BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki pemerintah Indonesia National Oil Company yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957
dengan nama PT. Permina. Kemudian, berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1971 sebutan perusahaan menjadi PERTAMINA. Sesuai akta pendiriannya,
perusahaan Pertamina adalah perusahaan perseroan persero yang bermaksud menyelenggarakan usaha dibidang minyak dan gas bumi, baik didalam maupun diluar
negeri, serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi tersebut
www.pertamina.com , diakses pada 16 Agustus 201.
Sebagai perusahaan besar dan berskala nasional, Pertamina tentunya membutuhkan public relations dalam mendukung kinerja dan kegiatan perusahaan.
Menurut Dr. Rex Harlow, Public Relations adalah fungsi manajemen yang khas dan mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antar organisasi dengan
publiknya, menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian, penerimaan dan kerjasama; melibatkan manajemen dalam persoalanpermasalahan, membantu manajemen
mampu menanggapi opini public; mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak sebagai system peringatan dini
dalam mengantisipasi kecendrungan menggunakan penelitian secara teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama. Manajemen yang dimaksud
dalam Public Relations adalah manajemen komunikasi yang artinya aktivitas utama public relations yaitu melakukan fungsi-fungsi ‘manajenen komunikasi” antara
Universitas Sumatera Utara
organisasilembaga yang diwakilinya dengan public sebagai khalayak sasarannya. Khususnya dalam mencapai citra positif, menciptakan kepercayaan, dan membina
hubungan baik dengan stake holder atau audience-nya. Menurut Onong Uchjana Effendy komunikasi manajemen perusahaanorganisasi bersifat tiga dimensi yaitu
komunikasi vertical, komunikasi horizontal dan komunikasi eksternal. Komunikasi eksternal yang dimaksud adalah komunikasi yang berlangsung dua arah antara pihak
organisasilembaga dengan pihal luar. Didalam komunikasi ekternal, kegiatan public relations dapat berupa pelayanan konsumen atau masyarakat, pelayanan pemerintah,
corporate social responsibility, community relations, maupun media relations dalam Ruslan, 2001:86,. Kegiatan media relations menjadi suatu kegiatan yang amat
penting dari public relations, karena melalui kegiatan ini, public relations dapat berhubungan langsung dengan media. Disatu sisi media dapat dijadikan suatu sarana
publistitas yang merupakan kegiatan image building, namun disisi lain, media juga dapat menjadi penyerang perusahaan yang justru dapat memporak-porandakan citra
perusahaan. Public relations didalam menjalankan fungsinya harus dapat memberi informasi yang jelas dan meyakinkan masyarakat dengan menggunakan berbagai
media. Selain itu, public relations juga harus dapat membangun dan memelihara citra perusahaan baik secara nasional maupun secara internasional. Didalam menjalankan
fungsinya, public relations pada dasarnya bertumpu pada komunikasi dan relasi. Komunikasi dan relasi memerlukan media massa, oleh karena itu media relations
menjadi penting dalam kegiatan public relations. Ada dua sisi yang harus dilakukan media relations. Pertama, menjalin hubungan baik dan berkomunikasi dengan media
massa. Kedua, menjadikan media massa sebagai mitra organisasi dalam berkomunikasi dengan masyarakat. Kedua hal ini membuat media relations menjadi
sangat strategis dalam tubuh organisasi. Oleh sebab itu, penting sekali bagi praktisi
Universitas Sumatera Utara
Publik Relations untuk memahami dunia kerja media massa. Selain itu, media massa juga dapat digunakan dalam mempromosikan organisasi kepada publik eksternal
Iriantara, 2005: 250. Komunikasi yang dikembangkan dalam praktik public relations adalah
