Kajian Teori

e. Media Pembelajaran

Pengertian mengenai media pembelajaran dikemukakan oleh Sanaky Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran 2009: 3). Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Anitah (2008: pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar menerima pengeta

Fungsi media pembelajaran dalam proses pembelajaran adalah sebagai pembawa informasi dari sumber (pendidik) menuju penerima (peserta didik) (Hamdani, 2011: 246).

Bagan 2.1. Fungsi Media dalam Proses Pembelajaran (Hamdani, 2011: 246)

Media pembelajaran mempunyai kontribusi dalam meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran. Kontribusi media pembelajaran menurut Kemp, dkk. (1985) yang dikutip oleh Uno antara lain: 1) Penyajian materi

Guru Media / Pesan

Siswa

Metode Metode

Media pembelajaran bila dilihat dari sudut pandang yang luas, klasifikasinya adalah sebagai berikut: (1) Bahan yang mengutamakan kegiatan membaca atau dengan menggunakan simbol-simbol kata dan visual (bahan-bahan cetakan dan bacaan). (2) alat-alat audiovisual: (a) media proyeksi (overhead projektor glide, film, dan LCD), (b) media non proyeksi (papan tulis, poster, papan tempel, kartun, papan panel, komik, bagan, diagram, gambar, grafik, dan lain-lain, (c) benda tiga dimensi antara lain benda tiruan, diorama, boneka, topeng, lembaran balik, peta, globe, pameran, dan museum sekolah. (3) Media yang menggunakan teknik atau masinal, yaitu: slide, film strif, film rekaman, radio, televisi, video, VCD, laboratorium elektronik, perkakas otoinstruktif, ruang kelas otomatis, sistem interkomunikasi, komputer, dan internet. (4) Kumpulan benda-benda (material collections) yaitu berupa peninggalan sejarah, dokumentasi, bahan-bahan yang memiliki sejarah jenis kehidupan, mata pencaharian, industri, perbankan, perdagangan, pemerintahan, agama, kebudayaan, politik dan lain-lain. (5) Contoh-contoh kelakuan, perilaku pendidik (Sanaky, 2009: 9-12).

f. Evaluasi Pembelajaran

Pengertian mengenai evaluasi pembelajaran dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono

Evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses untuk menentukan jasa, nilai atau manfaat kegiatan pembelajaran melalui kegiatan penilaian dan/atau pengukuran (2006: 221).

Sebagai alat penilaian hasil pencapaian tujuan dalam pengajaran, evaluasi harus dilakukan secara terus menerus. Evaluasi tidak hanya Sebagai alat penilaian hasil pencapaian tujuan dalam pengajaran, evaluasi harus dilakukan secara terus menerus. Evaluasi tidak hanya

Fungsi dan tujuan evalasi pembelajaran adalah untuk: menentukan angka kemajuan atau hasil belajar peserta didik, menempatkan peserta didik kedalam situasi pembelajaran yang tepat dan serasi dengan tingkat kemampuan, minat, dan karakteristik yang mereka miliki, mengenal latar belakang peserta didik yang berguna bagi pendidik sebagai upaya memberikan bimbingan untuk mengatasi kesulitan belajar yang mereka hadapi, dan sebagai umpan balik bagi pendidik yang berguna untuk memperbaiki proses pembelajaran (Hamalik, 2003: 211-212).

Evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan telah tercapai. Karena itu didalam menyusun evaluasi hendaknya memperhatikan secara seksama rumusan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan harus dapat mengukur sejauhmana proses pembelajaran telah dilaksanakan (Aunurrahman, 2009: 209).

Jenis evaluasi pembelajaran berdasarkan sasarannya adalah sebagai berikut: (1) Evaluasi konteks, yaitu evaluasi yang digunakan untuk mengukur konteks program. (2) Evaluasi input, yaitu evaluasi yang digunakan untuk mengetahui input, baik sumber daya maupun strategi yang digunakan. (3) Evaluasi proses, yaitu evaluasi yang ditujukan untuk melihat proses pelaksanaan pembelajaran. (4) Evaluasi produk, yaitu evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai sebagai dasar untuk menentukan keputusan akhir. (5) Evaluasi outcome, yaitu evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar peserta didik setelah lulus dan terjun ke masyarakat (Hamdani, 2011: 304-305).

