38 mampu menggunakan kemampuan mentalnya untuk memecahkan masalah yang
bersifat konkret. Masa kanak-kanak akhir anak berpikir logis terhadap objek yang konkret. Berkurang rasa egonya dan memulai bersikap sosial.
Piaget dalam Muhibbin Syah, 2010: 71 menjelaskan ciri khas perkembangan kognitif operasional konkret meliputi pemahaman terhadap aspek
kuantitatif materi, pemahaman terhadap penambahan penggolongan benda dan pemahaman terhadap pelipatgandaan golongan benda. Anak pada perkembangan
ini baru mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa konkret. Selain itu, egosentrisme anak juga banyak berkurang.
Jadi, karakteristik anak SD dalam perkembangan kognitifnya adalah baru mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa
konkret. Hal ini, selaras dengan model pembelajaran kontekstual yang lebih menekankan pada pembelajaran bermakna atau melibatkan pengalaman sehari-
hari siswa.
B. Landasan Teori
Pembelajaran menulis hendaknya melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajarannya sehingga membantu siswa mengaitkan materi
pembelajaran dengan konteks kehidupan nyata. Hubungan antara konteks kehidupan nyata siswa akan memberikan makna pada isi pembelajaran. Dengan
siswa mampu memahami makna dari pengetahuan yang disampaikan secara tidak langsung akan mendorong siswa mengusai pengetahuan tersebut. Dalam
pembelajaran keterampilan menulis, pengaitan konteks kehidupan nyata siswa dengan pengetahuan yang disampaikan memiliki peranan yang penting. Siswa
39 akan lebih mudah dalam menyampaikan ide atau gagasannya dalam bentuk tulisan
narasi ketika ide atau gagasan tersebut sesuai konteks kehidupannya. Hal ini selaras dengan kemampuan otak manusia menurut Diamond dan Hopson dalam
Ibnu Setiawan, 36: 2009, “otak berusaha memberikan arti bagi suatu informasi baru dengan cara menghubungkannya dengan pengetahuan dan keterampilan yang
sudah ada.” Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan melibatkan pengetahuan atau keterampilan yang sudah ada akan membantu siswa dalam menerima pengetahuan baru karena sesuai dengan
cara kerja otak manusia yang menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah ada.
Pernyataan tersebut juga senada dengan prinsip-prinsip pengajaran menulis menurut Goodman dalam Rini Kristiantari, 2010: 107, yaitu prinsip-
prinsip pengajaran menulis terdiri dari lima prinsip. Pertama, tulisan siswa hendaknya didasarkan pada topik-topik personal bermakna. Kedua, kegiatan
menulis diawali dengan kegiatan komunikasi. Ketiga, menulis bukan merupakan kegiatan yang mudah, sehingga pembinaan kemampuan menulis hendaknya
diwujudkan dalam situasi yang menyenangkan. Keempat, pengoreksian kesalahan menulis pada awal atau sebelum siswa lancar menulis hendaknya dihindari.
Kelima, pengajaran menulis hendaknya selalu berusaha untuk menghubungkan kegiatan menulis dengan kegiatan berbahasa lain.
Pembelajaran menulis yang ideal akan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajarannya. Siswa akan menjadi subjek pengetahuan itu dan
bukan menjadi objek yang hanya menerima transfer ilmu dari guru. Siswa akan
40 lebih mudah menerima pengetahuan dengan terlibat secara langsung dalam
memperoleh pengetahuan tersebut. Hal ini selaras dengan teori Jerome Brunner dalam Sugihartono, dkk. 111: 2007 yang menyatakan bahwa cara terbaik untuk
seseorang dalam memulai belajar konsep dan prinsip adalah dengan mengkonstruksi sendiri konsep dan prinsip yang dipelajari. Jadi, pembelajaran
khususnya menulis hendaknya melibatkan siswa secara aktif dalam melakukan pembelajaran. Keterlibatan secara aktif tidak berarti siswa secara sendiri dalam
memperoleh atau mengembangkan pengetahuannya tetapi melibatkan guru maupun teman-temannya. Guru dalam hal ini hanya sebagai fasilitator siswa
untuk memperoleh pengtahuannya. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang saling bergantung
satu dengan yang lainnya. Hal ini juga sejalan dengan karakteristik siswa yang berbeda-beda. Berdasarkan kondisi tersebut tentu saja dibutuhkannya
pembelajaran yang tidak hanya menghubungkan pada lingkungan fisik saja tetapi juga mencakup lingkungan sosial. Pembelajaran yang mendasari dengan kegiatan
kerja sama tentu akan mefasilitasi kondisi tersebut. Kegiatan kerja sama dalam suatu pembelajaran akan membantu siswa dalam menemukan persoalan,
merancang rencana, dan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Hal ini selaras dengan pandangan konstruktivisme yang diungkapkan Lev
Vygotsky dalam Sugihartono, dkk. 113: 2007, bahwa belajar bagi siswa dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Salah satu
konsep penting dari pandangan Lev Vygotsky yaitu
Zone of Proximal Development
ZPD. Lev Vygotsky mendefinisikan ZPD merupakan wilayah di
41 mana anak mampu untuk belajar dengan bantuan orang yang berkompeten.
Pembelajaran menekankan peran guru memimpin perkembangan, yaitu bukan hanya mencocokan lingkungan pembelajaran tetapi membuat siswa dengan
bantuan orang lain dapat memperluas dan meningkatkan pemahaman. Siswa yang kesulitan akan merasa lebih nyaman ketika dibantu orang yang lebih dekat
dengannya misalnya temannya sendiri, sehingga siswa akan leluasa dalam mengungkapkan ide atau gagasannya maupun masalah yang dihadapi dengan
temannya sendiri dibandingkan dengan guru. Hal ini tak dapat dipungkiri bahwa sering adanya jarak antara siswa dengan guru berakibat tujuan pembelajaran tidak
tersampaikan secara maksimal. Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran menulis narasi yang ideal yaitu
sesuai dengan konteks lingkungan siswa, melibatkan siswa secara aktif, dan pembelajaran yang mengacu pada kerja sama dalam memperoleh pengetahuan.
Mengacu pada kondisi tersebut, model pembelajaran kontekstual merupakan salah satu model pembelajaran yang mencakup hal-hal tersebut.
C. Kerangka Pikir