkan. Kedua usulan tersebut di atas –sebenarnya- dapat dimaklumi dan harus diperhatikan dengan baik, mengingat pengaruh-pengaruh yang selama ini timbul akibat kelemahan- kelemahan yang terdapat dalam beberapa huruf dan tanda Arab. Usulan pertama jauh lebih bijaksana daripada usulan kedua, namun kedua-duanya masih harus dicermati. Kedua usulan tersebut dapat menjauhkan masyarakat Arab dari tulisan- tulisan yang selama ini sudah ada, hal ini tentunya juga sangat berpengaruh untuk Alquran, hadits, dan buku-buku keagamaan dari masa klasik, karena telah ditulis dengan huruf dan tanda Arab.

Semua pembahasan di atas memberi gambaran bahwa permasalahan- permasalahan dalam penulisan huruf Arab pasti terjadi, jika tidak diimbangi dengan pemahaman yang baik terhadap karakter, kelemahan, dan kaidah penggunaannya. Kesulitan-kesulitan ini dapat dijadikan petunjuk untuk melihat

568 Wâfî, Fiqh al-Lughah, h. 263-267. Kamâl Ibrâhîm, ‘Ilm al-Lughah al-Mubarmaj , h. 69-70.

sisi keutamaan dan kelemahan Aksara Arab. Kedua sisi tersebut sama-sama berguna sebagai pijakan atau landasan untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam penggunaannya. Hal ini membuktikan karakter bahasa Arab, di mana pemahaman terhadap kaidah-kaidahnya harus ada pada awal (langkah) sebagai jalan untuk meraih kesuksesan dalam mempelajari bahasa Arab secara umum.