Pembelajaran bukan hanya menekankan pada aspek hasil (product), melainkan juga menekankan pada aspek proses, artinya tingkat kualitas proses yang benar sangat penting bagi siswa. Oleh karena itu dalam mengevaluasi hasil belajar disamping menyoroti pada aspek proses dan kualitias pembelajaran juga menyoroti aspek lain, karena hasil belajar adalah perubahan kualitas pembelajaran yang secara tidak langsung berpengaruh pada aspek lain, seperti aspek

Kriteria keberhasilan belajar siswa meliputi aspek kognitif, afektif dan aspek psikomotor. Aspek kognitif berhubungan erat dengan kecerdasan dan intelektual peserta didik. Aspek afektif berhubungan erat dengan sikap dan nilai peserta didik terhadap proses pembelajaran. Aspek psikomotor berhubungan erat dengan tindakan-tindakan jasmaniah peserta didik 2008: 99).

2. Kriya Tekstil

Mengutip pendapat Ahmad A.K. Muda (2003: 327 dan 528) yang dirangkum dalam (Marlina dan Kar

Kriya tekstil (sic) adalah karya kerajinan tangan dari barang-barang hasil tenunan

gagasan, ide, pikiran, perasaan, apresiasi, dan ciptaan manusia yang memiliki nilai estetik, yang diwujudkan dalam bentuk benda melalui proses kegiatan

(2010: 1). Pandangan serupa juga dikemukakan oleh Budiyono et al. bahwa kriya tekstil memiliki arti yang sangat luas dan mencakup berbagai jenis kain yang dibuat dengan cara ditenun, diikat, dipres dan berbagai cara lain yang dikenal dalam pembuatan kain (2008: 1).

Tekstil merupakan benda yang bersifat lembut dan luwes dengan intuisi rasa, ungkapan warna dan unsur psikologis yang akhirnya menghadirkan keindahan. Di samping itu, tekstil memerlukan pertimbangan teknis, perhitungan matematis, rasional, ekonomis dan efisien yang akhirnya menghasilkan kekuatan bahan. Dengan demikian pada tekstil terdapat unsur seni dan teknologi. (Rizali, 2006: 33).

Panitia Pameran KIAS 1990-1991 dalam buku Perjalanan Seni Rupa Indonesia dari Zaman Prasejarah hingga Masa Kini (1990) mengemukakan Melalui tekstil terungkaplah latar belakang kebudayaan, gambaran suka duka, kemahiran berseni, kemampuan bertukang, adat serta susunan alam Panitia Pameran KIAS 1990-1991 dalam buku Perjalanan Seni Rupa Indonesia dari Zaman Prasejarah hingga Masa Kini (1990) mengemukakan Melalui tekstil terungkaplah latar belakang kebudayaan, gambaran suka duka, kemahiran berseni, kemampuan bertukang, adat serta susunan alam

Jenis produk kriya tekstil dibagi menjadi dua kelompok, yaitu benda hias dan benda pakai, atau dapat juga merupakan perpaduan dari keduanya. Hal ini sesuai pendapat Marlina dan Karmila yang menyatakan bahwa:

Jenis produk kriya tekstil dibagi menjadi dua kelompok yaitu : benda hias dan benda pakai atau perpaduan dari keduanya. Jenis produk yang termasuk dalam benda hias diantaranya : hiasan dinding, sarung bantal kursi, produk kriya yang termasuk benda pakai diantaranya: bad cover, sarung bantal, tirai, tutup aqua galon, tutup kulkas, taplak meja makan, tutup tudung saji, dll (2010: 1).

