Namun pada kenyataanya sampai sekarang ini DPRK belum membuat Qanun yang membebaskan anak sekolah dari SPP, begitu juga dengan Dinas Kesehatan
pemerintah daerah lebih mau membelanjakan dana untuk membangun puskesmas namun tidak memelihara sumber daya manusia sebagai tenaga kesehatan sehingga
yang terjadi adalah walaupun Rumah Sakit Daerah dan puskesmas sudah dibangun namun masyarakat masih kesulitan berobat jika mengalami penyakit yang berat
alasannya adalah karena ketidak mampuan dan buruknya pelayanan kesehatan sehingga dokter setempat harus merujuk pasien keluar daerah, imbas dari ini semua
adalah masyarakat yang berobat harus mengeluarkan dana yang lebih besar karena bukan hanya biaya Rumah Sakit yang harus dibayar namun ditambah biaya
perjalanan. Pada fungsi DPRK sebagai pengawasan terhadap jalannya pemerintahan
daerah, DPRK yang membuat peraturan daerah seharusnya mampu mengawasi jalannya roda pemerintah, namun yang terjadi adalah DPRK bekerja di bawah
lembaga eksekutif, alasannya adalah rancangan APBK yang ditawarkan oleh lembaga eksekutif atau pemerintah daerah tidak pernah ditolak oleh DPRK jadi DPRK hanya
mengesahkan saja, kemudian dari visi Bupati yaitu menegakkan Sariat Islam secara Kaffah belum terwujud karena pada kenyataannya judi masih meraja lela dan
minuman keras masih beredar tapi DPRK tidak pernah meminta ketegasan atas kondisi ini. Jadi kinerja DPRK masih belum akuntabel jika dilihat dari fungsi
pengawasan.
B. Aspek Responsivitas
Responsivitas dilihat dari bagaimana anggota DPRK Gayo Lues bisa tanggap terhadap issu ataupun kehendak masyarakat serta kondisi yang berkembang dan apa
yang menjadi prioritas untuk ditangani sesuai dengan aspirasi masyarakat yang sedang berkembang. Responsivitas dimasukan sebagai salah satu indikator karena
secara langsung kemampuan individu dalam menjalankan misi dan tujuan yang diembannya, khusunya lembaga legislatif daerah yang berfungsi sebagai regulator
Universitas Sumatera Utara
konflik yaitu fasilitor yang mampu menjebatani perbedaan kepentingan antara sesama kelompok masyarakat atau antara kelompok tersebut dengan pemerintah daerah.
Berdasarkan wawancara dengan masyarakat setempat menganai kemampuan anggota dewan dalam merespon kondisi yang berkembang dan apa yang menjadi
prioritas pekerjaannya sesuai dengan keinginan masyarakat. Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Dimin warga kampung Pining, ia mengatakan “ kalau
menurut saya DPRK selalu merespon terhadap aspirasi masyarakat tidak tanggung- tanggung kami yang dulu terkena musibah banjir mereka datang dan cepat
bertindak”
66
.Namun menurut Ibu Anita “anggota Dewan cendrung mengabaikan pemilihnya kalau sudah duduk, namun waktu mencalonkan diri begitu baiknya
memberikan bantuan-bantuan.”
67
Hal senada juga dikatakan Bapak M.Ali“kalo sudah jadi dewan lupa dengan masyarakat, dewan cendrung memikirkan dirinya
sendiri”.
68
“anggota dewan akan semakin kaya tapi kita tetap seperti ini saja”. Begitu juga dengan Bapak Amir
69
66
Wawancara dengan Bapak Dimin Bapak Dimin adalah waraga kampong Pining yang bekerja sebagai petani pada Tanggal 4 mei di Kampung Pining jam 15.30 Wib.
