Pertamina seperti kupon gratis Pertamax kepada setiap wartawan yang datang. Dengan demikian, wartawan tidak hanya menjadi mitra kerja namun sekaligus
menjadi konsumen Pertamina. Untuk kegiatan tertentu, public relations Pertamina juga menyelenggarakan Press Visit dengan mengundang sejumlah wartawan untuk
meliput kegiatan maupun peristiwa mengenai Pertamina di sejumlah wilayah di nusantara dimana seluruh biaya transportasi dan akomodasi ditanggung sepenuhnya
oleh Pertamina. Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan, maka peneliti
merasa tertarik melakukan penelitian tentang bagaimana persepsi wartawan terhadap kinerja Public Relations khususnya khususnya kegiatan media relations PT.
Pertamina Persero Kantor wilayah Sumatera Utara.
1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut, “Bagaimanakah Persepsi wartawan terhadap kinerja Public Relations PT.
Pertamina pesero Kantor wilayah Sumatera Utara khususnya tugas media relations yang dilakukan oleh Customer Relations?”.
1.3 Pembatasan masalah
Sesuai dengan masalah penelitsian yang dirumuskan di atas, selanjutnya peneliti merumuskan pembatasan masalah penelitian. Adapun maksud dari
pembatasan masalah ini adalah agar permasalahn yang diteliti menjadi jelas, terarah dan tidak terlalu melebar sehingga tterhindar dari salah pengertian tentang masalah
penelitian. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Penelitian ini dibatasi pada kegiatan Customer Relations yang dilaksanakan
oleh Public Relations PT. Pertamina Persero Kantor Wilayah Sumatera Utara.
b. Kegiatan Customer Relations yang dimaksud adalah kegiatan yang berkaitan
dengan media relations. c.
Wartawan yang dimaksud adalah wartawan media cetak dan media elektronik yang selama ini telah berkerjasama dengan PT. Pertamina Persero Kantor
Wilayah Sumatera Utara. d.
Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk memaparkan suatu situasi atau peristiwa secara sistematis, tidak mencari atau menjelaskan
hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut: 1.
Untuk melihat kegiatan media relations yang dilakukan oleh Customer Relations PT. Pertamina Persero Kantor Wilayah Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui persepsi wartawan terhadap kegiatan media
relations yang dilakukan oleh Customer Relations. 3.
Untuk mengetahui kinerja Customer Relations yang membutuhkan media publisitas dan wartawan yang membutuhkan informasi sebagai
bahan liputannya.
Universitas Sumatera Utara
1.4.2 Manfaat Penelitian
a. Secara akademis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
memperluas khasanah penelitian di lingkungan FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.
b. Secara teoritis, penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi
khususnya yang berkaitan dengan kajian Customer Relations. c.
Secara praktis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan dan cakrawala bagi peneliti, serta memberi
masukan bagi Public Relations PT. Pertamina Persero Kantor Wilayah Sumatera Utara.
1.5 Kerangka Teori
Dalam melaksanakan penelitian ilmiah, teori berperan sebagai landasan
berpikir untuk mendukung pemecahan masalah dengan jelas dan sistematis, Kerlinger
menyebutkan bahwa teori adalah sekumpulan konstruk konsep, defenisi dan dalil yang saling terkait, yang menghadirkan suatu pandangan yang sistematis tentang
fenomena dengan menetapkan hubungan diantara beberapa variable, dengan maksud menjelaskan dan meramalkan fenomena Rakhmat, 2004:6. Setiap penelitian
memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti permasalahannya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat
pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana akan disoroti Nawawi, 2001:39. Adapun teori-teori yang dianggap relevan adalah public relations, media
relations, hubungan antara public relations dan media massa, wartawan professional,
kebutuhan media, etika media dan persepsi.