3. Program Keahlian dan Program Keahlian Kriya Tekstil

Menurut isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ujuan program keahlian merupakan kristalisasi dari kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik untuk dapat bekerja sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) atau standar kompetensi kerja lain yang dijadikan acuan dan berlaku di dunia kerja serta untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan program keahliannya .

Program keahlian kriya tekstil atau yang biasa disebut sebagai Jurusan Kriya Tekstil adalah sebuah program keahlian atau jurusan yang mempersiapkan peserta didik agar mempunyai ketrampilan membuat karya atau produk kriya tekstil. Hal ini sesuai pendapat Rohmandani (2011) yang

atu jurusan di dalam suatu Sekolah Menengah Kejuruan yang memuat tentang kerajinan tangan seseorang yang memiliki nilai estetik sehingga hasil karya yang telah dibuat dapat laku di

(hlm. 6).

untuk: a) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik. b) Mendidik peserta didik agar menjadi warga negara yang bertanggung jawab. c) Mendidik peserta didik agar dapat menerapkan hidup sehat, memiliki wawasan pengetahuan dan seni. d) Mendidik peserta didik dengan keahlian dan keterampilan program keahlian kriya tekstil agar dapat bekerja baik secara mandiri atau mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah. e) Mendidik peserta didik agar mampu memilih karir, berkompetisi, dan mengembangkan sikap profesional dalam program keahlian kria tektil. f) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan sebagai bekal bagi yang berminat untuk melanjutkan pendidikan.

4. Cetak Saring

a. Definisi dan Proses Cetak Saring

Definisi cetak saring menurut Guntur Nusantara dalam (Budiyono, et al., 2008) adalah Cetak saring atau sablon atau screen printing merupakan bagian dari ilmu grafika terapan yang bersifat praktis. Cetak saring dapat diartikan kegiatan cetak mencetak dengan menggunakan kain gasa/kasa yang biasa disebut screen

373). Pengertian tersebut menekankan bahwa alat utama yang digunakan dalam cetak saring adalah berupa kain gasa atau kasa yang berfungsi sebagai penyaring tinta cetak.

Cetak saring adalah salah satu teknik proses cetak yang menggunakan layar (screen) dengan kerapatan tertentu dan umumnya barbahan dasar nylon atau sutra. Layar ini kemudian diberi pola dari desain negatif yang telah dibuat sebelumnya. Kain ini direntangkan dengan kuat agar menghasilkan layar dan hasil cetakan yang datar. Setelah diberi fotoresis dan disinari, akan terbentuk bagian-bagian yang bisa dilalui tinta dan tidak dapat dilalui. Proses eksekusinya adalah dengan menuangkan tinta di atas layar dan kemudian disapu menggunakan rakel yang terbuat dari karet. Satu layar digunakan untuk satu warna (Sadhori, 1996: 42-43).

Gambar 2.1. Proses Eksekusi Cetak Saring (Sandjaja, 2006: 126)

Pada umumnya, urutan proses cetak saring adalah sebagai berikut: (1) pembuatan screen, (2) persiapan pasta cap, (3) pencapan kain, (4) pengeringan, (5) fiksasi zat warna, dan (6) pencucian (Budiyono, et al., 2008: 10-11).

b. Alat dan Bahan Cetak Saring

Proses cetak saring memerlukan beberapa alat dan bahan yang mutlak dibutuhkan dan harus disediakan. Peralatan dalam cetak saring tidak mahal bahkan bisa dibuat sendiri. Alat adalah segala sesuatu yang tidak habis dipakai dan dapat digunakan berulang-ulang. Bahan adalah segala sesuatu yang habis dipakai dan tidak dapat dipakai ulang.

1) Alat Cetak Saring

Alat-alat yang diperlukan dalam proses pembuatan karya tekstil dengan teknik cetak saring adalah screen, rakel, meja afdruk, meja gambar, kodatrace, kipas, hand sprayer (alat penyemprot), palet, setrika, alat-alat takaran (timbangan), gelas ukur, pengaduk, kuas, papan landasan, kain hitam, isolasi bening, karet busa, dan kaca bening.

