1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Reksa  Dana  saham  merupakan  salah  satu  instrumen  investasi  yang berkembang  dengan  baik  karena  menawarkan  berbagai  keuntungan  dan
kemudahan  dalam  berinvestasi.  Beberapa  kelebihan  yang  ditawarkan menjadikan  instrumen  ini    banyak  dilirik  oleh  para  investor  karena  investor
percaya  bahwa  berinvestasi  di  Reksa  Dana  saham  memberikan  tingkat keuntungan  yang  tinggi.  Namun  perkembangan    ini  tidak  diimbangi  dengan
kemampuan  para  investor  dalam  memilih  Reksa  Dana  mana  yang  dapat memberikan keuntungan optimal. Investor sering hanya melakukan penilaian
secara  asal-asalan  bahkan  terkesan
gambling
dalam  memilih  instrumen investasi.  Dengan  adanya  fenomena  tersebut,  penting  dilakukan  sebuah
penelitian mengenai analisis pengukuran kinerja Reksa Dana saham. Kinerja  merupakan  tolok  ukur  berkembang  tidaknya  suatu  perusahaan.
Penilaian  kinerja  Reksa  Dana  saham  sangat  perlu  diperhatikan  oleh  para investor  agar  dapat  memilih  dan  membandingkan  Reksa  Dana  saham  yang
mampu  memberikan  keuntungan  yang  optimal.  Penelitian  ini  menggunakan metode
Sharpe
, metode
Treynor,
dan metode
Jensen
untuk mengukur kinerja Reksa  Dana  saham.  Ketiga  metode  tersebut  dapat  digunakan  oleh  para
investor  untuk  melihat  kinerja  Reksa  Dana  saham  karena  memiliki  analisis yang  berbeda  satu  sama  lain.  Hal  ini  digunakan  oleh  investor
untuk  melihat  kinerja  Reksa  Dana  saham  yang  sesuai  dengan  karakteristik saham yang dipilih. Hasil kinerja Reksa Dana saham tersebut kemudian akan
dibandingkan  dengan  kinerja  IHSG  sebagai
benchmark
untuk  menentukan Reksa  Dana  saham  yang  masuk  ke  dalam  kategori
outperform
dan
underperform.
Reksa  Dana
Mutual  Fund
merupakan  institusi  jasa  keuangan  yang menerima  uang  dari  para  pemodal  yang  kemudian  menginvestasikan  dana
tersebut  dalam  portofolio  yang  terdiversifikasi  pada  efek  atau  sekuritas  UU Pasar Modal Pasal 1, 1995.  Reksa Dana dapat dikatakan sebagai wadah bagi
para  pemodal  untuk  dapat  menginvestasikan  sebagian  aset  yang  dimiliki dengan  dana  yang  terbatas  tanpa  harus  mengorbankan  waktu  untuk
mengawasi perkembangan dari aset  yang dikorbankan karena sudah dikelola oleh
professional
yang sering disebut dengan Manajer Investasi. Reksa Dana merupakan  pilihan  yang  tepat  bagi  para  investor  yang  memiliki  dana  dan
waktu yang terbatas untuk mengelola aset yang dimilikinya. Kelebihan  dan  kemudahan  yang  ditawarkan  oleh  Reksa  Dana  membuat
instrumen  ini  dijadikan  pilihan  yang  menjanjikan  oleh  para  investor.  Reksa Dana  merupakan  instrumen  investasi  yang  dikelola  oleh  Manajer  Investasi
sehingga  investor  memiliki  informasi  produk  Reksa  Dana  yang  valid  dari pihak Manajer Investasi tersebut. Berinvestasi melalui Reksa Dana juga lebih
murah dibandingkan instrumen lain karena Manajer Investasi memiliki tugas untuk  mengumpulkan  dan  mengelola  dana  dari  para  investor  untuk
dialokasikan  ke  pasar  modal.  Dana  yang  terkumpul  dari  beberapa  investor
tentunya  lebih  besar  daripada  dana  hanya  dari  satu  orang  investor  saja sehingga  keuntungan  yang  diharapkan  juga  lebih  besar.  Manajer  Investasi
juga akan melalukan diversifikasi untuk meminimalisir risiko. Berdasarkan  data  dari  Otoritas  Jasa  Keuangan  yang  diambil  dari
www.bapepam.go.id,  Reksa  Dana  di  Indonesia  selalu  mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun dimulai dari tahun 2006-2013. Pertumbuhan
tersebut meliputi jumlah produk Reksa Dana, Nilai Aktiva Bersih NAB, dan Unit  Penyertaan  UP.  Sebagai  perbandingan,  pada  tahun  2006  terdapat  403
jumlah  produk  Reksa  Dana  dengan  NAB  sebesar  Rp  51,620  miliar  dan  unit penyertaan  sebesar  Rp  36,140  juta.  Sedangkan  pada  tahun  2013  sampai
Bulan  November  terdapat  785  jumlah  produk,  NAB  sebesar  Rp  192,23 miliar, dan unit penyertaan sebesar Rp 120,59 juta.