67
Wawancara dengan Ibu Anita Ibu Anita adalah warga kampung Raklunung yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga pada Tanggal 27 Maret 2013 di kampung Raklunung. Jam 13.00 Wib
68
Wawancara dengan Bapak M. Ali Bapak M. Ali adalah warga Kampung Kutelintang yang bekerja dibidang wiraswasta pada Tanggal 27 Maret di Kampung Kutelintang. Jam 14.30 Wib
69
Wawancara dengan Bapak Amir Bapak Amir adalah warga Kampung Penampaan yang bekerja sebagai wiraswastapada Tanggal 27 Maret di Kampung Penampaan. Jam 13.00 Wib
Dari beberapa informan di atas terlihat bahwa sebagian masyarakat kecewa dengan kinerja dewan, masyarakat menganggap dewan yang sudah duduk menjadi
wakil DPRK lupa dengan masyarakat kalangan bawah, dewan dianggap berperan sebagai dirinya sendiri dibandingkan dengan wakil rakyat yang menyuarakan aspirasi
masyarakat. Di bawah ini akan disajikan banyaknya aspirasi masyarakat yang masuk
ke lembaga DPRK Gayo Lues. Tabel 11
Jumlah Permasalahan yang disampaikan Delegasi Masyarakat Kepada DPRK Dirinci Menurut Jenis Permasalahan Tahun 2009-2012
Universitas Sumatera Utara
Jenis Permasalahan Tahun
2004 2005
2006 2007
2008 2009
1 2
3 4
5 6
7 01
Tanah -
- -
- -
1 02
Pasar dan Pembinaan Pedagangpengusaha Ekonomi
Lemah 1
- -
- -
-
03 Angkutan
- -
- -
- 2
04 Tenaga KerjaPerburuhan
- -
- -
- -
05 Pendidikan
2 -
- 1
- 1
06 Perumahan Lingkungan
Hidup 2
- 1
2 1
6 07
Bersifat Audiensi, penyampaian Pikiran Serta Saran
1 -
- -
- -
Jumlah 6
- 1
3 1
10 Sumber : Sekretariat DPRD Kabupaten Gayo Lues
Dari data di atas terlihat bahwa dalam tahun 2004 masyarakat hanya menyampaikan 6 aspirasi kepada Lembaga DPRK,1 mengenai masalah pasar
ekonomi, 2 masalaha pendidikan dan masalah Perumahan serta 1 merupakan saran. Dari ke enam masalah tersebut hanya satu yang menjadi Qanun daerah dan satu
menjadi kebijakan Bupati,Qanun tersebut dikeluarkan pada tahun 2010, jadi tanggapan yang dilakukan sebagian banyak tidak ditanggapi. Pada tahun 2005
masyarakat tidak ada yang menyampaikan aspirasi satu pun ke lembaga DPRK, bukan karena masyarakat sudah puas dengan kinerja dewan namun karena
masyarakat belum paham dengan sistem politik yang ada. Pada tahun 2006 masyarakat hanya menyampaikan 2 aspirasi, 1 aspirasi perumahanlingkungan hidup
dan satu lagi merupakan saran. Pada tahun 2007 masyarakat menyampaikan 4 aspirasi diantaranya 2 aspirasi perumahanlingkungan hidup, 1 masalah pendidikan.
Pada tahun 2008 masyarakat hanya menyampaikan satu aspirasi yakni tentang
Universitas Sumatera Utara
masalah perumahan. Pada tahun 2009 aspirasi masyarakat bertambah banyak, aspirasi pada tahun ini berjumlah 10 buah, 1 masalah tanah, 2 mengenai masalah angkutan, 1
masalah pendidikan dan 6 masalah perumahanlingkungan hidup. Jadi semua aspirasi tersebut berjumlah 19 buah, namun dari semua aspirasi
masyarakat, hanya masalah perumahan dan lingkungan hidup yang menjadi primadona masyarakat. Kabupaten Gayo Lues yang terletak dikawasan Gunung
Louser menempatkan daerah ini diatas dataran tinggi. Kekayaan alamnya yang tinggi dengan flora dan fauna yang melimpah menjadikan daerah ini sebagai salah satu
penghasil oksigen terbesar di Indonesia namun masalah pembalakan dan penebangan hutan kerap kali terjadi setiap waktunya, dalam hal ini Pemerintah Daerah telah
membuat kebijakan dengan dibuatnya polisi kehutanan yang bekerja mengawasi ilegal logging namun illegal loging masih terus berlanjut sehingga kerap terjadi
bencana alam,longsor atau banjir bandang. Dewan menanggapi semua aspirasi masyarakat namun pada tahap kebijakan dewan cendrung lebih statis, sehingga yang
terjadi adalah DPRK tidak mampu menghimpun satu aspirasi pun ke dalam Qanun daerah atas inisiatif dewan sendiri. Qanun yang berisikan tentang pendidikan unggul
dikeluarkan atas inisiatif pemerintah dan dibuat oleh kabag bagian hukum sekdakab. Jadi secara keseluruhan kinerja dewan masih belum begitu baik Namun hal
sebaliknya dikatakan oleh Ketua DPRK, beliau mengatakan “semua aspirasi masyarakat sudah kami terima dan masyarakat sudah puas dengan kinerja
kami”
70
70
Wawancara dengan Bpk Ali Husin pada Tanggal 27 Maret 2013 di kantor DPRK Gayo lues jam 10.00 wib. Bapak Ali Husin Adalah Ketua DPRK Gayo Lues.