Pengertian screen

Screen ialah layar penyaring yang dibentangkan pada bingkai kayu

Berkaitan dengan screen

Screen nampaknya seperti bahan atau sesuatu yang habis dalam sekali pakai, namun sebetulnya tidak, sebab screen dapat dipakai berulang-ulang 2006: 29).

Gambar 2.2. Screen (K. Arifien, 2011: 3)

Screen terdiri dari kerangka kayu dan kain gasa atau kasa atau monyl (mono nylon) yang digunakan untuk mencetak gambar pada benda atau media yang akan disablon. Kain ini berpori-pori dan bertekstur sangat halus menyerupai kain sutera. Lubang pori- pori screen ini berfungsi untuk menyaring dan menentukan jumlah zat warna yang keluar. Ada bermacam-macam kain screen, jenis Screen terdiri dari kerangka kayu dan kain gasa atau kasa atau monyl (mono nylon) yang digunakan untuk mencetak gambar pada benda atau media yang akan disablon. Kain ini berpori-pori dan bertekstur sangat halus menyerupai kain sutera. Lubang pori- pori screen ini berfungsi untuk menyaring dan menentukan jumlah zat warna yang keluar. Ada bermacam-macam kain screen, jenis

Berdasarkan sistem penomoran monyl, Sadhori berpendapat Sistem penomoran monyl didasarkan pada banyaknya pori- pori kain tersebut dalam setiap satuan luas bidang tertentu 1996: 12). Lebih lanjut, Sadhori menjelaskan bahwa semakin tinggi nomor monyl, semakin banyak pula jumlah pori-pori kain tersebut dalam setiap satuan luas bidang tertentu, yang berarti bahwa kain tersebut semakin halus. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah nomor monyl, berarti semakin sedikit pori-pori yang terdapat pada kain tersebut dalam setiap luas bidang tertentu, yang berarti bahwa kain tersebut semakin kasar. Secara umum, ukuran atau nomor monyl dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu: a) Monyl halus, nomor 180 T sampai 200 T, b) Monyl sedang, nomor 120 T sampai 150 T, c) Monyl kasar, nomor 60 T sampai 90 T. T adalah kependekan dari Thick, yaitu satuan kerapatan lubang pori-pori pada monyl (1996: 12-13).

b) Rakel

Gambar 2.3. Rakel (Budiyono, et al., 2008: 376) Gambar 2.3. Rakel (Budiyono, et al., 2008: 376)

Berdasarkan tinta yang digunakan untuk menyablon, rakel dibedakan menjadi dua, yaitu rakel yang digunakan untuk menyablon dengan tinta berbasis minyak dan rakel yang digunakan

untuk menyablon dengan tinta berbasis air (Sandjaja, 1996: 34). Lebih lanjut lagi, Sandjaja (2006: 34) mengemukakan bahwa

yang berbasis minyak, karena pelarut tinta berbasis minyak akan

Rakel berdasarkan ukuranya, dibedakan menjadi: rakel berukuran 5 cm, 7,5 cm, 15 cm, 30 cm, dan sebagainya. Berkaitan dengan hal tersebut, Sandjaja (2006) menjelaskan bahwa

is ukuran ini, ditentukan berdasarkan luas screen yang digunakan dan luas objek yang akan disablonkan. Makin luas objek yang akan disablonkan dan makin luas screen yang digunakan, mak (hlm. 35).

c) Meja Afdruk dan Meja Cetak

Berkaitan dengan meja afdruk, Budiyono, et al. mengemukakan bahwa

afdruk selain menggunakan sinar matahari dapat juga dilakukan dengan menggunakan meja yang dilengkapi dengan lampu neon / TL untuk menghemat energi (terutama digunakan apabila cuaca mendung atau hujan) 377).