Tabel 1.1 Nilai Aktiva Bersih Industri Reksa Dana .
Periode Jumlah Produk
NAB Rp Miliar UP juta
2006 403
51,620 36,140
2007 567
92,190 53,589
2008 568
73,913 60,976
2009 605
112,086 69,985
2010 616
144,704 82,079
2011 671
167,231 98,982
2012 754
187,59 113,71
2013 785
192,23 120,59
Sumber : www.bapepam.go.id
Keterangan : per November 2013
Data  tersebut  mengindikasikan  bahwa  Reksa  Dana  sudah  mengalami perkembangan  yang  cukup  signifikan  dalam  beberapa  tahun  terakhir.  Hal
tersebut  juga  memiliki  dampak  yang  baik  bagi  perekonomian  Indonesia secara  umumnya  karena  mampu  menarik  minat  para  investor  untuk  ikut
berinvestasi ke dalam pasar modal. Dengan demikian taraf hidup masyarakat akan  meningkat.  Animo  masyarakat  yang  meningkat  juga  dapat
mengindikasikan  bahwa  kinerja  per  periode  dari  suatu  Reksa  Dana mengalami perkembangan yang positif.
Reksa  Dana  merupakan  salah  satu  sarana  berinvestasi  yang  menawarkan keuntungan  besar.  Semakin  besar  keuntungan  yang  ditawarkan,  semakin
besar  juga  potensi  kerugiannya
high  risk  high  return
.  Para  investor  harus memahami  jenis-jenis  Reksa  Dana  karena  menawarkan  keuntungan  beserta
potensi kerugian yang berbeda-beda. Terdapat 5 jenis reksa dana yang berada di  Bapepam-LK  yaitu  Reksa  Dana  saham,  Reksa  Dana  pendapatan  tetap,
Reksa Dana pasar uang, Reksa Dana terproteksi, dan Reksa Dana campuran. Kelima jenis Reksa Dana tersebut melakukan investasi ke instrumen investasi
yang berbeda-beda dan memiliki perbedaan dari segi tingkat
return
dan risiko masing-masing.
Reksa  Dana  saham  merupakan  Reksa  Dana  yang  menginvestasikan  dana ke  dalam  bentuk  portofolio  saham  sedikitnya  80  terdiri  atas  portofolio
saham.  Reksa  Dana  saham  merupakan  jenis  Reksa  Dana  yang  paling diminati oleh para investor karena menghasilkan
return
yang tinggi dan juga berbanding lurus dengan tingkat risiko yang tinggi. Walaupun berisiko tinggi,
Reksa Dana saham  merupakan instrumen investasi yang paling sering dipilih dibandingkan  jenis  Reksa  Dana  yang  lain  karena  menawarkan  keuntungan
yang  besar.  Berdasarkan  situs  resmi  dari  Otoritas  Jasa  Keuangan bapepam.go.id,  total  NAB  Reksa  Dana  saham  hingga  bulan  Januari  2014
sebesar  81,234  triliun  atau  42,41  dari  total  Reksa  Dana  yang  ada.  Data tersebut  menunjukkan  bahwa  hampir  sebagian  dari  instrumen  Reksa  Dana
yang ada merupakan jenis Reksa Dana saham. Banyak  investor  yang  memilih  jenis  Reksa  Dana  saham  namun  tidak
diimbangi  dengan  kemampuan  investor  dalam  menganalisis  Reksa  Dana saham  yang  memiliki  potensi  baik.  Ditambah  lagi  dengan  sedikitnya
informasi  yang  beredar  mengenai  analisis  kinerja  Reksa  Dana  saham  yang ada saat  ini. Pergerakan  pasar saham  yang tidak stabil juga menjadi  kendala
bagi  para  investor  untuk  memilih  Reksa  Dana  saham    yang  terbaik  apalagi pada  tahun  2014  pasar  saham  Indonesia  mengalami  berbagai  gejolak  besar
salah  satunya  karena  adanya  pergantian  pemerintahan  yang  menyebabkan banyak investor ragu untuk berinvestasi.
