Kode Etik Wartawan Indonesia KEWI

a. Memberitahukan kepada khalayak bahwa program tersebut merupakan kerjasama produksi dan disponsori. Pemberitahuan tersebut harus ditempatkan dalam cara yang memungkinkan khalayak dapat dengan mudah mengidentifikasi bahwa program tersebut didanai atau turut didanai oleh pihak tertentu; b. Lembaga penyiaran dilarang menyajikan program kerjasama produksi atau disponsori oleh perusahaan yang memproduksi produk yang dilarang untuk diiklankan, misalnya minuman keras dan zat adiktif.

II.6.1 Kode Etik Wartawan Indonesia KEWI

Menurut Fraurenrath Nur 2003, Kode etik profesi kewartawan ini bisa sebagai bentuk perlindungan para wartawan dari campur tangan pihak luar dengan cara memiliki seperangkat kode etik untuk mengatur dirinya sendiri dan berkerja secara professional. Fraurenrath Nur melihat ada prinsip universal yang dimiliki kode etik kewartawanan dinegara manapun. Prinsip universal itu mencakup: 1. Melaporkan kebenaran dan tidak bohong 2. Memeriksa akurasi berita sebelum dicetak atau disiarkan 3. Mengoreksi kesalahan yang diperbuat 4. Tidak boleh membeda-bedakan orang 5. Memperoleh informasi dengan jujur 6. Tidak boleh menerima suap atau pemberian lain yang dimaksudkan untuk memengaruhi liputannya 7. Tidak membiarkan kepentingan pribadinya mengganggu pekerjaan kewartawanan KEWI yang disahkan 26 organisasi kewartawanan di Bandung 6 Agustus 1999 itu, mengandung 7 pasal yang pada dasarnya sama dengan prinsip universal diatas. Media massa bukan hanya diatur oleh UU, pedoman perilaku code of conduct seperti pedoman penyiaran tadi, dank ode etik seperti KEWI. Ada juga kode etik internal yang hanya berlaku pada satu organisasi media. Di Indonesia, kode etik internal yang paling umum adalah “memiliki identitas kewartawanan dan tidak boleh menerima imbalan apa pun dari sumber berita”. Bagian kode etik internal ini biasanya dicantumkan pada boks susunan redaksi berbagai media cetak. Namun kode etik internal ini bukan hanya soal identitas dan larangan menerima imbalan, melainkan Universitas Sumatera Utara juga ada berbagai hal yang bisa berbeda antara satu media dengan media lainnya. Misalnya diatur tatacara bagaimana menjadi pengisi acar distasiun radio dan televisi. Salah satu kode etik internal adalah kode etik internal yang disusun BBC. Stasiun radio yang berpangkal di London ini, meski dimiliki pemerintah Inggris, terkenal dengan independensinya itu, BBC memiliki kode etik internal dalam bidang pemberitaan yang wajib ditaati semua karyawan BBC yang berkenaan dengan prinsip akurasi, objektivitas, keadilan fairness, keseimbangan dan tidak memihak. Dengan demikian media massa tidak berkerja tanpa rambu-rambu. Pada ruang yang lebih besar diatur melalui undang-undang dan pedoman perilaku. Pada lingkup profesi diatur oleh kode etik profesinya, dan pada lingkup organisasi media ada kode etik internal media yang bersangkutan, yang bisa sama dengan kode etik profesi tetapi bisa juga lebih terperinci. Selain itu, ada pengaturan pada individu pekerja media yang menjadi sumber integritas dirinya sebagai manusia, mengingat pada dasarnya semua manusia ingin dirinya menjadi makhluk sosial yang dihargai oleh lingkungan sekelilingnya. Lingkungan sekeliling itu bisa lingkungan sosialnya, keluarganya, profesinya, dan lingkungan organisasi tempatnya bekerja dalam Iriantara, 2005:164.

II.7 Persepsi

Dokumen yang terkait

Peranan External Public Relations Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia-1 Medan

0 27 64

Peranan Public Relations Dalam Menciptakan Opini Public Pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Unit Enterprise Regional I Sumatera

0 39 48

PERSEPSI WARTAWAN MEDIA CETAK DAN PUBLIC RELATIONS OFFICER (PRO) TERHADAP PEMBERIAN UANG TRANSPORTASI

1 35 193

Faktor faktor yang berhubungan dengan persepsi Public Relations Officer (PRO) tentang kompetensi wartawan

0 7 187

PERBEDAAN KONSEP MEDIA RELATIONS OLEH PRAKTISI PUBLIC RELATIONS PERBEDAAN KONSEP MEDIA RELATIONS OLEH PRAKTISI PUBLIC RELATIONS DENGAN WARTAWAN (Kasus Monumen Jogja Kembali dan Benteng Vredeburg dengan Wartawan Media Cetak di Yogyakarta

0 2 12

PENDAHULUAN PERBEDAAN KONSEP MEDIA RELATIONS OLEH PRAKTISI PUBLIC RELATIONS DENGAN WARTAWAN (Kasus Monumen Jogja Kembali dan Benteng Vredeburg dengan Wartawan Media Cetak di Yogyakarta).

0 5 37

PENGARUH PERSEPSI TENTANG PUBLIC RELATIONS SEBAGAI PROFESI PEREMPUAN TERHADAP MINAT MAHASISWA MEMILIH Pengaruh Persepsi Tentang Public Relations Sebagai Profesi Perempuan Terhadap Minat Mahasiswa Memilih Kosentrasi Public Relations (Studi Eksplanatif Pad

0 2 16

PENGARUH PERSEPSI TENTANG PUBLIC RELATIONS SEBAGAI PROFESI PEREMPUAN TERHADAP MINAT MAHASISWA MEMILIH Pengaruh Persepsi Tentang Public Relations Sebagai Profesi Perempuan Terhadap Minat Mahasiswa Memilih Kosentrasi Public Relations (Studi Eksplanatif Pad

0 4 15

KEGIATAN MEDIA RELATIONS DAN KEPUASAN WARTAWAN MEMPEROLEH INFORMASI Kegiatan Media Relations Dan Kepuasan Wartawan Memperoleh Informasi (Studi Korelasi Tentang Kegiatan Media Relations Dan Kepuasan Wartawan Memperoleh Informasi Di Rumah Sakit Ortopedi Pr

0 1 13

KEGIATAN MEDIA RELATIONS DAN KEPUASAN WARTAWAN MEMPEROLEH INFORMASI Kegiatan Media Relations Dan Kepuasan Wartawan Memperoleh Informasi (Studi Korelasi Tentang Kegiatan Media Relations Dan Kepuasan Wartawan Memperoleh Informasi Di Rumah Sakit Ortopedi Pr

0 3 15