74
BAB III LANDASAN KEBIJAKAN KRIMINALISASI TERHADAP
PERSETUBUHAN DI LUAR PERKAWINAN YANG SAH SEBAGAI DELIK PERZINAAN DALAM RUU KUHP 2012
A. Kebijakan Kriminalisasi
Hukum pidana yang berlaku di Indonesia saat ini sebagaimana yang diketahui adalah hukum warisan penjajahan Belanda. Hukum pidana yang
sekarang berlaku merupakan hukum pidana Belanda yang berdasarkan asas konkordansi diberlakukan di Indonesia.
Pemberlakuan hukum pidana Belanda di Indonesia secara yuridis formal didasarkan pada Undang-Undang Nomor 1 tahun 1946. Undang-Undang Nomor 1
tahun 1946 merupakan penegasan pemerintah Indonesia untuk memberlakukan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang berlaku pada tanggal 8 Maret 1942
sebagai hukum pidana yang berlaku di Indonesia Jawa dan Madura. Hukum pidana Belanda di Indonesia secara hierarki yang lebih tinggi
keberlakuannya didasarkan pada ketentuan dalam pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945, dengan demikian secara yuridis formal, keberlakuan
hukum pidana di Indonesia sudah memperoleh dasar legitimasinya. Tuntutan keberlakuan yuridis hukum pidana Belanda di Indonesia sudah terpenuhi, akan
tetapi perlu kiranya digarisbawahi, bahwa sekalipun suatu aturan hukum sudah memenuhi tuntutan keberlakuan secara yuridis, aturan hukum itu tidak akan dapat
berlaku secara efektif dalam masyarakat apabila tidak memenuhi tuntutan keberlakuan secara sosiologis dan secara filosofis. Hal ini disebabkan karena
Universitas Sumatera Utara
75
setiap hukum yang baik sehingga karenanya dapat efektif diterapkan dalam masyarakat selalu menuntut persyaratan keberlakuan secara yuridis, sosiologis,
filosofis, dan bahkan secara historis. Keberlakuannya secara yuridis itu harus sah, didukung oleh masyarakat, dan sesuai dengan nilai-nilai dan cita-cita hidup
masyarakat yang bersangkutan, serta memiliki relevansi dengan tradisi hukum masyarakat itu sendiri.
Rancangan Undang-Undang mengenai “Asas-Asas dan Dasar-Dasar Pokok Tata Hukum Pidana dan Hukum Pidana Indonesia” berkaitan dengan
“Konsep Pertama Buku I KUHP Tahun 1946” tersebut memuat penjelasan sebagai berikut yaitu :
“Walaupun Undang-Undang No. 1 Tahun 1946 telah berusaha menyesuaikan peraturan-peraturan hukum pidana dengan suasana
kemerdekaan, namun pada hakikatnya asas-asas dan dasar-dasar tata hukum pidana dan hukum pidana masih tetap dilandaskan pada ilmu
hukum pidana dan praktik hukum pidana kolonial, yang mewajibkan adanya konkordansi dengan yang ada di Negeri Belanda….
Mungkin disadarilah, bahwa Undang-Undang No. 1 Tahun 1946 adalah hukum peralihan, yang…, mewajibkan, supaya asas-asas dan dasar-dasar
yang lama diuji,…akan tetapi…pengujian itu berjalan sangat lamban atau sama sekali tidak memuaskan.
…hal ini mengakibatkan, bahwa pada hakikatnya asas-asas dan dasar- dasar tata hukum pidana dan hukum kolonial masih tetap bertahan dengan
selimut dan wajah Indonesia”.
64
Hukum pidana yang sekarang berlaku di Indonesia dilihat dari tuntutan keberlakuan suatu aturan hukum sebagaimana dikemukakan di atas, maka jelas
tidak dapat memenuhi tuntutan tersebut. Hukum pidana yang sekarang berlaku di Indonesia merupakan hukum warisan kolonial Barat yang jiwa dan semangatnya
64
Barda Nawawi Arief, Buku II, Op.Cit., hal. 101
Universitas Sumatera Utara
76
berbeda dengan jiwa dan semangat masyarakat Indonesia.
65
1. Masukan berbagai pertemuan ilmiah symposiumseminarlokakarya yang
berarti juga dari berbagai kalangan masyarakat luas. Hukum pidana yang
sekarang berlaku sebagai hukum warisan pemerintah kolonial tidak sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat Indonesia baik secara politis, sosiologis, maupun
filosofisnya seperti yang telah dibahas diawal. Pandangan dalam membentuk berbagai kebijakan dalam pembaharuan
KUHP merujuk pada berbagai sumber ilmiah khususnya dalam perubahan dan penyusunan delik-delik baru yakni antara lain :
2. Masukan dari beberapa hasil penelitian dan pengkajian mengenai
perkembangan delik-delik khusus dalam masyarakat dan perkembangan Iptek.
3. Masukan dari pengkajian dan pengamatan bentuk-bentuk serta dimensi
baru kejahatan dalam pertemuan-pertemuankongres internasional. 4.
Masukan dari berbagai konvensi internasional baik yang telah diratifikasi maupun yang belum diratifikasi.
5. Masukan dari hasil pengkajian perbandingan berbagai KUHP asing.
Sumber bahan yang dikemukakan di atas tentu dalam pengkajiannya diseleksi dan diorientasikan pada nilai-nilai filosofis, sosiopolitik, dan
sosiokultural serta kepentingantujuan nasional.
66
65
Tongat, Pidana Kerja Sosial dalam Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia, Djambatan, Jakarta, 2002, hal. 25
66
Barda Nawawi Arief, Buku II, Op.Cit., hal. 233
Universitas Sumatera Utara
77
Kebijakan kriminalisasi delik perzinaan fornication dalam pembahasan ini secara khusus tentunya juga tidak luput dari pandangan dan rujukan berbagai
sumber ilmiah tersebut diatas. Fornication inilah yang menjadi rencana pembaharuan delik perzinaan dalam RUU KUHP. Delik perzinaan yang semula
dalam KUHP hanya formulasi dalam lingkup adultery, kini diperluas dengan adanya kriminalisasi delik fornication atau hubungan persetubuhan di luar
perkawinan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
78
B. Kriteria-Kriteria dalam Penentuan Kebijakan Kriminalisasi