Materi Pembelajaran Cetak Saring

2. Materi Pembelajaran Cetak Saring

Guru selalu melakukan kegiatan pendahuluan sebelum memberikan materi pembelajaran kepada peserta didik disetiap pertemuan. Kegiatan pendahuluan yang selalu dilakukan oleh guru adalah berdoa bersama yang dilanjutkan presensi kehadiran peserta didik. Guru juga melakukan kegiatan motivasi dan apersepsi. Kegiatan ini penting dilakukan diawal pertemuan agar peserta didik termotivasi untuk menerima materi pembelajaran. Kegiatan apersepsi juga tidak kalah penting karena dengan kegiatan ini, baik guru maupun peserta didik dapat mengetahui persepsi atau pandangan mengenai materi pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru kemudian menjelaskan kompetensi yang akan dikuasai oleh peserta didik setelah mereka memperoleh materi yang akan diberikan. Guru menjelaskan garis besar materi yang akan diterima oleh peserta didik, jika materi tersebut adalah materi praktikum maka guru menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh peserta didik sesuai dengan pedoman agar tidak terjadi kecelakaan kerja. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan pendahuluan yang dilakukan oleh guru bertujuan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan pembelajaran.

Gambar 4.6. Guru Melakukan Kegiatan Motivasi dan Apersepsi

(Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

Kegiatan inti terdiri dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Eksplorasi merupakan kegiatan pencarian informasi mengenai meteri pembelajaran yang sedang disampaikan guru. Peserta didik dilibatkan secara aktif dalam pencarian informasi ini melalui berbagai sumber pembelajaran namun yang biasa mereka pergunakan adalah buku. Guru selalu memfasilitasi terjadinya interaksi dan percobaan yang dilakukan oleh peserta didik. Elaborasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik secara tekun dan cermat. Guru dalam kegiatan teori membiasakan peserta didik untuk berpikir, menganalisa, dan menyelesaikan tugas yang diberikan tanpa rasa takut dan saat praktikum selalu memfasilitasi dalam kegiatan prktikum serta menyajikan hasil kerja baik secara individu maupun kelompok. Konfirmasi merupakan kegiatan penegasan dari kegiatan eksplorasi dan elaborasi. Guru dalam kegiatan ini selalu memberikan umpan balik terhadap pekerjaan peserta didik, membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi Kegiatan inti terdiri dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Eksplorasi merupakan kegiatan pencarian informasi mengenai meteri pembelajaran yang sedang disampaikan guru. Peserta didik dilibatkan secara aktif dalam pencarian informasi ini melalui berbagai sumber pembelajaran namun yang biasa mereka pergunakan adalah buku. Guru selalu memfasilitasi terjadinya interaksi dan percobaan yang dilakukan oleh peserta didik. Elaborasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik secara tekun dan cermat. Guru dalam kegiatan teori membiasakan peserta didik untuk berpikir, menganalisa, dan menyelesaikan tugas yang diberikan tanpa rasa takut dan saat praktikum selalu memfasilitasi dalam kegiatan prktikum serta menyajikan hasil kerja baik secara individu maupun kelompok. Konfirmasi merupakan kegiatan penegasan dari kegiatan eksplorasi dan elaborasi. Guru dalam kegiatan ini selalu memberikan umpan balik terhadap pekerjaan peserta didik, membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi

Gambar 4.7. Kegiatan Elaborasi: Peserta Didik Melakukan Proses Pencetakan (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

Kegiatan penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri pembelajaran. Pada kegiatan penutup, guru membuat simpulan hasil pembelajaran, menyampaikan materi pembelajaran untuk pertemuan berikutnya, presensi akhir, dan berdoa bersama.

