BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan 49
3.1.1 Alat 49
3.1.2 Bahan 50
3.2 Prosedur Penelitian 51
3.2.1 Proses Preparasi Lempung Bentonit 51
3.2.2 Pembuatan Nanopartikel Bentonit 51
3.2.3 Karakterisasi Bentonit 51
3.2.4 Proses Grafting Karet Alam SIR 10 dengan GMA 52
3.2.5 Proses Pembuatan Nanokomposit KA SIR 10 dengan Bentonit GMA dan BPO
52 3.2.6 Proses Pembuatan Nanokomposit KA-g-GMA dengan Bentonit 5 Phr
3.2.3 Karakterisasi Nanokomposit Bentonit
53
3.2.3.1 Analisa Gugus Fungsi Dengan FTIR 53
3.2.3.3 Analisa Sifat Mekanik dengan Uji Tarik 53
3.2.3.4 Analisa Sifat Morfologi dengan uji SEM 54
3.3 Bagan Penelitian 55
3.3.1 Bagan Preparasi Bentonit 55
3.3.2 Bagan Sedimentasi Bentonit 56
3.3.3 Bagan Pembuatan Nanopartikel Bentonit 57
3.3.4 Bagan Pengukuran PSA Nanopartikel Bentonit 58
3.3.5 Proses Mastikasi Karet Alam 59
3.3.6 Proses Grafting Karet Alam SIR 10 dengan GMA 60
3.3.7 Proses Pembuatan Nanokomposit KA SIR 10 dengan Bentonit, GMA dan BPO
61 3.3.8 Proses Pembuatan Nanokomposit KA-g-GMA dengan
Bentonit 5 phr 62
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 63
Universitas Sumatera Utara
4.1 Hasil Karakterisasi Bentonit 63
4.2 Hasil Karakterisasi Bentonit dengan FT-IR 65
4.3 Hasil Karakterisasi menggunakan Difraksi Sinar X 67
4.4 Hasil Karakterisasi menggunakan SEM 67
4.5 Data hasil pengujian menggunakan Partikel Size Analyzer PSA 68
4.6 Uji viskositas mooney karet alam 69
4.7 Karakterisasi berdasarkan analisa sifat mekanik dengan uji tarik 71
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 84
5.1 Kesimpulan 84
5.2 Saran 85
DAFTAR PUSTAKA 85
LAMPIRAN 87
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN
KA = Natural Rubber Karet Alam
GMA = Glysidil Metacrilate
KA-g-GMA = Natural Rubber tergrafting Glysidil Metacrilate
FTIR = Fourier Transform Infrared Spectroscopy
SEM = Spectra Electro magnetic
BPO = Benzoil Peroksida
PSA = Partikel Size Analyzer
FT-IR = Fourier Transform-Infra Red adalah teknik spektroskopi infra
merah dengan metode fourier transform untuk menghitung data sinar infra merah yang diserap oleh sampel supaya menghasilkan
resolusi dan kepekaan yang tinggi. SEM
= Scanning Electron Microscope adalah mikroskop elektron pemindai dimana suatu berkas insiden elektron yang sangat halus
di-scan menyilangi permukaan sampel dalam sinkronisasi dengan berkas tersebut, di dalam tabung sinar katoda.
XRD = X-Ray Difraction adalah teknik analisis kimia yang
berdasarkan pada interferensi konstruktif dari sinar-X dari sinar katoda monokromatik dan kristal sampel
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Table 2.1 Komposisi Lateks Segar dari Kebun. 9
Tabel 2.2 Komposisi Lateks dalam karet kering. 10
Tabel 4.1 Komposisi kimia Bentonit Bener Meriah 63
Tabel 4.2 Data analisis FT-IR pada partikel nanobentonit 66
Tabel 4.3 Data pengukuran viskositas karet alam 70
Tabel 4.4 Karakterisasi berdasarkan analisa sifat mekanik dengan uji tarik 71
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan kekuatan tarik nanokomposit KA-g-GMA 75
Tabel 4.6 Bilangan gelombang FTIR KAKA-g-GMA 5 phr 80
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. a Struktur monomer isoprene, b Rumus bangun Polyisoprena, c Rumus bangun cis - 1,4 – isoprena d Rumus bangun Cis 1,4
Poliisopren karet alam 8
Gambar 2.1 Struktur Bentonit 13
Gambar 2.2 Strukutur Kristal Montmorilonit 16
Gambar 2.3 Proses karet alam tergrafting dan terinterkalasi 34
Gambar 2.4 Vulkanisasi Karet Alam 35
Gambar 2.5 Spesimen Uji Tarik dan Perilaku Polimer Termoplastik 41
Gambar 2.6 Kurva Hubungan tegangan terhadap Regangan 42
Gambar 2.7 Kurva Tegangan Regangan Bahan Kenyal 43
Gambar 2.8 Skema reaksi Penelitian tahapan inisiasi 45
Gambar 2.9 Skema reaksi Penelitian tahapan propagasi 45
Gambar 2.10 Skema reaksi Penelitian tahapan pembentukan radikal 46
Gambar 2.11 Skema reaksi Penelitian tahapan terminasi 47
Gambar 2.12 Skema reaksi Penelitian tahapan terminasi 48
Gambar 2.13 Skema reaksi Penelitian tahapan reaksi antara KA dan GMA 49
Gambar 2.14 Produk reaksi antara KA dan GMA 50
Gambar 2.15 Reaksi Ikat silang KA 50
Gambar 4.1 Hasil Analisis Pengukuran Nanopartikel Bentonit 68