Universitas Sumatera Utara
I.5.1 Public Relations
Menurut Kriyantono, public relations adalah suatu fungsi manajemen dalam melakukan kegiatan komunikasi, dimana yang menjadi tujuan dasar dari Public
Relations tersebut merupakan tujuan-tujuan komunikasi. Dalam realitas praktik Public Relations di perusahaan, tujuan Public Relations antara lain menciptakan pemahaman
public, membangun citra korporat, membangun opini publik yang favorable serta membentuk goodwill dan kerjasama Kriyantono, 2008:5.
Menurut Oemi, pengertian public mengacu pada sekelompok orang yang menaruh perhatian pada sesuatu hal yang sama, mempunyai minat dan kepentingan
yang sama pula. Hal yang menonjol dalam public adalah perhatian dan kepentingan, buka kehidupan atau hubungan antar anggotanya. Emory S. Bogardus dalam bukunya
The Making Public Opinion, menyatakan bahwa public adalah sejumlah besar orang dimana sumber antara satu dengan yang lainnya bias tidak saling mengenal, akan
tetapi semuanya mempunyai perhatian dan minat yang sama terhadap suatu masalah. Menurut Webster, istilah relations pada hakikatnya dimaksudkan dengan kegiatan
membentuk suatu pertalian relasi atau menjalin hubungan satu sama lain. Lebih teknis lagi menurut Echlos, kegiatan yang dimaksud merupakan komunikasi dalam
menciptakan hubungan yang harmonis diantara dua pihak, dimana satu dengan yang lainnya sama-sama memperoleh keuntungan sehingga terikat dalam suatu hubungan
kefamilian yang akrab dalam Suhandang, 2004: 34. Cutlip, Center, dan Broom menyatakan bahwa Public Relations adalah fungsi manajemen yang
mengidentifikasikan, menetapkan, dan memelihara hubungan saling menguntungkan antara organisasi dengan segala lapisan masyarakat yang menentukan keberhasilan
atau kegagalan public relations Cutlip, 2009:6. IPR Institute of Public Relations menyatakan bahwa Public Relations adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan
Universitas Sumatera Utara
secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memlihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya
Menurut British Institute of Public Opinion, yang defenisinya juga telah diikuti disejumlah Negara Commonwealth persemakmuran, “Public Relations adalah usaha
sengaja, terencana, dan tidak pernah mati untuk menetapkan dan memelihara saling perngertian antara sebuah organisasi dengan masyrakatnya.” Menurut Dansk public
relations Club of Denmark, yang juga menggunakan istilah bahasa Inggris “public relations adalah usaha manajerial secara sistematik dan tidak pernah berhenti yang
digunakan sebagai alat oleh organisasi swasta dan pemerintah untuk membina pengertian, simpati, dan dukungan di lingkaran yang diperkirakan akan berhubungan
dengan mereka” Jefkins, 2003:9. “Praktik public relations adalah seni dan ilmu sosial untuk menganalisis tren,
meramalkan konsekuensi tindakan, memberikan konsultasi kepada pimpinan organisasi, dan melaksanakan program tindakan terencana demi kepentingan
masyrakat umum dan organisasi.” Defenisi yang disetujui di World Assembly of public relations di kota Mexico ditahun 1978 dan diikuti oleh 34 organisasi Public
Relations nasional dalam Wilcox, 2006:16. Ruang lingkup kegiatan public relations begitu besar, luas dan kompleks
karena bukan hanya menangani pihak-pihak yang berada di lingkungan dalam organisasi tetapi juga pihak-pihak yang berada di lingkungan luar organisasi yang
beragam keinginan, kebutuhan, dan kepentingannya. public relations pada hakikatnya adalah aktivitas, maka sebenarnya tujuan dari public relations dapat dianalogikan
dengan tujuan komunikasi, yakni adanya perubahan kognisi, afeksi dan perubahan perilaku komunikannya Kusumastuti, 2004:20.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Public Relations adalah sebagai berikut: a.
Terpelihara dan terbentuk saling pengertian aspek kognisi b.
Menjaga dan membentuk saling percaya aspek afeksi c.
