Syarat-syarat umum (“persyaratan standard”)

6. Syarat-syarat umum (“persyaratan standard”)

6.1. Para legislator Belanda menyediakan suatu bagian khusus dari KUH Perdata Belanda, yang terdiri atas 17 pasal, untuk subjek atau perihal penting menyangkut ketentuan dan syarat umum (pasal 6:231-247). “Syarat-syarat umum” berarti satu atau lebih ketentuan yang

dirancang untuk dimasukkan dalam sejumlah kontrak, dengan pengecualian ketentuan yang melibatkan kewajiban esensial dari kontrak (pasal 6:231 sub a). “Klausul inti” tidak dimasukkan karena hukum kontrak modern sekarang tidak menuntut pretium iustum [harga yang adil]. Syarat-syarat umum dapat digunakan vis-à-vis konsumen, tetapi juga vis-à-vis pihak profesional; Bagian 6.5.3 KUH Perdata Belanda meliputi kedua situasi tersebut.

6.2. Pertanyaan apakah serangkaian syarat-syarat umum tertentu berlaku antara pihak kontraktor dijawab sesuai dengan prinsip- prinsip umum yang menentukan pembentukan kontrak: niat pihak

3 HR 20-2-1998, NJ 1998, 493 (Briljant Schreuders/ABP).

Jaap Hijma

lain di satu sisi (pasal 3:33), perlindungan kepercayaan dan itikad baik pengguna di sisi lain (pasal 3:35). Agar syarat-syarat umum bisa berlaku, perlu bahwa pihak lain menerima keberterapannya. Tapi pihak tersebut hanya perlu menerima syarat-syarat secara keseluruhan, sebagai satu rangkaian utuh. Ketika ia melakukan hal itu maka ia terikat oleh ketentuan bahkan jika, pada saat menyepakati kontrak, pengguna memahami atau seharusnya telah memahami bahwa pihak lain tidak mengetahui isinya (pasal 6:232). Ide yang mendasari “aturan keberterapan yang cepat” ini adalah bahwa tes keberterapan yang mengganggu tidak perlu, karena KUH Perdata kemudian memberikan tinjauan material yang kuat terhadap syarat-syarat umum.

6.3. Menurut pasal 6:233, sebuah ketentuan dalam syarat-syarat umum dapat ditiadakan (dibatalkan): (a)

jika ternyata terlalu berat bagi pihak lain, dengan mempertimbangkan sifat dan isi lebih lanjut dari kontrak, cara di mana ketentuan dan syarat-syarat ditentukan, kepentingan yang saling dipahami dari masing-masing pihak dan keadaan lain dari kasus tersebut; atau

(b) jika pengguna belum memberikan pihak lain kesempatan yang wajar untuk mencatat (isi dari) syarat-syarat umum. Mengenai pembatalan ini, ketentuan-ketentuan umum tentang

peniadaan (pembatalan) berlaku, seperti misalnya kesalahan (kekeliruan) atau ketidakmampuan pribadi: lihat pasal 3:49 dst.

6.4. Pasal 6:233 sub a adalah jantung dari Bagian syarat-syarat umum. Semua syarat umum yang “terlalu berat” dapat ditiadakan (dibatalkan) oleh pihak lain. Apakah suatu syarat terlalu berat atau tidak, tergantung dari keadaan kasus. Pasal 6:233 sub a menyebutkan beberapa keadaan atau situasi seperti:

- sifat dan isi lebih lanjut dari kontrak; - cara di mana syarat dan kondisi yang terbentuk; - kepentingan yang saling dipahami dari masing-masing pihak.

Beberapa keadaan yang lebih relevan dapat disaring dari berbagai putusan pengadilan mengenai kekuasaan untuk mengabaikan aspek kewajaran dan kesetaraan (lihat di atas, paragraf 4.5.):

- tingkat kesalahan (dalam kasus kerusakan); - sifat dan beratnya kerusakan yang dapat diperkirakan; - hubungan timbal balik antara para pihak; - posisi sosial mereka; - implikasi dari klausul; - tingkat di mana implikasi-implikasi itu jelas bagi pihak lain.

5. Isi dan konsekuensi dari kontrak

6.5. Apakah sebuah syarat terlalu berat secara tak beralasan atau tidak, tidak selalu mudah untuk diputuskan. Legislator telah berniat untuk memberikan pandangan yang lebih jelas bagi para konsumen. Atas nama mereka ia menyediakan dua daftar yang panjang. Di tempat pertama ada “daftar hitam”, yang menyebutkan pasal-pasal yang dianggap terlalu berat secara tidak masuk akal terlepas dari keadaan apa pun (pasal 6:236). Klausul-klausul seperti itu selalu dapat dibatalkan oleh konsumen. Di tempat kedua ada “daftar abu- abu “(pasal 6:237), yang menyebutkan klausul yang seharusnya terlalu berat secara tidak masuk akal; “seharusnya” berarti ada kemungkinan bagi pengguna untuk membuktikan sebaliknya.

