Latar Belakang Masalah ANALISIS PENGUKURAN KINERJA REKSA DANA SAHAM MENGGUNAKAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR, DAN METODE JENSEN (Studi Pada Reksa Dana Saham Periode 2012-2014).

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Reksa Dana saham merupakan salah satu instrumen investasi yang berkembang dengan baik karena menawarkan berbagai keuntungan dan kemudahan dalam berinvestasi. Beberapa kelebihan yang ditawarkan menjadikan instrumen ini banyak dilirik oleh para investor karena investor percaya bahwa berinvestasi di Reksa Dana saham memberikan tingkat keuntungan yang tinggi. Namun perkembangan ini tidak diimbangi dengan kemampuan para investor dalam memilih Reksa Dana mana yang dapat memberikan keuntungan optimal. Investor sering hanya melakukan penilaian secara asal-asalan bahkan terkesan gambling dalam memilih instrumen investasi. Dengan adanya fenomena tersebut, penting dilakukan sebuah penelitian mengenai analisis pengukuran kinerja Reksa Dana saham. Kinerja merupakan tolok ukur berkembang tidaknya suatu perusahaan. Penilaian kinerja Reksa Dana saham sangat perlu diperhatikan oleh para investor agar dapat memilih dan membandingkan Reksa Dana saham yang mampu memberikan keuntungan yang optimal. Penelitian ini menggunakan metode Sharpe , metode Treynor, dan metode Jensen untuk mengukur kinerja Reksa Dana saham. Ketiga metode tersebut dapat digunakan oleh para investor untuk melihat kinerja Reksa Dana saham karena memiliki analisis yang berbeda satu sama lain. Hal ini digunakan oleh investor untuk melihat kinerja Reksa Dana saham yang sesuai dengan karakteristik saham yang dipilih. Hasil kinerja Reksa Dana saham tersebut kemudian akan dibandingkan dengan kinerja IHSG sebagai benchmark untuk menentukan Reksa Dana saham yang masuk ke dalam kategori outperform dan underperform. Reksa Dana Mutual Fund merupakan institusi jasa keuangan yang menerima uang dari para pemodal yang kemudian menginvestasikan dana tersebut dalam portofolio yang terdiversifikasi pada efek atau sekuritas UU Pasar Modal Pasal 1, 1995. Reksa Dana dapat dikatakan sebagai wadah bagi para pemodal untuk dapat menginvestasikan sebagian aset yang dimiliki dengan dana yang terbatas tanpa harus mengorbankan waktu untuk mengawasi perkembangan dari aset yang dikorbankan karena sudah dikelola oleh professional yang sering disebut dengan Manajer Investasi. Reksa Dana merupakan pilihan yang tepat bagi para investor yang memiliki dana dan waktu yang terbatas untuk mengelola aset yang dimilikinya. Kelebihan dan kemudahan yang ditawarkan oleh Reksa Dana membuat instrumen ini dijadikan pilihan yang menjanjikan oleh para investor. Reksa Dana merupakan instrumen investasi yang dikelola oleh Manajer Investasi sehingga investor memiliki informasi produk Reksa Dana yang valid dari pihak Manajer Investasi tersebut. Berinvestasi melalui Reksa Dana juga lebih murah dibandingkan instrumen lain karena Manajer Investasi memiliki tugas untuk mengumpulkan dan mengelola dana dari para investor untuk dialokasikan ke pasar modal. Dana yang terkumpul dari beberapa investor tentunya lebih besar daripada dana hanya dari satu orang investor saja sehingga keuntungan yang diharapkan juga lebih besar. Manajer Investasi juga akan melalukan diversifikasi untuk meminimalisir risiko. Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan yang diambil dari www.bapepam.go.id, Reksa Dana di Indonesia selalu mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun dimulai dari tahun 2006-2013. Pertumbuhan tersebut meliputi jumlah produk Reksa Dana, Nilai Aktiva Bersih NAB, dan Unit Penyertaan UP. Sebagai perbandingan, pada tahun 2006 terdapat 403 jumlah produk Reksa Dana dengan NAB sebesar Rp 51,620 miliar dan unit penyertaan sebesar Rp 36,140 juta. Sedangkan pada tahun 2013 sampai Bulan November terdapat 785 jumlah produk, NAB sebesar Rp 192,23 miliar, dan unit penyertaan sebesar Rp 120,59 juta. Tabel 1.1 Nilai Aktiva Bersih Industri Reksa Dana . Periode Jumlah Produk NAB Rp Miliar UP juta 2006 403 51,620 36,140 2007 567 92,190 53,589 2008 568 73,913 60,976 2009 605 112,086 69,985 2010 616 144,704 82,079 2011 671 167,231 98,982 2012 754 187,59 113,71 2013 785 192,23 120,59 Sumber : www.bapepam.go.id Keterangan : per November 2013 Data tersebut mengindikasikan bahwa Reksa Dana sudah mengalami perkembangan yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Hal tersebut juga memiliki dampak yang baik bagi perekonomian Indonesia secara umumnya karena mampu menarik minat para investor untuk ikut berinvestasi ke dalam pasar modal. Dengan demikian taraf hidup masyarakat akan meningkat. Animo masyarakat yang meningkat juga dapat mengindikasikan bahwa kinerja per periode dari suatu Reksa Dana mengalami perkembangan yang positif. Reksa Dana merupakan salah satu sarana berinvestasi yang menawarkan keuntungan besar. Semakin besar keuntungan yang