terdiri dari 32-35 karet dan sekitar 33 senyawa lain, termasuk asam lemak, gula, protein, sterol ester dan garam. Lateks biasa dikonversikan ke karet busa dengan
aerasi mekanik yang diikuti oleh vulkanisasi Stevens, 2001.
2.1.1 Klasifikasi Karet.
Karet sintetik dibuat secara polimerisasi fraksi-fraksi minyak bumi, contoh karet sintetik yang banyak beredar Stirene Butadiene Rubber SBR, Nitrile
Butadiene Rubber NBR, karet silicon, urethane dan Karet Ethilene Propilene EPDM. Karet alam adalah karet yang dihasilkan dari hasil sadapan, di mana
mempunyai daya lentur yang tinggi, kekuatan tensil dan dapat dibentuk dengan panas yang rendah. Di samping itu karet alam tahan terhadap benturan, goresan dan
koyakan sangat baik. Karet alam tidak begitu tahan terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti oksidasi dan ozon. Di samping itu karet alam mempunyai daya
tahan yang rendah terhadap bahan-bahan kimia seperti bensin, minyak tanah, bensol, pelarut lemak, pelarut, pelumas sintetis dan cairan hidrolik.
2.1.2 Komposisi Karet Alam
Komposisi karet alam atau lateks segar yang diambil dari kebun dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Komposisi Lateks Segar dari Kebun Ompusunggu, 1989. Komponen
Komponen dalam lateks segar
Karet hidrokarbon 36
Protein 1,4
Karbohidrat 1,6
Lipida 1,6
Persenyawaan organik 0,4
Persenyawaan anorganik 0,5
Air 58,5
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Komposisi Lateks dalam karet kering Ompusunggu, 1989. Komponen
Komposisi dalam lateks kering
Karet hidrokarbon 92-94
Protein 2,5-3,5
Karbohidrat -
Lipida 2,5-3,2
Persenyawaan organik -
Persenyawaan anorganik 0,1-0,5
Air 0,3-1,0
2.1.3 Standart Indonesia Rubber SIR
Ketentuan tentang SIR didasarkan pada ketentuan Mentri Perindustrian dan Perdagangan dengan SK No.143KP V69. Ketentuan ini berlaku mulai 18 Juni
1969 dana telah menetapkan ketentuan-ketentuan mengenai karakteristik SIR sebagai berikut :
1. Standart Indonesia Rubber SIR adalah karet alam yang dikeluarkan dari daerah- daerah yang termasuk dalam lingkungan Negara Republik Indonesia.
2. Standart Indonesia Rubber SIR yang diperdagangkan dalam bentuk bongkahan balok dengan ukuran 28x6.5 dalam inchi. Bongkahan-bongkahan yang telah
dibungkus dengan plastic polyetilen, tebalnya 0,03 mm, dengan titik pelunakan kurang dari 180
o
3. Mutu untuk SIR ditetapkan berdasarkan spesifikasi teknis, berbeda dengan cara visual yang konvensional sebagaimana tercantum dalam International Standart of
Quality and packing for Natural Rubber The Green Book C, berat jenis 0,92 dan bebas dari segala bentuk pelapis
coating. Pengepakan selanjutnya dapat dilakukan dalam kantung kertaskraft 4 ply atau dalam bentuk pallet seberat 0,5 ton atau 1 ton.
4. Standart Indonesia Rubber SIR terdiri dari 3 jenis mutu dengan spesifikasi teknis SIR 5, SIR 10 dan SIR 20. Semua jenis karet yang diperdagangkan dalam
Universitas Sumatera Utara
bentuk SIR harus disertai dengan penetapan nilai plasticity Retention Index PRI dengan menggunakan tanda huruf :
“ H” untuk PRI lebih besar atau sama dengan 80. “ M” untuk PRI antara 60 – 79.
“ S ” untuk PRI antara 30 – 59. Karet yang mempunyai nilai SIR lebih rendah dari 30 tidak diperkenankan
dimasukkan dalam SIR. 5. Warna karet tidak menjadi bagian dalam spesifikasi teknis.