Memelihara dan menciptakan kerjasama aspek psikomotoris Menurut Effendy, fungsi public relations pada umumnya masih ditempatkan
pada posisi yang jauh dari posisi yang jauh dari pimpinan puncak. Lain dengan negara-negara maju seperti misalnya Amerika Serikat. Contoh perusahaan di Amerika
Serikat yang memposisikan public relations pada posisi puncak setelah president adalah The Borden Company. Posisi Public Relations pada perusahaan tersebut dapat
digambarkan dalam bagan organisasi sebagai berikut Effendy, 1992:29:
Gambar 1. Departmental Structure The Borden Company
Sumber: Lesly’s Public Relations Handbook dalam Effendy, 1992: 29
PUBLIC RELATIONS CIVE-PRESIDENT
PRESIDENT
PUBLIC RELATIONS COUNSELING FIRM
PRODUCT PUBLICITY
MANAGER CORPORATE PRESS
RELATIONS MANAGER INFORMATIONS
SERVICES DIRECTOR INSTITUTIONAL
PROMOTION DIRECTOR PUBLIC AFFAIRS
DIRECTOR
EMPLOYEE COMMUNICATIONS
MANAGER
Universitas Sumatera Utara
Bagan diatas menunjukkan bagaimana pentingnya humas dalam suatu organisasi sehingga, sesuai dengan fungsinya , ia merupakan penghubung antara
pimpinan puncak top manager dengan pimpinan tengah middle manager Effendy, 1992: 29.
I.5.2 Media Relations
Media relations yang dilakukan oleh Public Relations merupakan suatu sarana media komunikasi. Media komunikasi ini diperlukan karena menjadi sarana yang
sangat penting dan efisien dalam berkomunikasi dengan publik. Agar komunikasi dengan publik tersebut dapat terpelihara, maka segala kepentingan media masssa
terhadap organisasi mesti direspon oleh organisasi tersebut. Tujuannya adalah untuk keberhasilan program. Dengan kata lain, media relations adalah alat untuk
mempromosikan organisasi melalui media massa. Menurut Iriantara, secara struktural, media relations bisa merupakan bagian
atau salah satu unit kerja pada divisi atau departemen Public Relations, namun bisa juga merupakan salah satu unit kerja pada salah satu fungsi yang berada dalam divisi
atau departemen public relations. Iriantara menyebutkan bahwa ada empat departemen yang umumnya terdapat 4 bidang public relations yaitu media relations,
community relations, costumer relations, dan employe relations. Meskipun dalam kondisi sebenarnya, bisa saja bidang-bidang kerja tersebut tidak hanya 4 tetapi 5, 6
atau 7 sesuai dengan kebutuhan organisasi. Dalam lingkup bidang kerja media relations, tentu saja ada kegiatan-kegiatan
yang dilakukan untuk menunjang bidang kerja lain. Misalnya, kegiatan media relations dimaksudkan untuk menopang dan menunjang kegiatan untuk mencapai
sasaran community relations, customer relations atau employe relations.
Universitas Sumatera Utara
Media relations itu pada dasarnya berkenaan dengan pemberian informasi atau memberi tanggapan pada media massa atas nama organisasi atau klien. Karena
berhubungan dengan media massa itulah, maka ada yang menyebutkan bahwa media relations itu merupakan fungsi khusus didalam satu kegiatan atau program public
relations. Letak kekhususannya ada pada pelibatan media massa yang berada diluar kendali organisasi untuk bisa menopang pencapaian tujuan organisasi. Untuk itu,
Public Relations harus dapat memahami media massa. Dalam memahami media massa, penting juga bagi Public Relations untuk
mengetahui bagaimana cara kerja media. Cara kerja media disini bukan hanya yang berkenaan dengan proses media massa yang memproduksi isi media masa, tetapi juga
bagaimana produk media massa itu dipersepsi oleh khalayaknya. Mengetahui proses produksi ini penting untuk menyelaraskan tindakan yang dilakukan public relations
dengan keseluruhan proses produksi isi media massa. Sedangkan mengetahui bagaimana isi itu dipersepsi khalayak penting untuk menduga dampak yang akan
timbul, khususnya pada public yang menjadi target sasaran Iriantara, 2005:154. Menurut Moore, kegiatan media relations dapat dilakukan dengan cara-
cara sebagai berikut: a.