Berkaitan dengan pengadaan meja cetak, baik yang dibuat sendiri maupun yang membeli jadi sebaiknya permukaan meja menggunakan kaca bening yang tebal. Penggunaan Berkaitan dengan pengadaan meja cetak, baik yang dibuat sendiri maupun yang membeli jadi sebaiknya permukaan meja menggunakan kaca bening yang tebal. Penggunaan

Gambar 2.4. Meja Afdruk (K. Arifien, 2011: 11)

d) Meja Gambar

Gambar 2.5. Meja Gambar (Budiyono, et al., 2008: 102)

Berkaitan dengan meja gambar, seorang ahli menyebutkan

dicetakkan. Objek digambar di atas sehelai kertas, plastik transparan, mika, atau film bekas Xray (film bekas foto Rontgen). Meja ini tidak harus disediakan secara khusus, dapat juga digunakan meja biasa. Namun, apabila ingin menyediakan secara khusus, sebaiknya digunakan meja dengan daun meja yang dibuat

28-29).

e) Kodatrace

Berkaitan dengan kodatrace, Budiyono, et al. (2008) Kodatrace digunakan sebagai film diapositif yaitu untuk memisah motif tiap warna sebelum diafdruk 377).

f) Kipas Angin

Kipas angin digunakan untuk mengeringkan screen setelah dilapisi dengan bahan coating atau untuk mengeringkan hasil cetakan yang tidak dapat dikeringkan dengan cara pemanasan (Sandjaja, 2006: 37).

Pendapat tersebut diperkuat lagi oleh ahli lainnya yang

pengeringan obat afdruk (jika mengafdruk film sendiri), dan pengeringan hasil sablonan (jika perlu 12).

Gambar 2.6. Mengeringkan Screen Menggunakan Kipas Angin

(Sadhori, 1996: 20)

g) Hand Sprayer

Pendapat mengenai hand sprayer dikemukakan oleh seorang ahli yang mengatakan bahwa:

Penyemprot air (handsprayer) digunakan untuk proses pengembangan acuan cetak (merontokkan obat afdruk pada screen ) ketika proses pengafdrukan. Untuk membantu pencucian layar screen dari cat yang campurannya air atau untuk proses penghapusan acuan cetak pada screen Arifien, 2011: 12-13).

Gambar 2.7. Penyemprotan Air pada Screen Menggunakan Hand Sprayer (Sandjaja, 2006: 100)

Pendapat tersebut dilengkapi oleh ahli lainnya yang menyebutkan bahwa Selain alat penyemprot yang telah disebutkan diatas, dikenal pula alat semprot khusus untuk penyablonan yang sudah barang tentu berharga lebih mahal. Alat khusus ini disebut Tenix Stencil Sprayer 400 . Dengan alat ini, lembut dan kencangnya aliran air dapat diatur dengan mudah (Sandjaja, 2006: 39).

h) Palet

Palet merupakan tempat untuk mencampur cat poster atau tinta warna dalam proses desain, tinta cina atau opaque ink dalam proses traces dan pasta warna dalam proses colet (Budiyono, et al., 2008: 378).

Gambar 2.8. Palet (Budiyono, et al., 2008: 378)

i) Setrika

Setrika digunakan untuk menghaluskan atau merapikan bahan sebelum disablon dan sesudah disablon. Kaos atau kain yang telah selesai disablon, harus disetrika agar tinta yang melekat di kaos atau kain tersebut tidak luntur (Sandjaja, 2006: 39).

Gambar 2.9. Setrika (Budiyono, et al., 2008: 105)

j) Gelas Ukur dan Mangkuk Plastik

Gelas ukur digunakan untuk mengukur bahan zat cair yang memerlukan ketepatan ukuran jumlah dalam cc. Gelas ukur biasanya digunakan untuk mengukur penggunaan pigmen atau zat pewarna tinta. Mangkuk plastik digunakan sebagai tempat mengolah obat peka cahaya yang berupa serbuk (Yani, 2004: 26).

k) Alat-alat Takaran (Timbangan)

