mengetahui permukaan photodiode array yang menghitung distribusi intensitas cahaya spasial dan penyebaran cahaya selama terjadinya pengukuran Totoki, 2007.
Partikel Ukuran Analyzer adalah alat yang mampu mengukur partikel distribusi ukuran emulsi, suspensi dan bubuk kering. Hal ini dapat melakukan berbagai analisis
dalam penggunaan operasi yang sangat ramah lingkungan .
1. Keunggulannya antara lain:
Akurasi dan reproduksibilitas berada dalam ± 1 2.
. Mengukur berkisar dari 0,02 nm sampai 2000
3.
nm.
Dapat digunakan untuk pengukuran distribusi ukuran partikel emulsi, suspensi, dan bubuk
kering Hossaen, 2000.
2.9.1. Analisis distribusi ukuran partikel menggunakan Particle Size Analyzer
Particle Size Analyzer PSA dapat menganalisis partikel suatu sampel yang bertujuan menentukan ukuran partikel dan distribusinya dari sampel yang
representatif. Distribusi ukuran partikel dapat diketahui melalui gambar yang dihasilkan. Ukuran tersebut dinyatakan dalam jari-jari untuk partikel yang berbentuk
bola. Penentuan ukuran dan distribusi partikel menggunakan PSA dapat dilakuan dengan 1 difraksi sinar laser untuk partikel dari ukuran submikron sampai dengan
milimeter, 2 counter principle untuk mengukur dan menghitung partikel yang berukuran mikron sampai dengan milimeter, dan 3 penghamburan sinar untuk
mengukur partikel yang berukuran mikron sampai dengan nanometer Etzler, 2004.
2.10. Karakterisasi Penentuan basal spacing d001
Penentuan basal spacing dilakukan dengan metode analisis difraksi sinar-X. Sekitar 0,5 g bubuk sampel yang akan dianalisis diletakkan dalam tempat sampel dan
ditentukan langsung dalam difraktometer sinar–X Shimadzu model XRD 6000
Universitas Sumatera Utara
menggunakan radiasi Cu αKa. Sampel yang dianalisis dapat digunakan kembali untuk
analisis lainnya.
Penentuan luas permukaan dan porositas
Sampel montmorilonit yang akan dianalisis ditempatkan dalam tempat sampel Gas Sorption Analyser NOVA 1000. Sebelum dilakukan pengukuran, sampel
dipanaskan dan dilakukan proses degassing pada temperatur 150
o
C selama 1 jam dengan kondisi vakum. Selanjutnya sampel didinginkan dengan nitrogen cair sampai
terbentuk lapis tunggal molekul nitrogen pada permukaan sampel. Volume gas atau berat gas yang teradsorbsi pada temperatur nitrogen cair 77,4 K dapat ditentukan.
Dengan terukurnya perubahan tekanan dan volume atau berat gas yang teradsorbsi oleh sampel maka luas permukaan spesifik, volume total pori, distribusi ukuran pori
dan isoterm adsorbsi dari sampel yang dianalisis dapat ditentukan.
Penentuan gugus fungsional
Penentuan gugus fungsional dilakukan dengan alat spektrometer FTIR model Shimadzu 8201 PC dengan metode padatan bubuk. Sebanyak 0,2 mg
lempung yang akan dianalisis dihomogenkan dengan 20 mg bubuk KBr perbandingan 1 kemudian dengan tekanan 2000 psi ditekan hingga menjadi pelet
yang tipis dan transparan. Pelet tersebut kemudian diletakkan dalam sel dan analisis spektra dilakukan pada bilangan gelombang 400–4000 cm
-1
.
2.11. Komposit
Komposit adalah penggabungan dua atau lebih material yang berbeda sebagai suatu kombinasi yang menyatu. Bahan komposit pada umumnya terdiri dari dua
unsur, yaitu serat fibre sebagai pengisi dan bahan pengikat serat yang disebut matrik. Didalam komposit unsur utamanya serat, sedangkan bahan pengikatnya
polimer yang mudah dibentuk. Penggunaan serat sendiri yang utama adalah menentukan karakteristik bahan komposit, seperti kekakuan, kekuatan serta sifat
Universitas Sumatera Utara
mekanik lainnya. Sebagai bahan pengisi, serat digunakan untuk menahan gaya yang bekerja pada bahan komposit, matrik berfungsi melindungi dan mengikat serat agar
dapat bekerja dengan baik terhadap gaya-gaya yang terjadi. Oleh karena itu untuk bahan serat digunakan bahan yang kuat, kaku dan getas, sedangkan bahan matrik
dipilih bahan-bahan yang liat, lunak dan tahan terhadap perlakuan kimia Hadi, 2000.
Komposit serat dalam dunia industri mulai dikembangkan dari pada mengunakan bahan partikel. Bahan komposit serat mempunyai keunggulan yang
utama yaitu strong kuat, stiff tangguh, dan lebih tahan terhadap panas pada saat didalam matrik. Dalam perkembangan teknologi pengolahan serat, membuat serat
sekarang makin diunggulkan dibandingkan penggunaan material matriks sintesis. Cara yang digunakan untuk mengkombinasi serat berkekuatan tarik tinggi dan
bermodulus elastisitas tinggi dengan matrik yang bermassa ringan, berkekuatan tarik rendah, serta bermodulus elastisitas rendah makin banyak dikembangkan guna untuk
memperoleh hasil yang maksimal. Komposit pada umumnya menggunakan bahan plastik yang merupakan material yang paling sering digunakan sebagai bahan
pengikat seratnya selain itu plastik mudah didapat dan mudah perlakuannya, dari pada bahan dari logam yang membutuhkan cara tersendiri Schwartz, 1984.
2.12. Nanokomposit