Gambar 4.8. Guru Melakukan Kegiatan Penutup

(Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

Materi pembelajaran cetak saring di Kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta disesuaikan dengan kurikulum, silabus, dan RPP. Standar kompetensinya adalah: membuat kriya tekstil dengan teknik cetak saring. Kompetensi dasarnya adalah: membuat kriya tekstil cetak saring dengan film / kodactrace. Materi pembelajarannya meliputi: 1) Rambu-rambu tentang kesehatan dan keselamatan kerja (K3). 2) Jenis, sifat, dan fungsi dari alat serta bahan yang digunakan. 3) Pembuatan desain cetak saring. 4) Pembuatan diapositif. 5) Proses afdruk. 6) Proses Pencetakan. 7) Fiksasi Warna. 8) Pengemasan.

a. Rambu-rambu tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Rambu-rambu tentang kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan materi teori pengantar praktik yang diberikan pada pertemuan Rambu-rambu tentang kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan materi teori pengantar praktik yang diberikan pada pertemuan

Guru menjelaskan bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan saat praktik agar terhindar dari kecelakaan kerja adalah: memakai pakaian kerja, memperhatikan petunjuk penggunaan alat dan bahan, mempersiapkan PPPK, menggunakan alat dan bahan sesuai fungsinya, dan membersihkan serta mengatur kembali alat dan bahan yang telah digunakan.

Berkaitan dengan hal tersebut, Bapak Drs. Budi Susanto selaku salah satu guru mata pelajaran produktif cetak saring menuturkan:

ebenarnya K3 itu sangat penting diterapkan untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan saat praktik. Contohnya, saat anak-anak membersihkan atau mencuci screen menggunakan Ulano 8, mereka harus memakai sarung tangan sebab bila Ulano 8 ini mengenai kulit kita, akan terasa panas dan perih, apalagi bila kulit mereka sensitif. Pakaian kerja juga perlu dipakai, misalnya saat proses pencetakan, pakaian ini juga berfungsi melindungi kulit dari bahan-bahan cetak seperti binder, pigmen, dan lain sebagainya. Selain melindungi kulit, pakaian ini juga akan melindungi seragam sekolah mereka agar tidak terkena bahan-

b. Jenis, Sifat, dan Fungsi dari Alat serta Bahan yang Digunakan

Materi tentang

sifat, dan fungsi dari alat serta bahan yang

memberikan materi ini, selain berbicara tentang alat dan bahan yang digunakan dalam proses cetak saring, juga menambahkan materi pendukung. Materi tersebut adalah: pengertian cetak saring, sejarah dan perkembangan cetak saring, serta contoh-contoh karya cetak saring.

sedangkan peserta didik memperhatikan penjelasan dan mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh guru. Sesekali guru bertanya kepada peserta didik, sehingga terjadi interaksi. Pada akhir pertemuan, guru memberikan tugas rumah kepada peserta didik berupa soal essay.

c. Pembuatan Desain Cetak Saring

Materi mengenai pembuatan desain cetak saring diberikan pada pertemuan kedua sampai ketujuh. Pembelajaran pada pertemuan kedua dan ketiga masih seputar teori pengantar praktik. Pada pertemuan kedua,

45 menit pertama, guru masih mengulang materi pelajaran sebelumnya yaitu mengenai: pengertian cetak saring, sejarah dan perkembangan cetak saring, alat dan bahan cetak saring, proses cetak saring, dan memperlihatkan contoh-contoh karya cetak saring. Berdasarkan contoh karya cetak saring tersebut, guru mulai memfokuskan ke desain. Jam pelajaran kedua digunakan oleh guru untuk membahas teori tentang desain. Adapun teori yang dibahas seputar pengertian desain, unsur-unsur desain, prinsip-prinsip desain, dan contoh-contoh desain yang sesuai pedoman. Materi teori desain ini berlangsung sampai pertemuan ketiga.

Pertemuan keempat, guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk membuat beberapa desain alternatif yang nantinya akan digunakan untuk membuat karya kriya tekstil dengan teknik cetak saring. Pembuatan desain ini dilaksanakan sampai pertemuan ketujuh.

Alat dan bahan yang dipergunakan oleh peserta didik dalam membuat desain adalah: pensil, karet penghapus, kertas HVS, kertas gambar ukuran A4, dan pensil warna, peserta didik juga diperbolehkan menggunakan meja gambar yang ada di ruang desain bengkel tekstil.

Gambar 4.9. Alat dan Bahan untuk Membuat Desain

(Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

Sebenarnya untuk membuat beberapa desain, waktu yang diberikan sudah cukup banyak, namun masih ada beberapa peserta didik yang mengatakan bahwa waktu yang diberikan tidak cukup. Beberapa peserta didik ada yang senang dengan kegiatan mendesain, namun adapula yang tidak suka mendesain.