komunikasi dua arah. Komunikasinya bukan hanya dari organisasi kepada khalayak melainkan juga sebaliknya dari khalayak kepada Public Relations . Inilah satu hal
yang ditekankan oleh Oemi. Beliau mengatakan “dalam menjalankan eksternal public relations, organisasi pun harus pandai menerima informasi”. Konsekuensinya, dalam
praktik media relations pun bukan hanya memberikan informasi yang diberikan melalui media massa, melainkan juga mengikuti dan mengelola informasi yang
disampaikan melalui media massa dalam Iriantara, 2005:30. Didalam melakukan kegiatan media relations, public relations tentu akan
berhubungan dengan salah seorang personil media massa seperti redaktur, penerbit, penulis tajuk rencana, kolumnis, para penyiar berita, dan wartawan. Hubungan yang
baik dengan para personil media massa adalah penting sekali untuk melaksanakan publisitas. Namun, diantara semua personil media tersebut, wartawan adalah personil
yang paling dekat dengan kegiatan public relations. karena ketika wartawan ingin mendapatkan informasi dari suatu organisasi atau lembaga, maka sumber yang paling
berwenang terhadap informasi tersebut adalah public relations dari organisasi atau lembaga tersebut Moore, 2004:215. Untuk itu seorang public relations harus dapat
menjaga hubungan baik dengan wartawan. Karena dengan demikian, wartawan akan selalu nyaman berkerja sama dengan public relations dan selanjutnya kegiatan media
relations tersebut tentu akan berjalan dengan baik. Wartawan adalah ujung tombak dari suatu media. Karena melalui wartawan,
media akan mendapatkan berita yang selanjutnya akan dimuat dalam media, sehingga
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dapat membaca berita atau informasi tersebut. Dengan demikian, wartawan memiliki peranan yang sangat penting baik itu bagi media maupun bagi
public relations dari suatu perusahaan yang membutuhkan publisitas. Tugas utama seorang wartawan adalah mencari fakta aktual untuk sebuah berita dan
memasukkannya dalam media-nya. Wartawan merupakan sebuah profesi, untuk itu seorang wartawan harus melaksanakan tugasnya secara profesional. Didalam
menjalankan profesinya, wartawan harus memiliki landasan unsur-unsur yang sehat tentang etika dan rasa tanggungjawab atas perkembangan budaya masyarakat dimana
wartawan itu berkerja. Landasan unsur-unsur sehat ini tidak hanya terdapat dalam norma-norma yang tercantum dalam Kode Etik saja, tetapi juga terdapat dalam
norma-norma teknis profesi wartawan itu sendiri Kusumaningrat, 2005:116. Hubungan public relations dengan wartawan tidak selalu berjalan mulus,
kadangkala terjadi perbedaan kepentingan maupun perbedaan pemahaman antara public relations dengan wartawan. Meskipun para wartawan menyambut baik
informasi yang bernilai berita mengenai rencana aktivitas dan kemajuan sebuah perusahaan, mereka seringkali mempunyai gagasan yang berbeda dengan gagasan
para wakil perusahaan; seperti tentang apa yang penting dan apa yang tidak penting, serta berbagai pertimbangan.
Disini muncul dua hal penting. Pertama adalah bahaya ketika public relations lebih berfokus pada hal-hal sepele karena memang mudah untuk mendapatkan berita
“hits”. Kedua adalah masalah hubungan antara public relations dan jurnalisme yang menjadi terlalu dekat dan tidak sehat. Jika Public Relations serampangan membual di
media massa, maka media harus bebas dalam memberikan penilaian kritis serta menjunjung kepentingan masyarakat. Meskipun pembaca tetap saja tidak menyadari,
namun kebebasan semacam ini akan terancam apabila media terlalu bergantung pada
Universitas Sumatera Utara
Public Relations yang tak malu-malu lagi dengan kebiasaannya memberikan informasi yang bias.
Selain itu, sering kali public relations tidak mengharapkan kedatangan media. Ini terjadi tatkala perusahaan atau organisasi tersebut sedang menghadapi masalah.