Fungsi dari alat-alat takaran dikemukakan oleh seorang ahli -bahan yang dipergunakan untuk menyablon baik yang dipergunakan untuk afdruk (bahan-bahan negatif) maupun bahan-bahan yang dipergunakan untuk mencetak (tinta / cat sablon), selalu dipergunakan alat-

Berkaitan dengan timbangan, seorang ahli berpendapat Timbangan yang diperlukan adalah yang dapat digunakan untuk menimbang dalam satuan gram. Dalam hal ini, timbangan kue sudah cukup memadai digunakan dalam penyablonan (Sandjaja, 2006: 37).

l) Pengaduk

Pengaduk digunakan untuk mengaduk pasta warna supaya rata dan digunakan pula untuk menuangkannya ke permukaan screen . Benda yang dapat digunakan sebagai pengaduk misalnya sendok (Budiyono, et al., 2008: 380).

m) Kuas

Fungsi dari kuas dikemukakan oleh seorang ahli yang menyatakan bahwa:

Kuas kecil ini digunakan untuk menusir screen yang telah dikembangkan. Adanya lubang-lubang pada screen yang tidak dikehendaki dapat ditutup dengan bahan coating dengan mempergunakan kuas kecil ini. Sementara kuas yang besar digunakan untuk melapisi screen dengan bahan coating atau untuk melapisi screen yang sudah jadi dengan Varnish agar tahan lama (khusus untuk screen yang digunakan untuk menyablon dengan tinta berbasis air) (Sandjaja, 2006: 35).

Gambar 2.10. Kuas (Budiyono, et al., 2012: 107)

n) Papan Landasan

Mengenai papan landasan, Budiyono, et al. menyatakan ripek sebagai penyangga Mengenai papan landasan, Budiyono, et al. menyatakan ripek sebagai penyangga

o) Kain Hitam

Fungsi kain hitam dikemukakan oleh seorang ahli yang -sama dengan karet busa untuk mencegah terjadinya kebocoran sinar dari samping. Luas kain hitam yang digunakan sebaiknya lebih luas dari screen

p) Isolasi Bening

Fungsi dari isolasi bening dikemukakan oleh seorang ahli yang menyebutkan bahwa

katkan kodatrace atau kertas motif pada saat afdruk supaya tidak geser, untuk menutup bagian tepi screen sebelum (Budiyono, et al., 2008: 381).

q) Karet Busa

Karet busa yang digunakan biasanya memiliki ketebalan antara 5 cm sampai 10 cm. Fungsi karet busa dinyatakan oleh untuk menyangga bagian dalam screen pada

waktu afdruk supaya permukaan screen datar

. Dengan adanya berbagai macam ukuran luas screen, karet

busa yang digunakan harus pula sesuai dengan ukuran luas screen yang digunakan, sebab karet busa tersebut nantinya akan dimasukkan kedalam bingkai screen untuk mencegah masuknya sinar dari samping ke dalam screen. Jadi, bantalan karet busa ini digunakan untuk mencegah terjadinya kebocoran sinar yang menyinari screen. Disamping itu, bantalan ini digunakan pula agar film dapat merekat lebih erat dan rata pada screen saat ditekan, sehingga tidak mudah tergeser saat proses penyinaran. Apabila pada waktu penyinaran terjadi geseran dari film busa yang digunakan harus pula sesuai dengan ukuran luas screen yang digunakan, sebab karet busa tersebut nantinya akan dimasukkan kedalam bingkai screen untuk mencegah masuknya sinar dari samping ke dalam screen. Jadi, bantalan karet busa ini digunakan untuk mencegah terjadinya kebocoran sinar yang menyinari screen. Disamping itu, bantalan ini digunakan pula agar film dapat merekat lebih erat dan rata pada screen saat ditekan, sehingga tidak mudah tergeser saat proses penyinaran. Apabila pada waktu penyinaran terjadi geseran dari film

r) Kaca Bening

Fungsi kaca bening dikemukakan oleh Budiyono, et al. untuk menutup dan menekan kodatrace pada waktu penyinaran dengan sinar matahari atau pada meja afdruk dengan lampu (hlm. 382).