Berbagai tanggapan peserta didik saat mendisain, antara lain:

agak malas. Mending kalau hanya mencontoh gambar lainnya, tinggal dijiplak di ruang desain menggunakan meja gambar, sudah jadi. Ini disuruh sekreatif mungkin, jadinya gambarnya agak jelek. Tugasnya juga bukan cuma satu atau dua gambar, tapi sebanyak mungkin, padahal nan 2012).

suka justru saat mewarnai desainnya. Mendesainnya juga asyik, tapi mewarnai lebih asyik. Kalau saat di bengkel, karena suasana saat mendesain ramai, jadi tidak dapat menemukan ide. Kebanyakan desain saya justru saya buat saat di rumah. Selain suasananya tenang juga banyak benda-benda di sekitar rumah yang memberikan inspirasi. Misalnya saat pulang sekolah lewat sawah, saya mendapat ide membuat desain tentang

( 11 Februari 2012).

Gambar 4.10. Peserta Didik Mendesain di Ruang Desain

(Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

Peserta didik dalam membuat desain kebanyakan hanya mencontoh desain-desain yang sudah ada. Sebagian besar dari mereka masih belum mau untuk berimajinasi. Mereka cenderung memanfaatkan meja gambar di bengkel tekstil untuk menjiplak. Ada pula beberapa peserta didik yang hanya menjiplak desain-desain tersebut sebagian saja dan dikembangkan menurut kreativitas peserta didik tersebut.

Guru selalu mengingatkan bahwa jika mendesain, peserta didik harus memanfaatkan kreativitas mereka. Mereka jangan hanya bisa mejiplak desain-desain yang sudah ada, karena desain-desain yang mereka contoh itu pasti telah memiliki hak cipta.

Gambar 4.11. Desain Alternatif Peserta Didik yang Menjiplak

Karakter Kartun Hello Kitty (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

Berkaitan dengan hal tersebut, Bapak Joko Agus Pambudi, S.Sn. selaku salah satu guru mata pelajaran produktif cetak saring mengatakan bahwa:

agar jangan mendesain dengan cara mencontoh atau menjiplak desain-desain yang sudah ada. Misalnya Donald Bebek, itu kan karakter kartun yang terkenal di dunia, pasti sudah memiliki hak cipta. Seandainya mereka mencontoh desain Donald Bebek itu kemudian mereka menyablon desain tersebut di kaos dan memakai kaos itu untuk jalan-jalan ke mall. Tak tahunya saat di mall bertemu dengan si desainer Donald Bebek tersebut, bisa saja desainer itu menuntut siswa tersebut sebagai plagiat. Sebenarnya dalam mendesain itu tidak harus murni 100% hasil kreativitas kita sendiri. Misalnya desain Donald Bebek tadi, kita bisa mengubah baju yang dipakai si Donald Bebek, yang biasanya memakai pakaian pelaut, kita ubah agar jangan mendesain dengan cara mencontoh atau menjiplak desain-desain yang sudah ada. Misalnya Donald Bebek, itu kan karakter kartun yang terkenal di dunia, pasti sudah memiliki hak cipta. Seandainya mereka mencontoh desain Donald Bebek itu kemudian mereka menyablon desain tersebut di kaos dan memakai kaos itu untuk jalan-jalan ke mall. Tak tahunya saat di mall bertemu dengan si desainer Donald Bebek tersebut, bisa saja desainer itu menuntut siswa tersebut sebagai plagiat. Sebenarnya dalam mendesain itu tidak harus murni 100% hasil kreativitas kita sendiri. Misalnya desain Donald Bebek tadi, kita bisa mengubah baju yang dipakai si Donald Bebek, yang biasanya memakai pakaian pelaut, kita ubah

2012).

Gambar 4.12. Desain Alternatif Peserta Didik yang Mengembangkan Desain-desain yang telah Ada

(Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

Pada pertemuan kelima, rata-rata peserta didik sudah mengkonsultasikan desain yang mereka gambar kepada guru. Guru memberikan masukan kepada peserta didik agar desain mereka menjadi sempurna. Peserta didik yang desainnya telah di setujui oleh guru dapat memindahkan desain tersebut ke kertas gambar kemudian mewarnainya.