Meskipun ditulis bagi konsumen, dua daftar tersebut mungkin memiliki taraf tertentu “efek refleks” untuk kepentingan pihak jenis lain, terutama ketika mereka “kecil” dan sejauh menyerupai seorang konsumen.

6.6. Pasal 6:233 sub b berisi dasar pembatalan kedua: jika pengguna tidak memberikan pihak lain kesempatan yang wajar untuk mencatat (isi) syarat-syarat umum. Secara umum pengguna benar-benar harus memberikan syarat-

syarat kepada pihak lain (menyerahkan, atau mengirim melalui pos), sebelum atau pada akhir kontrak (pasal 6:234 ayat 1 sub a). Ide dasarnya adalah adanya “persetujuan yang penuh kesadaran” (informed consent).

Jika hal ini tidak cukup memungkinkan, ia harus memberitahu pihak lain, sebelum kontrak disepakati, bahwa ia memiliki syarat-syarat yang tersedia untuk pemeriksaan atau bahwa syarat-syarat itu telah disimpan di kamar dagang dan industri yang telah ditunjuk olehnya atau di kantor panitera pengadilan, dan bahwa mereka akan dikirim ke pihak lain atas permintaan (pasal 6:234 ayat 1 sub b).

Ketika kontrak telah disepakati dengan sarana elektronik (misalnya jual-beli melalui internet), itu sudah cukup untuk membuat syarat-syarat umum tersedia – sebelum pembentukan kontrak – dengan cara elektronik (pasal 6:234 ayat 1 sub c). Menurut ketentuan baru yang diusulkan, hal yang sama berlaku untuk kontrak non-elektronik, asalkan pihak lain setuju dengan pengakhiran penggunaan sarana elektronik.

Ayat-ayat ini tidak berlaku sejauh bahwa pengguna tidak dapat terlalu diperlukan untuk mengirim syarat-syarat (pasal 6:234 ayat 3).

6.7. Hukum Belanda juga menyediakan mekanisme untuk gugatan perwakilan kelompok (class action), misalnya yang akan diambil oleh organisasi konsumen (pasal 6:240). Semua kasus tersebut dimasukkan ke dalam kewenangan satu pengadilan khusus: Pengadilan Tinggi di Kota Den Haag (Den Haag). Kemungkinan “kasasi” oleh Mahkamah Agung (Hoge Raad), yang juga didirikan

Jaap Hijma

di Den Haag, juga dilindungi. Kasus 9

Penyetem piano A dan konsumen B telah sepakat bahwa A akan menyetem piano B enam kali setahun, dan B akan membayar harga. Kontrak (yang pendek), yang secara manual ditulis oleh

A dan ditandatangani oleh keduanya, A dan B, berisi ketentuan bahwa A tidak akan bertanggung jawab atas segala kerusakan yang disebabkan oleh dia. A menggunakan persyaratan ini dalam setiap kontrak yang ia sepakati. Pada suatu hari, A meninggalkan rumah B, setelah penyeteman piano, tanpa menyadari bahwa ia meninggalkan sebatang rokok yang menyala di tepi meja. Rokok itu jatuh ke lantai, karpet terbakar, menjalar hingga rumah B pun terbakar.

a) Apakah klausul pengecualian ini diatur oleh ketentuan- ketentuan hukum tentang “syarat-syarat umum”? b) Apakah A bertanggung jawab atas kerusakan/kerugian B? c) Apakah B berhak untuk mengakhiri kontrak karena

wanprestasi? Kasus 10

Penjaga toko A menjual sebuah microwave kepada B. Setelah satu minggu, alat tersebut mengalami gangguan sirkuit pendek dan terbakar. Dapur B rusak berat. Ketika B mengklaim kerusakan kepada A, A menjawab bahwa syarat-syarat umum yang dia ajukan mengandung ketentuan yang berbunyi “Penjual dalam keadaan apa pun tidak bertanggung jawab atas kerusakan”. B berpendapat bahwa dia tidak memiliki pengetahuan tentang ketentuan tersebut.

Dalam empat variasi kasus berikut ini, putuskan apakah klausul pengecualian adalah bagian dari kontrak atau tidak. a)

Kasus a: Sebelum penandatanganan kontrak, A tidak menyebutkan sama sekali tentang penggunaan syarat-syarat umum yang ia ajukan.

b) Kasus b: Sebelum penandatanganan kontrak, A secara lisan menyebutkan tentang penggunaan syarat-syarat umum yang ia ajukan.

c) Kasus c: Di toko A tergantung papan bertuliskan “Semua kontrak kita diatur oleh syarat-syarat umum kita”.

d) Kasus d: Syarat-syarat umum A dibuat tercetak, tetapi agak kecil, yang ditempelkan di bagian belakang tagihan yang diterima B dari

A.