Perkara No.3173 K/Pdt.1991 antara Anif melawan Surat Kabar Harian Garuda

8.2. Perkara No.3173 K/Pdt.1991 antara Anif melawan Surat Kabar Harian Garuda

Putusan selanjutnya yang dapat dikemukakan dalam tulisan ini adalah dalam perkara Anif melawan Surat Kabar Harian Garuda No.3173 K/ Pdt/1991 perkara ini bermula dari tuduhan pencemaran nama baik dalam surat Kabar Garuda Medan tanggal 14 November 1989. Anif (Penggugat) adalah Direktur Utama PT. Anugrah Langkat Makmur yang surat kabar tersebut telah diberitakan bahwa dalam menjankan usaha telah melakukan penyimpangan-penyimpangan yang merugikan rakyat. Akibat pencemaran tersebut, Penggugat telah mengalami kerugian, baik moril maupun materiil. Menurut Penggugat perbuatan tersebut merupakan perbuatan melawan hukum.

Pengadilan Negeri Medan dengan putusan No.14/Pdt/G/1990 tanggal 11 Februari 1991 antara lain menyatakan para Tergugat telah

Rosa Agustina

melakukan perbutan melawan hukum, padahal menurut keterangan saksi ahli dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), pemberitaan oleh Tergugat tersebut belum bersifat melawan hukum

Pengadilan Negeri Medan dengan putusan No.14/Pdt/G/1990 tanggal 11 Februari 1991 antara lain menyatakan para Tergugat telah melakukan perbutan melawan hukum dan menghukum para tergugat secara tanggung renteng membayar ganti rugi sebesar Rp.50.000,- (lima puluh ribu rupiah).

Putusan tersebut dalam tingkat banding telah dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Medan dengan Putusannya tanggal 10 Juni 1991 No.150/Pdt/1991 Pengadilan Tinggi Medan.

Atas putusan tersebut Tergugat mengajukan kasasi dengan alasan- alasan antara lain bahwa Judex factie telah salah dalam menerapkan hukum karena menyatakan tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum padahal menurut keterangan saksi ahli dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), pemberitaan oleh tergugat tersebut belum bersifat melawan hukum.

Alasan tersebut dibenarkan oleh Mahkamah Agung RI melalui putusan No.3173 K/Pdt/1991 dengan pertimbangan bahwa jika berpatokan pada moral, etik,ideal, dan yuridis sebagaimana digariskan dalam UU Pokok Pers No.21 tahun 1982, pemberitaan yang didalilkan Penggugat tidak dapat dikategorikan dan dikualifikasikan sebagai perbuatan melawan hukum dengan alas an, yaitu : pertama, pemberitaan yang disampaikan para tergugat masih dalam kerangka keterbukaan dan demokrasi dalam melaksanakan fungsi kontrol sosial untuk melindungi kepenting an sekelompok rakyat kecil di Kelurahan Alur II, Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat Khususnya dan kepentingan rakyat Sumatra Utara serta kepentingan nasional pada umumnya. Harian Garuda sebagai pers bukan corong, yang hanya menyuarakan kepentingan Pemerintah dan Pengusaha, tetapi juga menyuarakan penderitaan rakyat.

Kedua, apa yang diungkapkan dalam pemberitaan Harian Garuda tersebut tidak bersifat antagonistik, sukuisme, agamaisme atau rasialisme, tetapi masih dalam batas-batas moral dan etik juranistik karena apa yang diberitakan dapat dianggap masih dalam batas nilai-nilai kebenar an yang bersifat estimasi. Sekiranya Penggugat asal merasa pemberitaan itu tidak benar kepada Penggugat asal terbuka pintu lebar-lebar untuk menggunakan hak jawab, namun ternyata hak itu tidak dipergunakan Penggugat asal, sehingga memberi kesimpulan apa yang diberitakan para tergugat asal mengandung kebenaran atau paling tidak mempunyai nilai estimasi. Ketiga, pemberitaan yang dilakukan dianggap sudah memenuhi batas minimal, investigasi reporting, mencari, menemukan dan menyelidiki sumber berita.

1. Perbuatan Melawan Hukum

Berdasarkan pertimbangan itu, Mahkamah Agung berpendapat bahwa pemberitaan yang dilakukan Tergugat bukan pemberitaan yang tidak berdasar. Tetapi masih dalam batas keseimbangan yang mengandung kebebasan pers yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan fungsinya sebagai pers nasional yang komitmen pada cita-cita memperjuangkan aspirasi kebenaran, keadilan dan hati nurani rakyat dengan kondisi dan interaksi positif antara pers, pemerintah dan masyarakat serta berita yang mereka sampaikan paling tidak masih dalam batas-batas yang bersifat estimasi.

Kedua putusan tersebut di atas mencoba merumuskan mengenai pemberitaan yang dapat dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum. Putusan yang pertama menyebutkan bahwa pemberitaan yang berupa rangkaian kalimat-kalimat adalah merupakan perbuatan melawan hukum karena telah melampaui batas-batas yang diperlukan untuk mencapai maksud dan tujuan demi kepentingan umum dan nilai telah menyinggung perasaan dan kehormatan serta kehidupan pribadi penggugat.an pribadi penggugat. Kritik akan menjadi terlarang apabila sudah merupakan penghinaan dan dilakukan dengan menjelek-jelekkan orang yang hendak dikritik. Menyinggung karakter dan kehidupan pribadinya.

Putusan yang kedua sebaliknya merumuskan pemberitaan yang tidak dapat dikategorikan dan dikualifikasikan sebagai perbuatan melawan hukum. Pemberitaan tidak dapat dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum apabila dilakukan dalam rangka keterbukaan dan demokrasi dalam melaksanakan fungsi kontrol sosial juga apabila tidak bersifat antagonistik, sukuisme, agamaisme atau rasialisme tetapi masih dalam batas-batas moral dan etik jurnalistik.