Gambar 4.13. Desain yang telah Dipindahkan ke Kertas Gambar dan Diwarnai Karya Endah Puspitosari (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

d. Pembuatan Diapositif

Materi mengenai pembuatan film diapositif diberikan pada pertemuan kedelapan sampai ketiga belas. Klise diapositif adalah sebuah gambar atau desain motif diatas bahan transparan yang nantinya akan dipindahkan ke screen melalui proses afdruk (pencahayaan) agar menjadi klise negatif. Pada pertemuan kedelapan masih terlihat beberapa peserta didik yang mewarnai desain mereka. Pada awal pelajaran, guru memberikan penjelasan ulang mengenai langkah-langkah membuat klise diapositif seperti yang telah dijelaskan pada pertemuan pertama.

Tugas yang diberikan kepada peserta didik pada materi ini adalah: membuat klise diapositif dengan tiga warna dari desain yang telah disetujui oleh guru.

Alat dan bahan yang diperlukan dalam membuat klise diapositif adalah:

Mika digunakan sebagai film diapositif yang berfungsi untuk memisahkan desain motif tiap warna, satu mika untuk satu warna.

Gambar 4.14. Klise Diapositif pada Mika Karya Eva Wahyu Wulandari

(Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

2)

Opeque ink Opaque ink merupakan bahan yang digunakan untuk menggambar desain motif pada mika, yang berfungsi sebagai pemisah warna.

Gambar 4.15. Opaque Ink (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

Pen kodok Pen kodok merupakan alat yang digunakan untuk memoleskan opaque ink pada mika.

Gambar 4.16. Pen Kodok (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

4)

Meja gambar Meja gambar merupakan alat yang digunakan untuk membuat desain dan memindahkannya ke mika. Tanpa menggunakan meja gambar pun sebenarnya proses pembuatan diapositif dapat berlangsung. Hal ini dikarenakan mika yang transparan sehingga tidak perlu pencahayaan dari bawah. Peserta didik banyak yang memanfaatkan meja gambar ini untuk membuat diapositif.

Gambar 4.17. Meja Gambar (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

5)

Staples Staples digunakan untuk melekatkan desain pada kertas gambar dan mika sehingga dalam proses pembuatan diapositif, posisi mika terhadap kertas gambar tidak berubah (statis). Hal ini akan mempermudah peserta didik dalam menjiplak desain dari kertas gambar ke mika.

Gambar 4.18. Staples (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

Palet atau tempat air mineral

Gambar 4.19. Tempat Air Mineral yang Dimanfaatkan sebagai Palet (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

Palet merupakan alat yang digunakan sebagai tempat opaque ink. Kebanyakan peserta didik hanya memanfaatkan tempat air mineral (Aqua) yang dipotong bagian atasnya sebagai pengganti palet.

Bedak Bedak dioleskan pada mika sebelum proses pembuatan diapositif. Pengolesan bedak ini berfungsi agar permukaan mika menjadi licin sehingga opaque ink mudah menempel pada mika, dengan kata lain untuk mempermudah proses pembuatan diapositif. Pembelajaran cetak saring di Kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta menggunakan bedak bayi dengan merk dagang

Gambar 4.20 Bedak (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

Langkah-langkah pembuatan diapositif dalam pembelajaran cetak saring di Kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 adalah sebagai berikut: Langkah-langkah pembuatan diapositif dalam pembelajaran cetak saring di Kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 adalah sebagai berikut:

2) Peserta dididk mengoleskan bedak pada permukaan mika sampai rata.

3) Peserta didik merekatkan desain pada kertas gambar dengan mika menggunakan staples.

4) Peserta didik menuangkan opaque ink ke palet secukupnya. 5)

Bila diperlukan peserta didik dapat menggunakan meja gambar yang disediakan di ruang desain bengkel tekstil.

6) Peserta didik menggunakan pen kodok untuk mengoleskan opaque ink ke mika (memindahkan desain dari kertas gambar ke mika).

Gambar 4.21. Pembuatan Klise Diapositif (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

7) Proses pembuatan klise diapositif, satu mika digunakan untuk satu warna. Peserta didik membuat desain motif dengan tiga warna, berarti tiap-tiap peserta didik membutuhkan tiga mika.