Gambar 4.2 Bentonit Alam dan Partikel Nanobentonit setelah Miling 68
Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Waktu Mastikasi terhadap Viskositas dan Berat Molekul Karet Alam
73 Gambar 4.4 Kurva Regangan-Tegangan Nanokomposit Karet Alam bentonit
77 Gambar 4.6 Film Nanokomposit Karet Alam-bentonit
77 Gambar 4.7 Spektrum Analisis FTIR Nanokomposit Karet Alam-bentonit
78 Gambar 4.8 Spektrum Analisis FTIR dari KA
78
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.9 Spektrum Analisis FTIR dari GMA 79
Gambar 4.10 Spektrum XRD Nanokomposit Karet Alam-bentonit 80
Gambar 4.11 Hasil SEM Bentonit Nanokomposit Karet Alam- 83
Gambar 4.12 Hasil SEM Bentonit Nanokomposit Karet Alam 84
Gambar 4.13 Hasil SEM Bentonit Nanokomposit Karet Alam 84
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran-1: Rumus perhitungan kekuatan tarik dan kemuluran 89
Lampiran-2 : XRD Karet Alam 92
Lampiran-3 : Hasil Uji Tarik KA KA-g-GMA 5 PHR 93
Lampiran-4 : Hasil Uji Tarik KA.BPO.GMA 1 PHR 94
Lampiran-5 : Hasil Uji Tarik KA.BPO.GMA 3 PHR 95
Lampiran-6 : Hasil Uji Tarik KA.BPO.GMA 5 PHR 96
Lampiran-7 : Hasil Uji Tarik KA.BPO.GMA 7 PHR 97
Lampiran-8 : Hasil Uji Tarik KA.BPO.GMA 9 PHR 98
Lampiran-9 : Hasil Uji Tarik KA- Carbon Black 99
Lampiran-10 : Hasil Uji Tarik KA- Nonfiller 100
Lampiran-11 : Hasil Uji Tarik KA- PEG 5 PHR 101
Lampiran-12 : Hasil Uji FTIR KA KA-g-GMA 5 PHR 102
Lampiran-13 : Hasil Uji FTIR FTIR KA KA-g-GMA 5 PHR 103
Lampiran-14 : Gambar Bentonit dan Planetary Ball Mill 104
Lampiran 15 : Gambar wadah penggiling dan bola penggiling 105
Lampiran 16 : Gambar Particle Size Analyzer PSA dan Ultrasonic Bath 106
Universitas Sumatera Utara
Penyediaan Nanokomposit Karet Alam-g-Glysidil Metacrilate Bentonit
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang penyediaan nanokomposit karet alam-g - GMABentonit. Karet alam yang telah dimastikasi digrafting dengan GMA yang
dicampur secara terbuka dengan menggunakan two-roll mill dengan nanopartikel bentonit pada berbagai variasi yaitu 1, 3, 5, 7 dan 9 phr. Nanopartikel bentonit
diperoleh dengan metode sedimentasi sederhana dari tanah liat yang berasal dari Bener Meriah Kabupaten Aceh Gayo. Dengan menggunakan PSA, rata-rata diameter
bentonit adalah 184.5 nm. Dari hasil Uji tarik diperoleh bahwa sifat mekanik karet yang terbaik diperoleh saat penambahan karet alam-bentonit pada karet alam KA-g-
GMA 5 phr, bahkan jauh lebih baik dibandingkan dengan karet alamarang aktif. Dari spectra FTIR pada bilangan gelombang 1734,72 cm
-1
Kata kunci: nanokomposit, karet alam, bentonit, GMA, dan interkalasi
yang menunjukkan gugus fungsi dari karbonil C=O, terutama gugus karbonil dari esther mengindikasikan
bahwa GMA telah terikat secara kimia dengan karet alam. Dari uji moprfologi dengan menggunakan SEM diperoleh bahwa nanopartikel bentonit terdispersi dengan
baik pada matriks karet alam. Analisis spektra XRD menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran 2
Θ menandakan bahwa terjadi proses interkalasi pada permukaan bentonit.
Universitas Sumatera Utara
Pembuatan Nanokomposit Karet AlamBentonit Dengan Glysidil Metacrilate
ABSTRACT
The Preparations of NR-g-GMA nanocomposite have been done. The masticated NRs which grafted with GMA in open stage system by using a two-roll mill were
compounded to nanoparticle of bentonite in a set variety of composition of 1, 3, 5, 7,and 9 phr. The particles were obtained by a simple sedimentantion method from
clay which is originally from Beber Meriah Area, District of Aceh Gayo. The diameter average of the particles is 185.6 nm. Tensile test results show that the
highest mechanical behaviour was achieved by adding of 5 phr of the bentonit into NR-g-GMA, even better compare to NR-g-GMACB. FTIR spectra show that wave
number of 1734,72cm
-1
indicating the functional group of carbonil that GMA incorporate chemically with NA. Morphological images show that the nanoparticles
of bentonite is well dispersion onto its matrix. The shift of 2 Θ shows that the
intercalation process was occurred.
Keywords: nanocomposite, natural rubber, bentonite, GMA
Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN