Kualitas Tidur Pada Lansia

Adanya penurunan progresif dalam tahap III dan IV NREM, beberapa lansia hampur tidak memiliki tidur tahap I atau tidur nyeyak. Seorang lansia terbangun lebih sering pada malam hari dan memerlukan banyak waktu agar dapat tidur kembali. Kecenderungan untuk tidur siang tampaknya semakin terjaga di malam hari Potter Perry, 2010.

2.3.2 Kualitas Tidur Pada Lansia

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah tersinggung dan gelisah, lesi dan apatis, kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah Hidayat, 2006. Kualitas tidur merupakan kemampuan individu untuk tetap tidur dan untuk mndapatkan jumlah yang cukup untuk tidur REM dan NREM Kozier, 2004. Kualitas tidur meliputi kualitas tidur subjektif, Ketenangan tidur, lamanya tidur, kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi siang hari selama 1 bulan terakhir Smyth, 2010. Ketenagan tidur merupakan waktu yang diperlukan untuk memulai tidur pada malam hari, normalnya seseorang akan mencapai tidur kurang dari 15 menit setelah merebahkan diri ke tempat tidur Smyth, 2010. Pola tidur berdasarkan tingkat perkembangan usianya, lansia memiliki tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25 Tidur REM, tidur tahap IV nyata berkurang kadang-kadang tidak ada. Mungkin mengalami insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur malam hari Asmadi, 2008. Beberapa individu melakukan latihan relaksasi untuk membantu mereka agar dapat tidur dan instruksi untuk membantu mereka mengembangkan Universitas Sumatra Utara kebiasaan tidur yang baik diantaranya : bangun pada jam yang sama pada setiap hari, menghindari berbagai aktivitas menjelang tidur yang tidak sejalan dengan tidur itu sendiri Davidson Kring, 2006. Beberapa lansia mengalami penurunan kualitas tidur yang dipicu oleh gangguan dengan gejala sering terjaga pada malam hari, sering kali terbangun pada dini hari, dan sulit untuk tertidur. Gangguan tidur pada lansia terdiri dari gangguan tidur insomnia primer, hipersomnia, narkolepsi, dan gangguan tidur apnea Davidson Kring, 2006. Penggunaan obat tidur mengubah pola tidur dan menurunkan kewaspadaan di siang hari, yang kemudian menjadi masalh bagi individu. Obat yang diresepkan untuk tidur sering menyebabkan lebih banyak masalah daripada manfaat. Obat golongan antidepresan diantaranya benzodiazepin dan amfetamin merupakan obat yang membantu seseorang yang mengalami kesulitan tidur. Lansia mengkonsumsi berbagai obat untuk mengontrol dan mengobati penyakit kronik dan efek gabungan beberapa obat bisa sangat menganggu tidur Potter Perry, 2010. Disfungsi siang hari pada lansia dirasakan berupa rasa lelah yang amat sangat di siang hari, rasa mengantuk di siang hari, dan tertidur sewaktu melakukan aktifitas di siang hari Smyth, 2010. Kualitas tidur dapat dianalisis melalui pemeriksaan elektroensofalogram EEG, gerakan mata dan gerakan otot. Pada Tahap terjaga, EEG menunjukan voltase rendah, dengan gelombang acak dan cepat. Ada beberapa tipe gelombang dalam EEG yaitu gelombang alfa, betha, teta dan delta Stanley, 2006. Universitas Sumatra Utara Kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukan tanda- tanda kekurangan tidur atau tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Tanda- tanda kekurangan tidur dapat dibagi menjadi tanda fisik dan tanda psikologis. Tanda fisik berupa ekspresi wajah area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung, kantuk yang berlebihan, tidak mampu berkonsentrasi, tanda keletihan seperti pengelihatan kabur. Sedangkan tanda psikologisnya menarik diri, apatis, dan respon menurun, mudah tersinggung dan gelisah Hidayat, 2006. Adapun kuesioner yang digunakan utuk menilai kualitas tidur dengan ThePittsburgh sleep quality index PSQI. PQSI mempunyai 7 item yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur subjektif, Ketenangan tidur, lamanya tidur, kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi siang hari selama 1 bulan terakhir. Penilaian dengan skala PQSI ini menggunakan kunci scoring untuk keseluruhan pasien berkisar 0 sampai 3. Semua nilai dihitung dan menghasilkan nilai keseluruhan taun global yang berkisar 0 sampai 21. Nilai keseluruhan 5 atau lebih yang menunjukan kualitas tidur yang buruk, semakin tinggi nilai maka semakin buruk kualitas tidur Smyth, 2007. 2.4 Gangguan Tidur 2.4.1 Gangguan Tidur Pada Lansia

Dokumen yang terkait

Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Pendengaran pada Lansia di UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

9 80 88

Gambaran Tingkat Depresi pada Lansia di Unit Pelayanan Terpadu Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita wilayah Binjai dan Medan

3 74 67

Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Tidur Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita di Wilayah Binjai dan Medan

0 51 0

Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur Pada Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan

10 108 83

Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

1 7 109

Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 11

Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 2

Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Pendengaran pada Lansia di UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 2 25

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1 Pengertian Tidur - Gambaran Kualitas Tidur Dan Gangguan Tidur Pada Lansia Di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan

1 4 20

Gambaran Kualitas Tidur Dan Gangguan Tidur Pada Lansia Di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan

0 0 11