Gambar 4.22. Desain dan Diapositif Karya Putri Cahya Suci (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

8) Jika peserta didik mengalami kesulitan dalam proses pembuatan klise diapositif ini, maka boleh dikonsultasikan kepada guru.

Gambar 4.23. Peserta Didik Mengkonsultasikan Diapositif kepada Guru

(Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

e. Proses Afdruk

Proses afdruk adalah proses memindahkan diapositif ke screen melalui penyinaran, yang nantinya akan menghasilkan klise negatif. Materi mengenai proses afdruk diberikan pada pertemuan keempat belas dan kelima belas. Pada pertemuan keempat belas, masih terdapat beberapa peserta didik yang memperbaiki klise diapositif mereka. Sebelum proses afdruk dimulai, guru menyuruh peserta didik untuk membentuk kelompok, tiap kelompok terdiri dari empat sampai enam anggota.

Berikut adalah daftar kelompok yang terbentuk:

Kelompok 1:

a) Eko Siti Wahyuni.

b) Indri Mayarita.

c) Wahyuti.

d) Wika.

Kelompok 2:

a) Eka Maryana.

c) Septika Furi Etikawati.

d) Tutik Kurnia Sari.

3)

Kelompok 3:

a) Ika Rahmawati.

b) Fajar Wijiyanti S.

c) Jatmini.

d) Rini Puji Lestari.

e) Tyas Ayu Dyah Tuti.

4)

Kelompok 4:

a) Lilis Suyanti.

b) Melati Woro AW.

c) Mulyaningsih.

d) Noliskawati.

5)

Kelompok 5:

a) Elena Dea Rivera.

b) Endah Puspitosari.

c) Martiana Sari.

d) Putri Cahya Suci.

6)

Kelompok 6:

a) Luluk Setia Wardani.

b) Maria Dwi Rahayu.

c) Novi Nur Afitasari.

d) Nurul Qoyyimah.

7)

Kelompok 7:

a) Ani Rukmana.

b) Ayu Heni Puspitasari

c) Diah Ayu Safitri.

d) Eva Wahyu Wulandari.

e) Nuri Yulaikhah.

f) Rochayatun.

Gambar 4.24. Peserta Didik Bergegas Membentuk Kelompok

(Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

Alasan pembentukan kelompok ini adalah keterbatasan screen dan rakel yang dimiliki oleh bengkel tekstil. Selain itu, juga merupakan salah satu aspek dalam penilaian, yaitu kerjasama dalam kelompok.

Tugas yang diberikan oleh guru pada meteri proses afdruk ini adalah: setiap kelompok membuat klise negatif dari desain motif yang telah mereka tentukan melaui diskusi kelompok. Meskipun saat praktek membuat klise diapositif, peserta didik membuat sampai tiga warna, namun yang akan diafdruk cukup satu warna saja, yaitu bagian outline dari desain tersebut.

Gambar 4.25. Bagian Outline dari Desain pada Diapositif

Karya Melati Woro AW. (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

Gambar 4.26. Bagian Outline dari Desain pada Diapositif

Karya Putri Cahya Suci (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012) Karya Putri Cahya Suci (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

1)

Screen Inti dari proses afdruk ini adalah memindahkan diapositif ke screen melalui penyinaran. Screen ini nantinya berfungsi sebagai penyaring tinta. Melalui lubang pori-pori pada screen, tinta mengalir keluar dan berpindah ke objek yang akan disablon. Jenis screen yang digunakan dalam pembelajaran cetak saring ini adalah polyster multifilamen dengan kerapatan pori-pori 62 T dan berukuran 60 x 40 cm.

Gambar 4.27. Screen Siap Pakai (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

2)

Busur Busur berfungsi untuk mengoleskan campuran emulsi dan sensitizer (obat peka cahaya) ke screen. Pengolesan ini harus dilakukan di ruang gelap karena emulsi dan sensitizer (obat peka cahaya) akan terbakar bila terkena cahaya.

Gambar 4.28. Busur (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

3)

Klise diapositif Klise diapositif adalah sebuah gambar atau desain diatas bahan transparan yang nantinya akan dipindahkan ke screen melalui proses afdruk agar menjadi klise negatif.