Kontak Pribadi b.
Konfrensi Pers c.
Pengiriman Siaran Berita d.
Prasaji Media e.
Makan Bersama Media – Manajemen f.
Lembar Guntingan g.
Piranti Media h.
Jasa Penyebaran Publisitas Moore, 2004:217
Universitas Sumatera Utara
I.5.3 Hubungan Antara Public Relations dan Media Massa
Antara public relations dengan media massa memiliki ketertaikan yang sangat dekat. Keduanya merupakan salah satu cabang ilmu komunikasi. Pada
pelaksanaannya antara Public Relations dengan media massa merupakan mitra kerja yang berkerjasama untuk membangun antara keduanya.
Tugas seorang public relations adalah membina hubungan yang baik dengan publik organisasi. Ringkasnya, tugas public relations adalah membangun hubungan
dengan stakeholder organisasi. Akan tetapi bukan sekedar menjalin hubungan yang baik saja, melainkan bagaimana hubungan tersebut memiliki makna bagi pencapaian
tujuan organisasi. Tujuan organisasi menjalin hubungan yang baik dengan publik bisa beragam. Satu diantaranya adalah untuk meningkatkan atau menjaga citra organisasi
dimata publik atau stakeholder. Bisa juga untuk mempertinggi atau memelihara reputasi atau memelihara reputasi organisasi. Citra atau reputasi yang baik merupakan
asset yang sangat penting. Bila satu organisasi sangat baik reputasinya, maka para karyawan pun akan bangga berkerja di organisasi itu. Pihak-pihak yang berhubungan
dengan organisasi pun akan merasa ikut terangkat gengsinya. Menjalin hubungan dengan media massa merupakan salah satu cara untuk
menjaga dan meningkatkan citra atau reputasi organisasi dimata stakeholder-nya. Media massa merupakan suatu lembaga independent yang menyediakan informasi
bagi lapisan masyarakat. Fungsinya sebagai to inform memberi informasi, to educate mendidik dan to entertain menghibur membuat media massa menjadi
suatu bagian yang tidak dapat terpisahkan dari masyarakat. Perkembangan media massa dewasa ini sangat pesat, baik media cetak
maupun media elektronik. Seperti di Indonesia, perubahan tatanan politik telah
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan aspirasi masyarakat yang diiringi dengan perkembangan media massa. Dampaknya, banyak media-media baru muncul dan berkembang. Fenomena yang
dialami oleh Indonesia saat ini dinamakan sebagai dunia sesak-media media- saturated world. Artinya, berbagai media komunikasi terus menerpa kehidupan
manusia dari waktu ke waktu. Situasi ini bagi public relations tentu akan menjadi suatu kesempatan yang sangat baik dalam kegiatan publikasi, namun bagi public
relations yang tidak cakap berkerjasama dengan media massa malah akan membuat media massa itu akan menjadi suatu lembaga yang menakutkan yang kapan saja dapat
menyerang citra organisasi. Hubungan antara publik relations dan media massa akan terihat dalam
kerjasama antara keduanya. Berbagai program atau kegiatan public relations yang dilaksanakan organisasi tentunya melibatkan media massa. Begitupun media massa
akan selalu membutuhkan informasi, dimana salah satu sumber informasi utamanya adalah Public Relations.