Menyikapi  permasalahan  tersebut,  penting  dilalukan  suatu  penelitian mengenai  analisis  kinerja  Reksa  Dana  saham  yang
update
untuk  membantu para  investor  dalam  mengumpulkan  informasi  serta  membandingkan  kinerja
masing-masing Reksa Dana saham. Dengan adanya penelitian ini diharapkan investor  mempunyai  bekal  informasi  yang  valid  untuk  memilih  Reksa  Dana
saham yang berpotensi menghasilkan keuntungan optimal.
Adapun  metode  yang  akan  digunakan  pada  penelitian  ini  adalah  metode
Sharpe,
metode
Treynor,
dan  metode
Jensen.
Jogiyanto  2013  berpendapat bahwa  jika  penelitian  ini  hanya  menggunakan  r
eturn
hasilnya  tidak  akan akurat  sehingga  perlu  ditambahkan
risk
di  dalam  penilaian  kinerja  tersebut sehingga hasilnya akan lebih akurat. Secara umum model pengukuran kinerja
metode
Sharpe
dapat diterapkan untuk semua Reksa Dana, sedangkan untuk metode
Treynor
dan metode
Jensen
hanya dapat diterapkan pada Reksa Dana jenis  saham  karena  membutuhkan  pengukuran  risiko  sistematis  berupa
beta
β Warsono, 2007. Hasil pengukuran dari ketiga metode tersebut kemudian akan dibandingkan dengan
return
IHSG sebagai
benchmark
karena penelitian dari  Reksa  Dana  saham  terdiri  dari  80-100  saham  yang  teralokasi  pada
bursa saham. Dengan demikian hasil kinerja Reksa Dana yang dibandingkan dengan
return
IHSG  dapat  dijadikan  pedoman  bagi  para  investor  untuk menentukan Reksa Dana yang memiliki prospek bagus.
Penelitian  yang  dilakukan  oleh  Rofiqah  Wahdah  2012  mengenai  Reksa Dana  saham  menghasilkan  bahwa  tingkat  pengembalian  rata-rata  9  dari  10
Reksa Dana memperoleh hasil positif yang menunjukkan bahwa Reksa Dana saham  mampu  memberikan  keuntungan  kepada  investor.  Penelitian  Reksa
Dana  saham  juga  dilakukan  oleh  Siahaan  2006  yang  menyatakan  bahwa terdapat 3 dari 7 Reksa Dana saham  yang mampu menghasilkan keuntungan
outperform
dengan  menggunakan  metode
Jensen.
Sedangkan  penelitian yang dilakukan oleh Fitaning 2010 mengenai Reksa Dana pendapatan tetap
menghasilkan 1 Reksa Dana yang memberikan kinerja positif dengan metode
Sharpe
dan metode
Treynor,
dan 3 Reksa Dana dengan menggunakan metode
Jensen.
Penelitian  tersebut  juga  mengungkapkan  bahwa  terdapat  43  Reksa Dana  yang  memberikan  kinerja  negatif  berdasarkan  metode
Sharpe
dan metode
Treynor.
Sedangkan  pada  metode
Jensen
terdapat  47  Reksa  Dana pendapatan  tetap  yang  memberikan  kinerja  negatif.  Berdasarkan  penelitian
tersebut tentunya banyak para investor yang memilih Reksa Dana jenis saham karena menghasilkan kinerja yang positif. Namun perlu diingat bahwa Reksa
Dana  jenis  ini  juga  memiliki  risiko  yang  paling  tinggi  dibandingkan  jenis yang  lain  karena  saham  merupakan  instrumen  pasar  modal  yang  paling
fluktuatif dibandingkan instrumen-instrumen lain. Berdasarkan latar belakang tersebut,  penulis  tertarik  untuk  melakukan  penelitian  yang  berjudul
“Analisis  Pengukuran  Kinerja  Reksa  Dana  Menggunakan  Metode
Sharpe,
Metode
Treynor,
dan Metode
Jensen
Studi Pada Reksa Dana Saham Periode 2012-2014
”
B. Identifikasi Masalah