Delik Perzinaan menurut RUU KUHP 2012

61

C. Delik Perzinaan menurut RUU KUHP 2012

Delik perzinaan dalam RUU KUHP 2012 sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, telah mengalami perkembangan kearah kriminalisasi delik fornication atau zina diluar perkawinan, yang artinya sesuai dengan pembahasan ini, hubungan persetubuhan di luar perkawinan yang sah yang dalam hukum positif Indonesia tidak dipidana, kini dijadikan bagian dari delik perzinaan sebagaimana yang tertera dalam Bab XVI tentang Tindak Pidana Kesusilaan Bagian Keempat mengenai Delik Zina dan Perbuatan Cabul pada pasal 483 RUU KUHP 2012, rumusan pasal tersebut yakni : 1. Dipidana karena zina, dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun : a. Laki-laki yang berada dalam ikatan perkawinan melakukan persetubuhan dengan perempuan yang bukan istrinya; b. Perempuan yang berada dalam ikata perkawinan melakukan persetubuhan dengan laki-laki yang bukan suaminya; c. Laki-laki yang tidak dalam ikatan perkawinan melakukan persetubuhan dengan perempuan, padahal diketahui bahwa perempuan tersebut berada dalam ikatan perkawinan; d. Perempuan yang tidak dalam ikatan perkawinan melakukan persetubuhan dengan laki-laki, padahal diketahui bahwa laki-laki tersebut berada dalam ikatan perkawinan; atau e. Laki-laki dan perempuan yang masing tidak terikat dalam perkawinan yang sah melakukan persetubuhan. 2. Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak dilakukan penuntutan kecuali atas pengaduan suami, istri, atau pihak ketiga yang tercemar. 3. Terhadap pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak berlaku ketentuan pasal 25, pasal 26, dan pasal 28. 4. Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan di sidang pengadilan belum dimulai. 57 Rancangan KUHP 2012 inilah yang menjadi rancangan terbaru KUHP sampai Periode 2013. Perkembangan yang dapat dilihat mengenai delik perzinaan 57 Konsep RUU KUHP 2008 ,Op.Cit., hal. 123 Universitas Sumatera Utara 62 sejauh ini telah banyak yang semula dalam hukum positif hanya memidana adultery saja namun sejak adanya kriminalisasi terhadap perbuatan pidana melakukan hubungan persetubuhan di luar nikah yang menyebabkan hamilnya perempuan dan laki-laki tidak bersedia mengawini, kemudian berkembang lagi delik tersebut kearah kriminalisasi terhadap hubungan persetubuhan antara laki- laki dan perempuan yang masing-masing tidak terikat hubungan perkawinan yang sah. Formulasi delik perzinaan ini sejak konsep KUHP 2004 hingga 2012 tidak mengalami perubahan dari segi redaksi dan substansi, hanya saja ada sedikit perubahan pada pasalnya, yakni pada Konsep 2004 sd 2006, delik perzinaan yang mengatur delik adultery dan fornication diatur dalam pasal 484, sedangkan dalam Konsep 2007 sd 2010 diatur dalam pasal 485 dan pada konsep terbaru, yakni konsep 2012 diatur pada pasal 483. 58 58 Barda Nawawi Arief, Buku II, Loc.Cit. Universitas Sumatera Utara 63

D. Kebijakan Penuntutan Tindak Pidana Persetubuhan di luar Perkawinan yang Sah