I.5.4 Wartawan Profesional
Pekerjaan seperti pemimpin redaksi, redaktur, wartawan atau reporter disebut sebagai profesi. Seperti juga dokter, pengacara, akuntan, dan pendeta, profesi
wartawan adalah profesi yang bukan sekedar mengandalkan keterampilan seorang tukang, namun wartawan merupakan sebuah profesi yang membutuhkan watak,
semangat, dan cara kerjanya berbeda dengan seorang tukang. Wartawan sebagai profesional dalam menjalankan tugasnya dibimbing oleh
kode etik. Ini sama halnya dengan profesi dokter, pengacara, atau akuntan yang senantiasa berpijak pada kode etik mereka dalam melaksanakan pekerjaannya. Dalam
halnya Indonesia, kode etik yang saat ini dikenal adalah Kode Etik Jurnalistik yang
Universitas Sumatera Utara
dikeluarkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia PWI. Berdasarkan kode etik tersebut, dua hal yang harus dijunjung tinggi oleh wartawan professional adalah
profesionalisme dalam pemberitaan dan perlindungan terhadap hak pribadi. Dalam Kode Etik Jurnalistik disebutkan aturan-aturan yang harus dipenuhi
oleh seorang wartawan dalam menyajikan berita. Pasal 5 Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia berbunyi “ Wartawan Indonesia menyajikan berita secara
berimbang dan adil, mengutamakan kecermatan dan ketepatan, serta tidak mencampurkan fakta dan opini sendi. Tulisan berisi interpretasi dan opini wartawan
agar disajikan dengan menggunakan nama jelas penulisnya”. Dari ketentuan yang telah ditetapkan oleh Kode Etik Jurnalistik, maka menjadi jelas bahwa pertama-tama
seorang wartawan harus cermat dan tepat atau dalam bahasa jurnalistik harus akurat. Selain cermat dan tepat, berita juga harus lengkap, adil, dan berimbang. Selain itu,
berita yang ditulis harus ringkas, jelas dan hangat Kusumaningrat, 2005:117.
I.5.5 Kebutuhan Media
Salah satu hal yang penting untuk dipahami para praktisi public relations adalah apa yang dibutuhkan media massa dari organisasi. Pada dasarnya, kebutuhan
utama media dari organisasi adalah infromasi yang kemudian disampaikan kepada khalayak media massa. Memang dalam praktiknya, disamping informasi, media lokal
sering memandang organisasi sebagai salah satu sumber pendapatan melalui iklan yang dipasang organisasi pada media lokal.
Frauenrath dan Nur menyebut ada dua nilai berita yakni dampak dan kecepatan. Dampak berkaitan dengan pengaruh yang ditimbulkan dan peristiwa yang
diberitakan. Dalam dampak ini ada dua factor yang berpengaruh yakni kepentingan dan kedekatan. Sedangkan dari sisi pengaruh yang ditimbulkan, informasinya
Universitas Sumatera Utara
biasanya mengandung unsure-unsur: drama, emosi, konflik, tokoh penting, dan mengejutkan. Sedangkan kecepatan berkaitan dengan kebaruan, sehingga orang
merasa memperoleh seseuatu yang sebelumnya belum diketahuinya Iriantara, 2005: 146.
Dengan mengetahui nilai berita tersebut, seseorang staf public relations hanya akan memberikan atau menyampaikan informasi yang memang bernilai berita ketika
dalam menjalankan programkegiatan media relations, . Media masssa membutuhkan informasi yang dapat menarik perhatian publik.