.Dari keterangan tersebut terjadi perbedaan informasi yang diberikan dengan fakta yang terjadi.Kurang baiknya kinerja dewan dalam menghimpun dan menjadikan
aspirasi masyarakat menjadi Qanun bukan tanpa alasan, ada beberapa alasan yang membuat sulit menghimpun aspirasi masyarakat pertama: Sistematika penyaringan
aspirasi yang membutuhkan waktu yang lama dan memakan biaya yang banyak. Lembaga pemerintah daerah mengumpulkan aspirasi dan dirubah kepada kebijakan
publik daerah menggunakan button-up, pertama dimulai dari unit terkecil yaitu
Universitas Sumatera Utara
masyarakt yang ada di desa-desakampung melakukan musyawarah tingkat desa hasil musyawarah ini kemudian akan dilanjutkan oleh kepala desageucik kejenjang yang
lebih tinggi lagi yaitu musyawarah tingkat kecamatan, hasil musyawarah inipun kemudian dibawa oleh Camat untuk dibahas dengan Bupati pada didalam rapat
pemerintah daerah yang nantinya akan dilakukan tindakan oleh Bupati dan keluarlah kebijakan publik atau peraturan daerah. Berbeda dengan lembaga DPRK
penampungan aspirasi menjadi sebuah peraturan atau kebijakan dilakukan pertama sekali dengan membuat tim peninjau ke lapangan, tim ini akan melihat dan membuat
latarbelakang masalah dan seluk beluknya setelah selesai tim ini akan menyerahkan hasil kerjanya kepada bagian legislasi, setelah dipelajari badan legislasi akan
memperundingkan dengan ketua DPRK, setelah itu selesai dewan akan memperundingkan masalah tersebut dengan masyarakat sekaligus pihak yang terkait
dan berkepentingan, setelah selesai draf hasil musyawarah tersebut akan dilaporkan kepada ketua DPRK, setelah itu drap tadi akan dikonsultasikan dengan Bupati
kemudian jika memungkinkan akan disidangkan dan dijadikan Qanun. Dari kedua sistematika penampungan aspirasi masyarakat tersebut baik lembaga legislatif atau
eksekutif daerah sama-sama membutuhkan waktu yang lama untuk diproses, pada satu kali penampungan aspirasi yang diproses dalam lembaga DPRK tidak kurang
dari 6 bulan lamanya sama dengan pemerintah daerah yang biasanya dalam satu semester. Karena begitu kompleksnya masyarakat yang dilibatkan dan
mempertemukan pihak-pihak yang berkepentingan, kemudian waktu yang biasanya cukup lama yaitu menentukan titik temu dan sepakat didalam masyarakat sehingga
menguntungkan semua elemen. Ditambah lagi biaya yang dikeluarkan untuk satu kali perumusan aspirasi, biaya tim peninjau, biaya Perjalanan Dinas, biaya musyawarah
dengan masyarakat dan pihak terkait, biaya rapat DPRK semua bisa berjumlah sampai ratusan juta rupiah. Maka dari itu lembaga DPRK Gayo Lues kesulitan dalam
menghimpun aspirasi masyarakat sampai menjadikannya sebuah Qanun. Kedua adalah kurangnya partisipasi masyarakat dalam menimbulkan aspirasi
itu ke ruang publik. Pengaruh masyarakat dalam pengambilan keputusan hampir tidak ada secara langsung dikarenakan masyarakat masih belum paham dan mengerti
Universitas Sumatera Utara
bagaimana partisipasi politik itu sendiri sehingga dalam kurun waktu 6 tahun masyarakat hanya menyampaikan 19 buah aspirasi yang disampaikan langsung ke
lembaga DPRD baik itu melalui surat atau datang langsung ke lokasi gedung DPRK Gayo Lues. Tentu saja dikarenakan pengalaman dan pendidikan masyarakat
Kabupaten Gayo lues dibidang politik masih belum begitu memadai. Di bawah ini akan disajikan data pendidikan masyarakat yang ada di kabupaten Gayo Lues.