6. Setiap produsen dari SIR dengan mutu apapun diwajibkan untuk mendaftarkan pada Departeman Perdagangan. Oleh Departeman Perdagangan akan diberikan
tanda pengenal produsen kepada setiap produsen karet bongkah, untuk setiap pabrik yang diusahakan. Setiap mutu SIR diwajibkan untuk menyerahkan
contoh-contoh hasil produksi kepada Balai Penelitian Bogor atau Balai Penelitian Perkebunan, sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh kedua balai
tersebut untuk mendapatkan Surat Penetapan Jenis Mutu Produksi 7. Setiap eksport karet SIR wajib disertai dengan sertifikat kualitas yang
dikeluarkandisahkan oleh Badan Lembaga Penelitian Perindustrian. 8. Setiap pembungkus bongkah dari SIR harus diberi tanda dengan lambing SIR
dan menurut ketentuan-ketentuan yang diberikan oleh Departemen Perdagangan. 9. Eksport dari karet bongkah yang tidak memenuhi syarat-syarat SIR di atas akan
dilarang.
2.2 Bentonit
Bentonit adalah batu yang terbentuk dari tanah liat yang sangat koloid dan plastik terutama terdiri dari MMT, mineral lempung kelompok smektit, dan
diproduksi oleh devitrifikasi dari abu vulkanik. Selain monmorillonite, bentonit mungkin mengandung feldspar, kristobalit, dan kristal kuarsa. Sifat khusus dari
bentonit adalah kemampuan untuk membentuk gel thixotrophic dengan air,
Universitas Sumatera Utara
kemampuan untuk menyerap besar jumlah air, dan kapasitas kation tukar yang tinggi. Itu sifat bentonit yang berasal dari struktur kristal kelompok smektit, yang merupakan
lembaran alumina oktahedral antara dua tetrahedral silika Bentonit MMT yang kejadiannya berasal dari abu gunung api vulcanic ash
akan membeku dalam berbagai kondisi hidrotermal, sehingga bentonit suatu lokasi dengan warna dan tekstur yang sama mungkin berbeda dalam komposisi kimia
dengan bentonit yang diperoleh dari tempat lain yang disebabkan karena kombinasi lempung material yang berupa partikel halus dengan berbagai impuritis. Hal ini telah
menyebabkan dikenalnya berbagai jenis bentonit seperti bentonit Wyoming, Amerika, bentonit Surray Inggris dan bentonit Kunipia Departemen Pertambangan
dan Energi , 2000. Bentonit dikenal dan dipasarkan dengan berbagai sinonim seperti sabun tanah liat, sabun mineral, wilkinite, staylite, vol-clay, aquagel, ardmorite,
refinite: merupakan beberapa nama dagang yang disiapkan untuk bentonit Johnstone, 1961.
lembar Grim, 1978.
2.2.1. Struktur Bentonit
Bentonit sebagai mineral lempung, terdiri dari 85 MMT dengan rumus kimia bentonit adalah Mg, Ca xAl
2
O
3
. ySiO
2
. n H
2
O dengan nilai n sekitar 8 dan x,y adalah nilai perbandingan antara Al
2
O
3
dan SiO
2
Setiap struktur kristal bentonit mempunyai tiga lapisan yaitu lapisan oktahedral dari alumunium dan oksigen yang terletak antara dua lapisan tetrahedral
dari silikon dan oksigen. Penyusun terbesar bentonit adalah silikat dengan oksida utama SiO
. Fragmen sisa bentonit umumnya terdiri dari campuran kristoballit, feldspar, kalsit, gipsum, kaolinit, plagioklas, illit
Gillson, 1960.
2
silika dan Al
2
O
3
aluminat yang terikat pada molekul air, dimana ditunjukkan pada Gambar 2.1. Penggabungan pada satu lapisan tetrahedral silika
dengan satu lapisan oktahedral alumina membentuk dua lapisan silika-alumina Thomas et al, 1978.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Struktur bentonit
2.2.2. Sifat –Sifat Bentonit