4)

Emulsi dan sensitizer (obat peka cahaya) Emulsi dan sensitizer (obat peka cahaya) adalah larutan yang digunakan untuk membuat klise negatif. Kedua larutan ini harus dicampur menjadi satu. Di pasaran, kedua larutan ini terdapat dalam satu kemasan dus kecil. Botol besar berisi cairan emulsi dan botol kecil berisi sensitizer. Pada pelaksanaan pembelajaran cetak saring di Kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta menggunakan obat peka cahaya dengan merk dagang

Gambar 4.29. Ulano TZ (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

Hair dryer

Gambar 4.30. Hair dryer (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012) Gambar 4.30. Hair dryer (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

Meja afdruk Meja afdruk digunakan sebagai pengganti matahari jika cuaca mendung. Pada pelaksanaan pembelajaran cetak saring di Kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta, peserta didik diwajibkan mencoba menggunakan meja afdruk sehingga proses afdruk tidak menggunakan sinar matahari melainkan menggunakan meja afdruk ini.

Hand sprayer Hand sprayer berfungsi untuk membuat lubang pada screen setelah proses afdruk selesai.

Gambar 4.31. Hand sprayer (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

Busa dan papan landasan berfungsi untuk menyangga bagian dalam screen saat proses afdruk agar permukaannya tetap datar.

Kain hitam Kain hitam berfungsi untuk menutup screen pada waktu penyinaran menggunakan meja afdruk agar bayangan motif tidak tembus.

Gambar 4.32. Busa, Triplek, dan Kain Hitam (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

Langkah-langkah proses afdruk dalam pembelajaran cetak saring di Kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 adalah sebagai berikut: 1)

Peserta didik membentuk kelompok yang terdiri dari empat sampai enam orang.

2) Peserta didik melakukan diskusi intern kelompok untuk menentukan desain yang akan di cetak.

3) Masing-masing kelompok menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk proses afdruk. Satu kelompok mendapatkan satu screen , satu rakel, satu hand sprayer, dan satu busur.

didik melepaskan klise diapositif yang akan di afdruk dari kertas desain (saat membuat klise diapositif, mika dan kertas desain dilekatkan menggunakan staples, ini perlu dipisahkan kembali karena yang diperlukan hanya klise diapositif).

Gambar 4.33. Peserta Didik Memisahkan Klise Diapositif dari Kertas Desain (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

5) Tiap-tiap kelompok bergantian masuk ke ruang gelap, dimulai dari kelompok pertama dan seterusnya. Mulai dari sini, guru membimbing mereka.

6) Peserta didik dalam satu kelompok berkerjasama mencampur cairan emulsi dan sensitizer sesuai petunjuk dari guru. Perbandingan antara emulsi dan sensitizer yang dianjurkan guru adalah 9 : 1.

7) Peserta didik dalam satu kelompok bekerjasama mengoleskan campuran cairan emulsi dan sensitizer ke screen sampai rata menggunakan busur. Pengolesan dilakukan dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan secara berulang-ulang dan searah. Pengolesan dilakukan di bagian dalam maupun luar screen.

kelompok ini keluar dari ruang gelap agar dapat bergantian dengan kelompok berikutnya.

9) Kelompok berikutnya masuk ke ruang gelap dan melakukan langkah-langkah yang sama.

10) Setelah semua kelompok mendapat giliran masuk ke ruang gelap, kelompok pertama kembali masuk ke ruang gelap untuk melakukan proses afdruk dengan bimbingan guru.

11) Tiap anggota kelompok memastikan bahwa screen benar-benar sudah kering.

12) Jika ternyata screen masih basah oleh campuran cairan emulsi dan sensitizer, mereka boleh mengeringkan screen tersebut menggunakan hair dryer yang telah dipersiapkan di ruang gelap. 13)

Peserta didik meletakkan film diapositif kedalam screen. Pemasangan film diapositif pada screen, posisinya terbalik diatas screen . Bagian depan film melekat pada screen.

14) Peserta didik menyusun semua alat-alat yang diperlukan dari bawah ke atas: lampu pada meja afdruk, kaca bening pada meja afdruk, film diapositif, screen, kain hitam, karet busa, dan triplek.

15) Agar posisi alat-alat tersebut tidak goyang atau berpindah, peserta didik menahan menggunakan pengait yang ada pada meja afdruk.

16) Peserta didik menyalakan lampu pada meja afdruk selama lima menit.