Mereka takut apabila permasalahan tersebut diketahui oleh masyarakat, hal ini akan berpengaruh terhadap citra perusahaan. Dalam situasi seperti ini, tindakan apatis
adalah hal yang paling sering diterima oleh wartawan ketika berhadapan dengan Public Relations. Namun disisi lain, public relations sangat mengharapkan kedatangan
wartawan ketika public relations melakukan acara konfrensi pers untuk menjelaskan permasalahan yang sedang terjadi dan memperbaiki citra yang terlanjur buruk di
masyarakat. Demikian halnya, ketika perusahaan mendapatkan suatu prestasi maupun melaksanakan kegiatan tertentu, public relation sangat mengharapkan kedatangan
wartawan dan berharap informasi tersebut dapat dimuat di medianya. Dengan situasi yang seperti ini maka wartawan lah yang pada akhirnya akan menjadi seperti
primadona yang sangat diharapkan kehadirannya. Permasalahan yang juga sering muncul adalah ketika wartawan memenuhi
undangan dari public relations. Wartawan kadang-kadang tidak dilayani dengan baik atau menerima pelayanan seadanya yang tidak memberikan kesan positif yang
melekat bagi wartawan. Meskipun demikian, baik public relations maupun wartawan harus tetap menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing karena keduanya
memang saling membutuhkan. Wartawan membutuhkan informasi dari public relations dan public Relations membutuhkan wartawan untuk sarana publisitas dan
komunikasi kepada khalayak. Dalam situasi seperti ini, maka hubungan yang terjadi adalah hubungan yang penuh dengan tekanan, baik bagi public relations maupun bagi
wartawan. Hubungan yang penuh dengan tekanan tentunya tidak akan menciptakan
Universitas Sumatera Utara
suatu jalinan atau ikatan yang baik antara perusahaan yang diwakili oleh Public Relations dan media yang diwakili oleh wartawan. Padahal ketika hubungan baik itu
terjadi, maka akan lebih mudah dan menyenangkan dalam menjalin kerjasama antara keduanya.
Pendekatan utama yang dapat dilakukan untuk menjalin suatu hubungan baik antara public relations dengan wartawan adalah dengan saling memenuhi kebutuhan
tersebut. Ketika perusahaan dalam keadaan krisis, maka wartawan membutuhkan informasi dari public relations, dan ketika perusahaan membutuhkan publisitas, maka
public relations yang membutuhkan wartawan. Namun karena sebagian besar perusahaan mengalami situasi krisis yang sangat jarang, maka public relations akan
lebih banyak melakuka n kegiatan publisitas dibanding dengan penanganan krisis, sehingga public relations lah yang jauh lebih membutuhkan wartawan.
Jika ingin menjalin hubungan baik dengan media tak ada kata lain kecuali menempatkan wartawan dan media sebagai nomor satu. Ini tidak berarti bahwa public
relations tidak memiliki otoritas pada perusahaan. Akan tetapi, saat ini public relations membutuhkan citra baik yang terbentuk dimasyarakat. Citra itu akan cepat
terbentuk jika public relations menempatkan wartawan sebagaimana mestinya. Membina hubungan dengan wartawan secara profesional tentu secara
psikologis akan membuat wartawan senang, lebih merasa “diorangkan”, dihargai dan dilayani dengan baik. Jika seorang wartawan merasa tidak dilayani dengan baik oleh
perusahaan, jangan harap mereka menyampaikan liputan dengan baik dan menarik menurut public relations. Kalaupun tidak ada masalah buruk wartawan akan
“mencari-cari” berita yang buruk. Atau bisa jadi ia akan bercerita dengan teman sesama wartawan tentang buruknya pelayanan media relations suatu perusahaan
tertentu. Wartawan lain akan mempunyai kerangka pikir yang bisa jadi sama dengan
Universitas Sumatera Utara
wartawan yang pernah dikecewakan oleh public relations tadi. Perlu diketahui, sekali wartawan kecewa ia akan mempengaruhi puluhan bahkan ratusan orang yang
mengkonsumsi medianya. Kalau sudah begini, maka perusahaan akan mengalami kerugian. Untuk itu, Public Relations harus membuat konsep pelayanan media
relations yang baik, positif dan profesional agar wartawan nyaman diajak berkerjasama Nurudin, 2004:111.