ditawarkan, semakin besar juga potensi kerugiannya high risk high return . Para investor harus memahami jenis-jenis Reksa Dana karena menawarkan keuntungan beserta potensi kerugian yang berbeda-beda. Terdapat 5 jenis reksa dana yang berada di Bapepam-LK yaitu Reksa Dana saham, Reksa Dana pendapatan tetap, Reksa Dana pasar uang, Reksa Dana terproteksi, dan Reksa Dana campuran. Kelima jenis Reksa Dana tersebut melakukan investasi ke instrumen investasi yang berbeda-beda dan memiliki perbedaan dari segi tingkat return dan risiko masing-masing. Reksa Dana saham merupakan Reksa Dana yang menginvestasikan dana ke dalam bentuk portofolio saham sedikitnya 80 terdiri atas portofolio saham. Reksa Dana saham merupakan jenis Reksa Dana yang paling diminati oleh para investor karena menghasilkan return yang tinggi dan juga berbanding lurus dengan tingkat risiko yang tinggi. Walaupun berisiko tinggi, Reksa Dana saham merupakan instrumen investasi yang paling sering dipilih dibandingkan jenis Reksa Dana yang lain karena menawarkan keuntungan yang besar. Berdasarkan situs resmi dari Otoritas Jasa Keuangan bapepam.go.id, total NAB Reksa Dana saham hingga bulan Januari 2014 sebesar 81,234 triliun atau 42,41 dari total Reksa Dana yang ada. Data tersebut menunjukkan bahwa hampir sebagian dari instrumen Reksa Dana yang ada merupakan jenis Reksa Dana saham. Banyak investor yang memilih jenis Reksa Dana saham namun tidak diimbangi dengan kemampuan investor dalam menganalisis Reksa Dana saham yang memiliki potensi baik. Ditambah lagi dengan sedikitnya informasi yang beredar mengenai analisis kinerja Reksa Dana saham yang ada saat ini. Pergerakan pasar saham yang tidak stabil juga menjadi kendala bagi para investor untuk memilih Reksa Dana saham yang terbaik apalagi pada tahun 2014 pasar saham Indonesia mengalami berbagai gejolak besar salah satunya karena adanya pergantian pemerintahan yang menyebabkan banyak investor ragu untuk berinvestasi. Menyikapi permasalahan tersebut, penting dilalukan suatu penelitian mengenai analisis kinerja Reksa Dana saham yang update untuk membantu para investor dalam mengumpulkan informasi serta membandingkan kinerja masing-masing Reksa Dana saham. Dengan adanya penelitian ini diharapkan investor mempunyai bekal informasi yang valid untuk memilih Reksa Dana saham yang berpotensi menghasilkan keuntungan optimal. Adapun metode yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode Sharpe, metode Treynor, dan metode Jensen. Jogiyanto 2013 berpendapat bahwa jika penelitian ini hanya menggunakan r eturn hasilnya tidak akan akurat sehingga perlu ditambahkan risk di dalam penilaian kinerja tersebut sehingga hasilnya akan lebih akurat. Secara umum model pengukuran kinerja metode Sharpe dapat diterapkan untuk semua Reksa Dana, sedangkan untuk metode Treynor dan metode Jensen hanya dapat diterapkan pada Reksa Dana jenis saham karena membutuhkan pengukuran risiko sistematis berupa beta β Warsono, 2007. Hasil pengukuran dari ketiga metode tersebut kemudian akan dibandingkan dengan return IHSG sebagai benchmark karena penelitian dari Reksa Dana saham terdiri dari 80-100 saham yang teralokasi pada bursa saham. Dengan demikian hasil kinerja Reksa Dana yang dibandingkan dengan return IHSG dapat dijadikan pedoman bagi para investor untuk menentukan Reksa Dana yang memiliki prospek bagus. Penelitian yang dilakukan oleh Rofiqah Wahdah 2012 mengenai Reksa Dana saham menghasilkan bahwa tingkat pengembalian rata-rata 9 dari 10 Reksa Dana memperoleh hasil positif yang menunjukkan bahwa Reksa Dana saham mampu memberikan keuntungan kepada investor. Penelitian Reksa Dana saham juga dilakukan oleh Siahaan 2006 yang menyatakan bahwa terdapat 3 dari 7 Reksa Dana saham yang mampu menghasilkan keuntungan outperform dengan menggunakan metode Jensen. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Fitaning 2010 mengenai Reksa Dana pendapatan tetap menghasilkan 1 Reksa Dana yang memberikan kinerja positif dengan metode Sharpe dan metode Treynor, dan 3 Reksa Dana dengan menggunakan metode Jensen. Penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa terdapat 43 Reksa Dana yang memberikan kinerja negatif berdasarkan metode Sharpe dan metode Treynor. Sedangkan pada metode Jensen terdapat 47 Reksa Dana pendapatan tetap yang memberikan kinerja negatif. Berdasarkan penelitian tersebut tentunya banyak para investor yang memilih Reksa Dana jenis saham karena menghasilkan kinerja yang positif. Namun perlu diingat bahwa Reksa Dana jenis ini juga memiliki risiko yang paling tinggi dibandingkan jenis yang lain karena saham merupakan instrumen pasar modal yang paling fluktuatif dibandingkan instrumen-instrumen lain. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengukuran Kinerja Reksa Dana Menggunakan Metode Sharpe, Metode Treynor, dan Metode Jensen Studi Pada Reksa Dana Saham Periode 2012-2014 ”

B. Identifikasi Masalah