Gambar 4.34. Proses Afdruk Menggunakan Meja Afdruk (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

17) Setelah lima menit, peserta didik mematikan lampu pada meja afdruk dan melepaskan pengait untuk mengambil screen.

18) Dua orang dalam satu kelompok tersebut membawa screen keluar ruang gelap untuk dicuci sementara yang lainnya merapikan alat- alat yang telah dipakai dan meletakkannya ketempat semula.

19) Peserta didik mencuci screen sesuai dengan petunjuk dari guru.

Gambar 4.35. Peserta Didik Dibimbing Guru Saat Mencuci Screen yang telah Diafdruk

(Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

20) Peserta didik menyemprot screen menggunakan hand sprayer agar lubang pori-pori pada screen terbuka sesuai dengan desain motif yang dibuat.

Gambar 4.36. Peserta Didik Menyemprot Screen dengan Hand Sprayer

(Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

Gambar 4.37. Peserta Didik Dibimbing oleh Guru

Saat Mengeringkan Screen (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

22) Kelompok berikutnya masuk kedalam ruang gelap, dengan bimbingan guru, mereka mengulangi kegiatan pada poin 10 sampai

Saat melakukan proses afdruk, rata-rata peserta didik sudah cukup mampu menguasai kompetensi dasar yang diajarkan oleh guru namun saat mengoleskan campuran cairan emulsi dan sensitizer (obat peka cahaya), hasilnya masih kurang rata. Hal ini menyebabkan hasil afdruk pada screen kurang maksimal.

f. Proses Pencetakan

Materi mengenai proses pencetakan diberikan pada pertemuan keenam belas sampai kedelapan belas. Pada proses pencetakan ini, peserta didik masih bekerja secara kelompok. Pada awal pertemuan, guru memberikan beberapa pedoman tentang proses pencetakan.

pembelajaran cetak saring di Kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta adalah:

1)

Kain Kain digunakan sebagai media cetak atau media sablon. Kain yang digunakan dalam pelaksanann peembelajaran ini adalah kain katun berwarna putih.

Gambar 4.38. Kain Putih (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

2)

Klise negatif Klise negatif yang digunakan adalah screen yang telah diafdruk pada pertemuan keempat belas dan kelima belas.

Gambar 4.39. Klise Negatif (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

3)

Textile Screen Ink (Binder NF dan NF Medium SP) Akhir dari pelaksanaan pebelajaran cetak saring ini adalah membuat karya cetak saring dengan bahan kain, maka tinta yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah tinta cetak berbasis air. Tinta yang digunakan adalah Binder NF dan NF Medium SP. Bahan ini digunakan khusus untuk mencetak pada bahan dasar (media cetak atau media sablon) yang berwarna cerah.

Gambar 4.40. Binder NF dan NF Medium SP (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

Pigmen warna

Gambar 4.41. Pigmen Warna (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

Pigmen merupakan bahan yang digunakan sebagai campuran textile screen ink . Pencampurannya disesuaikan dengan warna yang dikehendaki peserta didik. Peserta didik yang menghendaki warna Pigmen merupakan bahan yang digunakan sebagai campuran textile screen ink . Pencampurannya disesuaikan dengan warna yang dikehendaki peserta didik. Peserta didik yang menghendaki warna

5)

Rakel Rakel merupakan alat penyaput tinta cetak. Rakel yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran cetak saring ini adalah yang berujung lancip.

Gambar 4.42. Rakel (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

6)

Mangkuk plastik dan sendok plastik Mangkuk plastik digunakan untuk mencampur textile screen ink dengan pigmen warna. Sendok plastik digunakan untuk mengaduk campuran tersebut.

Gambar 4.43. Mangkuk Plastik dan Sendok Plastik (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

Lakban Lakban digunakan untuk menutup bagian tepi screen sebelum proses pencetakan agar tidak bocor.

Gambar 4.44. Lakban (Dokumentasi: Aslam hariyadi, 2012)

8)

Setrika dan meja setrika Setrika merupakan alat yang digunakan untuk merapikan kain sebelum disablon.

Gambar 4.45. Setrika dan Meja Setrika (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

Langkah-langkah proses pencetakan dalam pembelajaran cetak saring di Kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 adalah sebagai berikut:

1) Guru membagikan kain kepada masing-masing kelompok. Tiap kelompok mendapat dua lembar kain dengan ukuran masing- masing 60 x 40 cm (seukuran screen).