Tabel 12 Tingkat Pendidikan menurut Kecamatan
No Kecamatan
Jumlah Penduduk Jiwa Menurut Pendidikan BS
TS TK
SD SMP
SMA D.I
D.II D.III
S.1 S.2
1 Blangkejeren
2.736 1.533
1.106 5.439
3.183 3.714
88 397
337 885
40 2
Kuta Panjang 811
764 67
2.479 1.110
1.213 14
108 36
157 5
3 Terangun
1.099 1.165
12 2.948
837 467
26 21
19 42
- 4
Rikit Gaib 491
368 51
1.199 656
652 18
74 20
69 2
5 Pining
556 979
- 1.356
295 224
3 9
5 9
- 6
Blangjerango 734
771 16
2.196 782
549 4
33 15
49 -
7 Blangpegayon
792 678
16 1.577
510 365
6 24
9 41
- 8
Dabun Gelang 548
727 283
1.793 531
284 11
15 5
7 -
9 Putri Betung
895 647
7 2.559
921 656
21 36
23 61
- 10
Pantan Cuaca 493
786 29
1.464 552
451 2
29 5
58 -
11 Tripe Jaya
735 927
25 1.555
425 204
3 5
1 3
- Kab. Gayo Lues
9.890 9.345
1.612 24.565
9.802 8.779
196 751
475 1.381
47 Persentase
14,80 13,98
2,41 36,75
14,66 13,13
0,29 1,12
0,71 2,07
0,07
Sumber : Kabupaten Gayo Lues Dalam Angka 2009
BS = Belum sekolah TS = Tidak sekolah
Jumlah penduduk berdasarkan pendidikan yang tertera pada tabel di di atas,memperlihatkan bahwa jumlah penduduk yang tidak sekolah di Gayo Lues
Universitas Sumatera Utara
relatip masih tinggi yaitu mencapai 9.345 jiwa atau 13,98. Komposisi pendudukmenurut tingkat pendidikan di Gayo Lues, yaitu tingkat pendidikan
SDmempunyai jumlah terbanyak sebanyak 24.565 jiwa atau 36,75 , jumlah pendidikan SMP sebanyak 1496 jiwa atau14,66, jumlah pendidikan SMA sebanyak
8779 jiwa atau 13,23 dan tingkatpendidikan S2 mempunyai jumlah terkecil sebanyak 47 jiwa atau hanya 0,07dari jumlah penduduk secara keseluruhan
sehingga kebanyakan penduduk adalah tamatan SD. Jadi dengan rendahnya tingkat pendidikan ditambah dengan Kabupaten Gayo Lues baru di mekarkan dari induknya
maka masyarakat Kabupaten Gayo Lues belum bisa sepenuhnya mengerti sistem politik yang ada, dan tidak seperti yang terjadi didaerah-daerah maju dengan tingkat
partisipasi dan kegiatan poltik yang tinggi. Setelah melihat semua yang tertera di atas maka dapat disimpulkan
bahwasanya kinerja DPRK dilihat dari aspek responsivitas masih belum begitu maksimal dan masyarakat belum begitu paham tentang partisipasi politik sehingga
masyarakat kurang berperan dalam pengambilan kebijakan ataupun putusan di lembaga DPRK.
C. Aspek Efektifitas