Pendapat tersebut ditambahkan oleh Sandjaja yang

kaca tebal 10 mm agar tidak mudah pecah, sebab kaca tersebut akan digunakan untuk menekan screen supaya menempel kuat pada film. Luas kaca yang digunakan jangan lebih kecil dari luas screen (2006: 37).

2) Bahan Cetak Saring

Bahan-bahan yang diperlukan dalam proses pembuatan karya tekstil dengan teknik cetak saring yaitu: bahan atau media cetak, kertas gambar, pensil warna atau cat poster, opaque ink, zat warna untuk sablon, obat peka cahaya, penghapus screen, Hidronal G, tinta cetak, dan sabun colet.

a) Bahan atau Media Cetak

Berkaitan dengan bahan atau media cetak, seorang ahli berpendapat bahwa:

menjadi objek sasaran sablon. Benda sasaran sablon banyak macamnya, sebab penyablonan bisa dilakukan pada segala dasar, seperti pada macam-macam kertas bahan tekstil, plastik, kaca, imitasi, kulit, kayu, logam, tembaga, seng dan

b) Alat Tulis

Alat-alat tulis yang dimaksudkan disini adalah kertas gambar, pensil warna, spidol, cat poster, tinta cina, dan lain Alat-alat tulis yang dimaksudkan disini adalah kertas gambar, pensil warna, spidol, cat poster, tinta cina, dan lain

c) Opaque Ink

Fungsi dari opaque ink dikemukakan oleh Budiyono, et al., yang menyatakan bahw

Opaque Ink untuk menggambar memisahkan motif tiap warna pada kodatrace (2008: 384).

d) Zat Warna untuk Sablon

Hampir semua zat warna pada tekstil dapat digunakan dalam proses penyablonan namun zat warna pigmen paling banyak digunakan (Budiyono, et al., 2008: 385).

Keistimewaan cat pigmen yaitu: siap pakai; warna cemerlang; untuk menyablon diatas warna gelap, dapat dicampur dengan pigmen putih; tidak luntur dan merata setelah disablon; dan hasil sablonan lembut (K. Arifien, 2011: 61).

e) Obat Peka Cahaya

Obat peka cahaya merupakan larutan pokok dalam proses afdruk screen, yaitu campuran antara emulasi dan sensitizer (cairan peka cahaya). Bahan ini terdapat dalam satu kemasan dus kecil yang berisi dua buah botol. Botol besar berisi cairan emulasi, dan botol kecil berisi cairan sensitizer. Berfungsi untuk melapisi screen pada proses afdruk, pelapisan dilakukan pada ruang gelap atau pada cahaya lampu merah (infra red) (Budiyono, et al., 2008: 384-385).

Gambar 2.11. Merk Dagang Bahan Coating (Obat Peka Cahaya)

(Sandjaja, 2006: 44)

Beberapa merk dagang obat peka cahaya yang banyak beredar di pasaran, antara lain: Chromatine, Ulano TZ, Ultrasol TS, PhotoXol TS, Ulano 133, PhotoXol 199, dan Ulano 569 (High Resolution Emulsion ) (Sandjaja, 2006: 44-46).

f) Penghapus Screen

Pendapat mengenai penghapus screen dikemukakan oleh, Sandjaja (2006)

Bahan penghapus screen digunakan untuk menghapus objek yang telah dicetak diatas screen, sehingga dengan demikian, screen akan tampak seperti baru dan siap dig

Bahan yang berfungsi sebagai penghapus screen ada empat yaitu: soda api, sodium hipochloride, pregnant paste, dan Reducer PVC (K. Arifien, 2011: 22-27).