Karena media massa memang menyajikan informasi untuk kepentingan publik. Titik temu antara media massa dengan organisasi adalah karena kedua pihak memang
saling membutuhkan. Organisasi membutuhkan media massa sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan public. Sedangkan media massa membutuhkan organisasi,
karena ada peristiwa atau informasi yang patut dan perlu diketahui publik lantaran bernilai berita Iriantara, 2005: 148
I.5.6 Kode Etik Media
Sama halnya dengan hukum, dalam media juga diberlakukan kode etik. Kode etik tersebut berfungsi untuk mendesak wartawan untuk berusaha keras melenyapkan
distorsi dan penindasan berita, memastikan bahwa informasi yang diperolehnya benar-benar telah akurat, mengoreksi ketidakakuratan, dan melindungi kerahasiaan
sumber-sumber informasinya. Foto-foto yang ditampilkan harus diperoleh dengan cara yang benar, serta tidak memancing kesedihan dan kesusahan kecuali demi
kepentingan umum. Menurut Bland, wartawan tidak boleh mengambil keuntungan dan informasi rahasia sebelum informasi tersebut dipublikasikan, mengubah
kebenaran demi kepentingan periklanan atau untuk mendorong penjualan produk-
Universitas Sumatera Utara
produk komersial. Misalnya ras dan warna kulit. Status perkawinan, jenis kelamin atau hal-hal yang berbau seksual, selayaknya hanya disebutkan apabila memang
benar-benar relevan dengan isi beritanya. Menurut Sumandira sebagai salah satu upaya penegakan indepedensi media
sekaligus penerapan prinsip pers mengatur diri sendiri secara mandiri self regulated, maka Dewan Pers masa bakti 2000-2003 sesuai dengan kewenangan dan fungsi yang
dimilikinya, telah membuat sekaligus menetapkan dua kode etik. Pertama, kode praktik media pers. Kedua, kode etik bisnis pers. Dalam kode etik praktik media pers,
diatur tentang akurasi, privasi, pornografi, diskriminasi, liputan kriminalitas, cara-cara yang tidak dibenarkan, sumber rahasia, dan hak jawab dan bantahan dalam Iriantara,
2005:164.
I.5.7 Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan- hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Persepsi memberikan makna dan stimuli inderawi sensory stimuli Rakhmat, 2007:51
Persepsi merupakan suatu hal yang penting yang dialami oleh setiap orang. Setiap orang akan menerima segala sesuatu berupa informasi ataupun rangsangan
yang datang dari lingkungannya, dalam batas-batas kemampuannya, segala rangsangan yang diterimanya tersebut diolah, dan selanjutnya diproses. Persepsi
merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan ditetapkan kepada manusia. Subproses psikologis lainnya adalah
pengenalan, penalaran, perasaan, dan tanggapan seperti dinyatakan dalam bagan berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2 Variabel Psikologis diantara rangsangan dan tanggapan
Sumber: Sobur, 2003:447
Dari bagan diatas digambarkan bahwa persepsi dan kognisi diperlukan dalam kegiatan psikologis. Bahkan diperlukan bagi orang yang paling sedikit berpengaruh
atau sadar akan adanya rangsangan menerima dan dengan suatu cara menahan dampak dari rangsangan. Secara singkat persepsi didefenisikan sebagai cara manusia
menangkap rangsangan. Kognisi adalah cara manusia memberi arti terhadap rangsangan. Penalaran adalah proses sewaktu rangsangan dihubungkan dengan
rangsangan lainnya pada tingkat pembentukan psikologi. Perasaan adalah konnotasi emosional yang dihasilkan oleh rangsangan baik diri sendiri atau bersama-sama
dengan rangsangan lain pada tingkat kognitif atau konseptual. Sobur juga menjelaskan bahwa dalam persepsi terdapat tiga komponen utama,
yaitu: 1.
Seleksi, adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2. Interprestasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga
mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi
kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengaktegorian informasi
yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi dan kompleks menjadi sederhana.
Rangsangan tanggapan
Persepsi Pengenalan
Perasaan Penalaran
Universitas Sumatera Utara
3. Reaksi, yaitu persepsi yang kemudia diterjemahkan dalam bentuk
tingkah laku sebagai reaksi Sobur, 2003:446.
1.6 Kerangka Konsep
Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai
dapat mengantar penelitian pada rumusan hipotesis Nawawi, 2001: 33. Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan
menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasi dari kelompok
fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Kerlinger menyebut konsep sebagai abstraksi yang dibentuk dengan
menggeneralisasikan hal-hal khusus Kriyantono, 2008: 17. Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan
rumusan hipotesis, yang sebenarnya merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji sebenarnya. Agar konsep-konsep dapat diuji secara empiris, maka harus
dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Adapun variabel yang akan digunakan dalam penelitian yang bersifat
dekstriptif ini, yaitu: 1.
Variabel Teoritis 2.
Variabel Operasional
1.7 Model Teoritis