6 menarik dan menyenangkan, serta dapat menciptakan lulusan yang kompeten
dan siap menghadapi dunia kerja.
B. Identifikasi Tindakan Kelas
Berdasarkan gambaran latar belakang dan ragam masalah di atas, maka dapat peneliti identifikasikan sebagai berikut; 1 proses pembelajaran pada
mata pelajaran Pengendali Magnetik yang diajarkan di SMK Negeri 3 Yogyakarta masih terkesan kurang menyenangkan, kurang menarik, dan terkesan
membosankan, 2 masih banyak siswa yang kurang memperhatikan gurunya, 3 siswa berbicara dengan temannya saat guru sedang menjelaskan, 4 siswa
diam, cenderung pasif dan hanya mau menjawab soal jika ditunjuk oleh gurunya, 5 persentase keaktifan siswa dalam proses pembelajaran hanya sekitar ± 65,
dan 6 tujuan pembelajaran kurang tercapai secara maksimal karena masih banyak siswa yang kurang aktif ketika mengikuti kegiatan pembelajaran yang
pada akhirnya mempengaruhi pencapaian hasil belajar yang diperoleh siswa, 7 kurangnya diskusi atau tanya jawab ketika pembelajaran baik itu antara guru
dengan siswa maupun siswa dengan siswa, 8 kurangnya pemanfaatan media pembelajaran, 9 siswa masih sering berkonsentrasi pada alat komunikasi
mereka saat pembelajaran berlangsung, 9 siswa masih sering malu-malu dan enggan untuk mengungkapkan pendapat dan gagasan mereka, dan 10
kurangnya inovasi yang diterapkan guru dalam pembelajaran, seperti dengan metode pembelajaran kooperatif. Padahal dalam metode pembelajaran
kooperatif dikenalkan beberapa strategi dan berbagai macam model yang dapat digunakan sebagai sarana inovasi dan variasi dalam pembelajaran agar
pembelajaran terasa lebih mudah dan menyenangkan serta mempermudah guru
7 dalam menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran. Beberapa strategi
pembelajaran tersebut diantaranya adalah pendekatan Creative Problem Solving, Resource Based Learning, dan Struktural, sedangkan untuk macam-
macam model pembelajaran diantaranya ada Model STAD Student Team Achievement Division, Model Jogsaw I, Model Jigsaw II, Model GI Group
Investigation, Model Think-Pair-Share, Model NHT Numbered Heads Together, Model TGT Team Game Turnament, dan Model TAI Team Assisted
Individualization. Hal tersebut jelas menunujukkan bahwa begitu banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh seorang guru dalam pembelajaran
untuk mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran. Sehingga seharusnya guru mata pelajaran khususnya mata pelajaran Pengendali Magnetik tidak akan
kekurangan dalam menerapakan inovasi dan strategi dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan masalah-masalah yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa masalah utamanya terletak pada keaktifan siswa di kelas
yang berdampak pada hasil belajar yang diperoleh siswa dimana hal tersebut adalah imbas dari model pembelajaran yang diterapkan guru selama
pembelajaran di kelas. Kemudian berdasarkan berbagai macam model pembelajaran yang telah dipaparkan di atas dipilih model pembelajaran Creative
Problem Solving karena selain dianggap sebagai model pembelajaran yang cukup mudah diterapkan di kelas, mode pembelajran ini juga dianggap lebih
sesuai dengan karakteristik pembelajaran di SMK yang lebih diarahkan pada studi kasus dan pemecahan masalah.
8
C. Batasan Tindakan Kelas