g) Hidronal G

Hidronal G atau lem kain digunakan untuk menempelkan kain atau kaos yang akan disablon supaya permukaan rata dan

h) Tinta Cetak

Jenis tinta yang digunakan dalam penyablonan dibedakan menjadi dua, yaitu tinta berbasis minyak dan tinta berbasis air. Tinta berbasis minyak umumnya digunakan untuk menyablon bahan-bahan seperti halnya kertas, plastik, kulit imitasi, karet, kaca, dan logam. Tinta berbasis minyak yang sering digunakan antara lain: Tinta PVC, Tinta Polystuf SG, Tinta Polymate G, Toyo PVC Varnish, Tinta SJ Buatan Royal Guard, Royal Spon (Royal Guard). Tinta berbasis air digunakan khusus untuk menyablon kain dan kaos. Tinta berbasis air yang sering digunakan antara lain: Medium NF, Pelarut GU, Medium Polysol, Medium Super, White Paste, Pasta Warna Karet, Rubber Pearl, dan Rubber Transparant (Sandjaja, 2006: 52-59).

i) Sabun Colet

Gambar 2.12. Pembersihan Screen Menggunakan Sabun Colet

(Sandjaja, 2006: 100) (Sandjaja, 2006: 100)

screen setelah

penyablonan untuk

menghilangkan sisa warna (2008: 386).

5. Pembelajaran Cetak Saring

Pembelajaran cetak saring adalah interaksi belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik dengan tujuan menguasai kompetensi cetak saring atau sablon melalui tahap teori dan praktikum. Tujuan akhir dari pembelajaran cetak saring adalah: 1) Mengenal macam dan jenis bahan peka cahaya (obat afdruk). 2) Mengenal macam dan jenis bahan penghapus obat afdruk. 3) Mengenal bahan penguat lapisan obat afdruk screen sheet . 4) Mengenal macam-macam peralatan cetak saring. 5) Melakukan perawatan bahan dan peralatan cetak saring. 6) Melakukan pencampuran bahan peka cahaya maupun bahan cetak. 7) Melakukan pelapisan bahan peka cahaya (obat afdruk) pada screen di ruang gelap. 8) Melakukan pengeringan hasil pengolesan bahan peka cahaya (obat afdruk). 9) Melakukan penyemprotan untuk menimbulkan gambar pada screen. 10) Melakukan perbaikan gambar pada screen dari hasil pengafdrukan. 11) Melakukan persiapan cetak sesuai benda yang dicetak. 12) melakukan pencetakan pada berbagai bentuk benda cetak (Yani, 2004: 13-15).

Peserta didik yang telah mengikuti kompetensi dasar membuat kriya tekstil cetak saring menggunakan film atau kodatrace dengan baik dan sungguh-sungguh akan memiliki nilai tambah yang mengakibatkan adanya perubahan sikap dalam diri peserta didik. Perubahan tersebut dapat dilihat dalam bentuk penguasaan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Hasil pembelajaran cetak saring menggunakan film atau kodatrace diharapkan dapat berpengaruh pada persiapan peserta didik untuk mengikuti praktik kerja industri di usaha sablon. Manfaat hasil belajar cetak saring ditinjau dari aspek kognitif yaitu: 1) Penguasaan pengetahuan konsep dasar pengertian cetak saring. 2) Pengetahuan fungsi alat

Pengetahuan langkah membuat kriya tekstil cetak saring menggunakan film atau kodatrace sebagai kesiapan mengikuti praktek kerja industri di usaha sablon. Manfaat hasil belajar cetak saring ditinjau dari aspek afektif secara garis besar untuk: 1) Melatih dan meningkatkan sikap ketelitian, 2) Meningkatkan motivasi. 3) Mengembangkan kemampuan dan wawasan. 4) Menerima kritik dan saran dari guru dan teman. Manfaat hasil belajar cetak saring ditinjau dari aspek psikomotor yaitu; 1) Keterampilan dalam menggunakan alat dan bahan. 2) Keterampilan dalam membuat desain motif.

3) Keterampilan dalam melakukan proses afdruk. 4) Keterampilan membuat kriya tekstil dengan teknik cetak saring sebagai kesiapan untuk mengikuti praktek kerja industri di usaha sablon (Yuniarti, 2012: 131-137).