Sebagai perusahaan yang bergerak untuk kepentingan luas, Pertamina tidak jarang mendapat sorotan media dalam melakukan tugas dan fungsinya. Masalah
kualitas produk dan layanan bahkan kenaikan harga produk seperti harga minyak dan gas adalah isu utama yang paling sering disorot oleh media. Apalagi pada akhir-akhir
ini, banyak terjadi ledakan gas yang merupakan salah satu produk dari Pertamina. Dalam hal ini Pertamina melalui public relations bertanggungjawab kepada publik
eksternal yang terdiri dari masyarakat luas, perusahaan, lembaga-lembaga yang menggunakan jasa Pertamina dan pemerintah. Sebagai bagian dari perusahaan yang
bertanggung jawab dalam mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara perusahaan dengan publik eksternal, public relations Pertamina harus dapat
menjadi sumber informasi dan sarana komunikasi antara perusahaan dengan publik eksternal.
PT. Pertamina Persero Kantor Wilayah Sumatera Utara adalah salah satu cabang PT. Pertamina yang merupakan salah satu perusahaan negara yang memiliki
tanggungjawab besar terhadap masyarakat. Hal ini tentu akan banyak mengundang sorotan media. Salah satu tugas Divisi public relations PT. Pertamina Persero adalah
melakukan kegiatan eksternal relations yang terdiri dari masyarakat, konsumen, pemerintah dan media massa. public relations Pertamina memiliki sub divisi yaitu
Costumer Relations dalam pelaksanaan kegiatan eksternal relations. Sehingga
Universitas Sumatera Utara
kegiatan media relations secara teknis dilaksanakan oleh Costumer Relations. Meskipun kegiatan media relations dilaksanakan secara khusus oleh Costumer
Relations, namun kegiatan media relations tersebut merupakan tanggungjawab penuh Public Relations.
Didalam melayani wartawan, PT. Pertamina Persero Kantor Wilayah Sumatera Utara memiliki komitmen dalam memberikan pelayanan informasi terhadap
semua wartawan baik media cetak maupun media elektronik, baik untuk skala nasional maupun skala lokal tanpa membeda-bedakannya. Adapun media-media yang
rutin berkerjasama dengan PT. Pertamina Persero Kantor Wilayah Sumatera Utara adalah media cetak dan media elektronik yaitu sebagai berikut: Kompas, Seputar
Indonesia, Media Indonesia, Bisnis Indonesia, Analisa, Waspada, Medan Bisnis, Sinar Indonesia Bari, Tempo, TV One, Metro TV, SCTV, ANTV, Trans TV, Trans 7,
MMC Group RCTI, TPI, Global TV, Deli TV, Trijaya FM, Smart FM, Starnews, Most FM, RRI, Elshinta, Detik.com, dan Antara.
Beberapa jenis kegiatan media relations yang rutin dilakukan oleh public relations Pertamina adalah mengirimkan informasi mengenai kegiatan atau peristiwa
yang memiliki news value dalam bentuk press release kepada sejumlah media. Sehingga sejumlah media tersebut dapat dengan mudah memperoleh berita mengenai
Pertamina. Selain itu, kegiatan publisitas lainnya yang dilakukan public relations Pertamina adalah mengundang wartawan dari sejumlah media untuk menghadiri
kegiatan-kegiatan Pertamina misalnya event rutin Pertamina seperti perayaan hari besar keagamaan, ulang tahun Pertamina, launching produk, launching program dan
press conference. Public relations Pertamina selalu berupaya untuk tidak memberikan uang tunai dalam hal publisitas terhadap setiap wartawan yang diundang. Sebagai
bentuk apresiasi, public relations Pertamina memberikan merchandise berupa produk
Universitas Sumatera Utara
Pertamina seperti kupon gratis Pertamax kepada setiap wartawan yang datang. Dengan demikian, wartawan tidak hanya menjadi mitra kerja namun sekaligus
menjadi konsumen Pertamina. Untuk kegiatan tertentu, public relations Pertamina juga menyelenggarakan Press Visit dengan mengundang sejumlah wartawan untuk
meliput kegiatan maupun peristiwa mengenai Pertamina di sejumlah wilayah di nusantara dimana seluruh biaya transportasi dan akomodasi ditanggung sepenuhnya
oleh Pertamina. Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan, maka peneliti
merasa tertarik melakukan penelitian tentang bagaimana persepsi wartawan terhadap kinerja Public Relations khususnya khususnya kegiatan media relations PT.
Pertamina Persero Kantor wilayah Sumatera Utara.
1.2 Perumusan masalah