Gambar 4.46. Peserta Didik Membagi Kain yang Disediakan (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

2) Seorang dalam kelompok menyetrika kain yang sudah didapat sedangkan yang lainnya menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

Gambar 4.47. Peserta Didik Menyetrika Kain yang akan Dicetak (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012) Gambar 4.47. Peserta Didik Menyetrika Kain yang akan Dicetak (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

Gambar 4.48. Peserta Didik Mencampurkan Bahan Cetak

kedalam Mangkuk Plastik (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

4) Peserta didik merekatkan lakban pada pinggir screen. Hal ini berfungsi untuk mengindari kebocoran saat proses pencetakan berlangsung.

Gambar 4.49. Merekatkan Lakban pada Pinggir Screen (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

5) Peserta didik meletakkan kain diatas meja dan screen diletakkan diatas kain. Posisi screen diatur agar desain pada screen (klise negatif) yang akan dicetak letaknya serasi pada kain.

6) Peserta didik menuangkan bahan cetak (campuran textile screen ink dan pigmen) pada bagian belakang screen.

Gambar 4.50. Peserta Didik Menuangkan Bahan Cetak ke Screen (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

7) Salah seorang peserta didik dalam kelompok menyaput bahan cetak yang telah dituangkan pada screen menggunakan rakel sedangkan yang lainnya memengang screen agar posisi screen tidak bergeser saat proses penyaputan.

8) Saat menyaput, peserta didik menarik rakel dari ujung screen (atas) ke ujung screen (bawah) dengan tekanan yang sama. Saat melakukan penyaputan ini tiap-tiap kelompok umumnya mengulanginya sampai dua kali.

Gambar 4.51. Peserta Didik Menyaput Bahan Cetak Menggunakan Rakel (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

9) Setelah proses penyaputan selesai, peserta didik mencuci screen dan rakel sampai bersih. Meletakkan alat dan bahan yang telah digunakan ke tempatnya semula. Proses selanjutnya adalah fiksasi warna.

Gambar 4.52. Peserta Didik Membersihkan Screen

setelah Proses Mencetak Selesai (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)

g. Fiksasi Warna

Materi mengenai fiksasi warna dalam RPP yang dibuat oleh guru, dilaksanakan pada pertemuan kesembilan belas namun yang terjadi di lapangan, dilaksanakan pada pertemuan kedelapan belas setelah proses pencetakkan selesai. Fiksasi warna adalah proses pengeringan warna setelah kain dicetak atau disablon. Proses fiksasi warna ini diajukan karena pertemuan kedelapan belas ini merupakan pertemuan terakhir. Pertemuan selanjutnya pada tanggal 26 Mei 2012, sudah pembagian kartu tes UK (Ulangan Umum Kenaikan Kelas).

Berkaitan dengan proses fiksasi warna tersebut, Bapak Drs. Budi Susanto mengemukakan: on, otomatis hasil sablonan harus

dikeringkan, jadi langsung saja kain yang sudah disablon tadi dikeringkan menggunakan sinar matahari. Jadi kami langsung saja melakukan proses fiksasi warna pada pertemuan ini. Tugas siswa dalam fiksasi warna hanya menunggu sampai bahan sablon benar- benar kering dan meresap ke kain. Jadi ya tinggal menunggu saja, tanpa melakukan apa-ap

Pelaksanaan fiksasi warna saat pembelajaran ini, peserta didik menjemur hasil cetak (sablon) di tempat yang terkena sinar matahari. Peserta didik menunggu sampai hasil cetakan tersebut kering. Saat hasil cetakan sudah kering, peserta didik menyetrika hasil cetakan tersebut agar rapi dan bahan cetak (sablon) semakin melekat di kain.

h. Pengemasan

Materi tentang pengemasan dalam RPP yang dibuat oleh guru, direncanakan akan diberikan pada pertemuan kedua puluh. Kenyataan di lapangan, materi ini diberikan pada akhir pertemuan kedelapan belas (karena tatap muka sudah habis) di akhir jam pelajaran yang disampaikan bersamaan dengan evaluasi pembelajaran (kesimpulan pembelajaran yang telah dilakukan).